CHAPTER 9

1.7K 119 18
                                    

Pagi ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Sebab hari ini Dannia sudah bisa sarapan bersama dengan papahnya. Hangat, itulah yang sudah bisa Dannia rasakan kembali.

Semenjak mamahnya meninggal, papah Dannia memang tidak pernah sarapan pagi dirumah, dia akan pergi pagi-pagi sekali kekantor, dan pulang dengan larut. Terkadang jarang pulang kerumah.

Bukannya tidak betah dirumah. Tapi karena Daniel ingin sedikit melupakan kenangan bersama istrinya. Bukan karena Daniel ingin benar-benar melupakan istrinya, tapi karena jika mengingat kembali, dia akan merindukan sosok istrinya.

Dan dengan bekerja dia akan sedikit melupakan rasa rindunya dengan istrinya itu.

Apakah dia juga melupakan presensi anaknya Dannia? Kalian salah besar, sebab dengan cara ini Daniel bisa hidup secara normal lagi. Dia tidak ingin terlihat bersedih didepan anaknya. Dan daniel ingin anaknya hidup dengan berkecukupan. Itu sebabnya daniel selalu bekerja dan bekerja.

Kendati Dannia tidak perlu semua itu. Dannia tidak perlu kemewahan Dannia hanya ingin menghabiskan waktu dengan papahnya, bermain di taman misalnya, bermain golf bersama, atau sebagainya.

"Kenapa melamun? Habiskan sarapanmu sayang" ucap Daniel

"Papah tidak akan bekerja lagi kan?" Tanya Dannia. Mengalihkan pembicaraan.

"Kalo papah tidak bekerja, kamu makan dari mana?" Tanya Daniel

"Kalaupun papah ngga kerja selama 10 tahun, harta papah gak akan pernah habis" ucap Dannia dengan sedikit kesal.

"Tapi papah harus bekerja nak, ini juga buat kamu" ucap Daniel  meyakinkan.

"Aku gak butuh kemewahan pah, aku cuma butuh papah" ucap dannia

Nampaknya suasana akan berubah menjadi serius.

"Kamu gak akan mengerti" ucap daniel.

"Apa yang ngga aku mengerti pah? Aku selalu mengerti papah, disaat orang lain pergi bermain dengan papahnya. Dan aku selalu mengerti disaat papah gabisa ngelakuin itu" ucap Dannia sedikit bergetar. Nampaknya dia akan menangis.

"Nak, dengerin papah. Ini demi kebaikan kamu" ucap papah meyakinkan.

"Dan aku ngelarang papah kerja juga demi kebaikan papah, aku gak mau papah sakit lagi, berhenti so tegar, mamah gak akan suka liat papah kegini" ucap Dannia lagi menahan tangisnya.

Deg

Daniel baru tersadar bahwa yang dia lakukan selama ini memang salah, melampiaskan rasa sakitnya dengan terus bekerja. Dan hampir melupakan presensi Dannia dirumah ini. Walaupun pada kenyataannya dia tidak akan melakukan itu sama sekali.

"Maafkan papah nak, papah egois selama ini" ucap Daniel berkaca-kaca

"Aku akan memaafkan papah. Kalo papah berhenti bekerja" ucap Dannia

Cukup lama Daniel berfikir, akhirnya mengatakan "papah akan berhenti bekerja setelah papah memenangkan tender diperusahaan. Papah janji" ucap Daniel meyakinkan Dannia

"Janji?" Tanya Dannia menatap Daniel . Lalu dibalas anggukan oleh daniel. Dannia pun tersenyum bahagia disana.

Kemudian melanjutkan sarapan paginya.

Ini yang Dannia inginkan selama ini kehangatan dan kekeluargaan walaupun mamahnya sudah tiada. Tapi setidaknya dia masih memiliki papahnya disini.

---

"Bun pulang sekolah gue nebeng ya" pinta junior

"Sebenernya gue males bawa batang mulu. Tapi mau gimana lagi" ucap abun menyindir.

"Tega banget si Lo sama gue, lagian daripada jok motor Lo kosong, mending ditempatin sama gue" ucap junior

"Mending kosong, daripada harus batang terus" balas abun malas.

"Please Bun gue gak bawa mobil, masa Lo tega ngebiarin gue jalan kaki" ucap junior memelas.

"Lebay banget si lo, lagian gue becanda. Biasanya juga kalo gue tolak Lo tetep maksa" abun memutar bola matanya malas. Yang hanya dibalas senyum menjijikan oleh junior.

"Lo duluan aja gue mau ke toilet dulu" perintah abun

"Gak mau gue anter?" ucap junior menawarkan

"Gak usah sialan" jawab abun yang mulai kesal. Junior yang melihat itu segera berlari dia tidak ingin jadi bahan kekesalan abun.

Abun segera beranjak pergi menuju toilet. Setelah sampai toilet, baru saja abun akan masuk, dia mendengar suara seseorang didalam toilet sebelah.

"Lo yakin bakal ngelakuin ini?" Ucap seseorang itu

"Gue yakin, setelah ngehancurin hati dannia. gue bakalan hancurin keluarganya dan ambil semua hartanya. Itu yang gue dan papah gue mau" ucap seseorang lagi. itu Rangga, ya abun tidak salah dengar itu adalah Rangga.

"Berarti selama ini Lo ngedeketin Dannia cuma karena ingin rencana Lo berhasil?" Tanya seseorang lagi, mungkin itu temannya Rangga, entah Tomi atau Kenzo.

"Yaiyalah gue pengen rencana gue berjalan dengan mulus" ucap Rangga

"Lo gak suka kan sama Dannia? Gue liat Lo kaya suka beneran sama dia" ucap seseorang lagi

"Yakali gue suka sama cewek gitu, gue cuma boongan suka sama dia, biar rencana gue gak ketauan, lagian gue suka cewek panas dan sexy" ucap Rangga.

"Gila Lo hebat banget main dramanya" ucap orang itu. Kemudian abun tidak mendengar lagi percakapan itu.

Namun saat Rangga keluar dari dalam toilet. Dia mendapatkan Bogeman mentah dari seseorang, yang ternyata itu adalah abun.

Rangga yang belum siap akhirnya tersungkur ke lantai, abun kembali melayangkan Bogeman itu tanpa ampun, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

"Dasar brengsek, bajingan, sialan" ucap abun yang masih membabi buta dan terus melayangkan Bogemannya.

"Berhenti sialan" ucap Rangga yang sudah mulai lemah

"Apa yang mau Lo lakuin ke Dannia, apa yang mau Lo lakuin!" Teriak abun marah.

Abun marah karena dia tidak rela membiarkan Rangga menghancurkan Dannia. Dannia begitu mencintai Rangga, abun bisa melihat dari sorot mata Dannia jika sudah menceritakan tentang Rangga.

Tapi apa-apaan ini. Rangga memanfaatkan hati dannia untuk dihancurkan. Jadi apalagi julukan yang pantas untuk sibajingan ini.

Disaat abun berusaha untuk mendapatkan hati dannia, bahkan tersungkur-sungkur dan berdarah-darah. Sedangkan Rangga bisa mendapatkannya dengan mudah, bahkan tidak perlu berjuang seperti dirinya. bukannya bersyukur dia malah akan merencanakan hal buruk kepada Dannia.

"Kalo Lo berani lakuin hal macem-macem sama dannia, Lo berurusan sama gue" ancam abun menghentikan Bogemannya.

Rangga tersenyum sinis sembari mengelap darah di sudut bibirnya kemudian berdiri.

"Lo siapa? Berani ikut campur sama urusan gue? Dan Lo siapanya Dannia? Orang spesialnya? Bahkan Lo gapernah dianggep apa-apa sama Dannia" ucap Rangga menekan

Mengapa sakit mendengar Rangga mengatakan itu. Padahal itu adalah kenyataannya. Bahwa abun memang tidak pernah di anggap ada oleh Dannia.

"Jangan pernah ikut campur sama urusan gue, kalo Lo ikut campur gue  gakan segan-segan buat hancurin dannia" ucap Rangga kemudian pergi dari hadapan abun.

Abun hanya mematung disana. Masih meresapi kata-kata yang Rangga ucapkan barusan.

Apa yang bisa abun lakukan? Abun tidak bisa melakukan apa-apa abun takut melakukan kesalahan jika harus berurusan dengan Rangga. Bukannya abun takut, tapi masalahnya abun tidak ingin terjadi apa-apa dengan dannia.

Apa yang harus gue lakuin.

---

Happy reading guys, dipart selanjutnya kalian bakalan dikasih kejutan sama mimin. Jadi, jangan lupa pantengin terus

Oh iya hari ini Mimin bakalan up 2 chapter ya,

7 April 2020

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang