CHAPTER 49

297 43 9
                                    

"Tidak selamanya gelap itu buruk"


---

"Dannia tenang nak" ucap Danniel memeluk anaknya yang sedang menangis sembari terus mencoba melepaskan alat infus yang terpasang di tangannya.

Jam menunjukan pukul 3 sore, tandanya Dannia sudah menangis dan memberontak selama satu jam.

Setelah kejadian tadi pagi menangis dan  tertidur. Sekarang pada pukul 2 sore dia terbangun dan menangis dan terus saja memberontak karena tidak terima dengan kenyataan bahwa Dannia tidak lagi bisa melihat.

Abun tidak pulang sedari pagi, dia menemani Danniel untuk menjaga Dannia. Sedangkan yang lain baru saja datang sudah disuguhkan dengan pemandangan yang sangat memilukan.

"Tenang nak, ada Papa disini hm" ucap Danniel mengeratkan pelukannya, ada setitik air mata yang jatuh. Sekuat apapun Danniel berusaha untuk menahan air matanya supaya tidak keluar, pada akhirnya Danniel tidak bisa menahannya.

Orang tua mana yang tidak menangis saat melihat seorang putrinya mengalami kebutaan. Bahkan Danniel masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Masih terasa mimpi baginya melihat putri yang baginya selalu kecil, menangis meraung-raung karena ketakutan.

Sejak kecil, Dannia memang takut sekali dengan kegelapan. Bahkan disaat tidur pun Dannia tidak pernah ingin mematikan lampu tidurnya. Katanya Dannia takut sekali jika gelap, seperti ada monster yang sedang melihatnya.

Dan sekarang, bukan hanya gelap karena tidak ada lampu atau cahaya, tetapi gelap karena memang tidak akan bisa lagi melihat cahaya. Lalu bagaiman Dannia bisa menjalani harinya dengan rasa takut yang terus saja menemaninya.

"Hiks Dannia takut gelap, pah" ucap Dannia didalam tangisan pilunya.

Semua yang melihat itu, merasa iba dengan apa yang Dannia alami.

Walaupun Junior dan yang lainnya sempat membenci Dannia, tetapi ketika melihat ini mereka benar-benar merasa prihatin. Bagaimana Dannia bisa hidup dengan hanya satu warna dihidupnya, hitam.

"Papa akan berusah buat kamu sembuh, kalau bisa kita cari pendonor kemanapun. Jika perlu keluar negri hm. Jangan menangis lagi ya" ucap Danniel menenangkan Dannia.

Sebenarnya, Danniel ingin sekali mendonorkan matanya kepada Dannia, namun saat mengusulkan itu, Abun mengatakan kepadanya bahwa bagaimana Dannia bisa hidup jika ayahnya pergi meninggalkan Dannia seorang diri.

Bagaimana Dannia hidup jika yang menyebabkan ayahnya pergi adalah dirinya.

"Dannia pengen ketemu mamah, lepasin" ucap Dannia kembali berusaha melepaskan infusannya. Yang membuat semuanya menatap Dannia terkejut.

Karena mereka paham apa yang dimaksud oleh Dannia. Kata 'ketemu' dengan orang yang sudah tiada berarti ingin menyusul.

"Apa yang kamu katakan nak, jangan pernah ngomong kayak gitu. Mamah pasti sedih liat anaknya sedih kayak gini" ucap Danniel berusaha menahan tangisannya.

"Papa akan cari pendonor, Papa bakalan perjuangin dan kamu harus sabar. Jangan pernah nyerah, kalo kamu nyerah, siapa yang nemenin papa disini?" Tanya Danniel.

Sedangkan Dannia masih menangis dipelukan Danniel "Dannia takut pah hiks, disini gelap" ucap Dannia terisak.

Danniel yang sudah tidak sanggup menahan tangisannya, memanggil Abun "Abun kemari nak" panggil Danniel.

Mendengar Abun segera menghampiri Danniel yang sedang memeluk Dannia.

"Jaga Dannia sebentar ya, om mau keluar dulu" ucap Danniel, Abun yang paham segera mengangguk dan menggantikan Danniel untuk memeluk Dannia.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang