CHAPTER 3

2.5K 140 11
                                    

Sore harinya, tepatnya dirumah abun. Abun sedang berdiri di balkon kamarnya, menatap senja dengan mata berbinar.

Omong-omong soal senja, abun sangat menyukai senja menurutnya senja adalah salah satu ciptaan tuhan yang paling mengagumkan. Definisi senja menurut abun sendiri adalah sunyi dan tenang.

Abun suka bagaimana cara senja menyapa lembut bersama angin, Bagaimana cara senja membawanya kepada sebuah ketenangan, abun suka semua yang ada pada senja.

sayangnya, senja hanya datang sesaat saja. tapi bukankah senja tidak pernah ingkar janji? Walaupun dia pergi berkali-kali tapi dia akan datang kembali ketika sore hari.

Ketika asik menikmati senja, abun dikagetkan dengan kedatangan junior. yang tiba-tiba sudah ada disampingnya. Ini yang tidak abun sukai dari junior, dia konyol dan  seenaknya. Tapi abun tetap bangga memiliki sahabat sebaik junior. menurut abun junior memiliki peran penting untuk dirinya selain bundanya, tentu saja.

"Kalo masuk tuh ketuk pintu dulu, jangan main masuk-masuk aja, kebiasaan banget si Lo" omel abun kepada junior.

"Dari tadi gue udah ketuk pintu, Lo nya aja yang keasikan ngelamun. Ngelamunin apa si lo, ngelamunin kapan utang Lo ke gue bisa lunas? Ucap junior diiringi dengan candaannya.

"Sebenernya yang punya utang gue apa Lo? Tanya abun malas. Yang hanya dibalas cengiran oleh junior.

"Btw, Lo mau ngapain ke rumah gue? ga biasanya"

"Lo ngusir apa nyindir?" Tanya junior dengan muka so sedihnya.

"Sebenernya dua-duanya si" jawab abun santai sembari mendudukan dirinya di teras balkon.

"Gue juga gabakalan kesini kalo gapenting-penting amat" ucap junior mulai serius dengan pembicaraannya.

Abun mengernyit bingung. Tidak biasa-biasanya junior seserius ini.
"Hal penting apa yang mau Lo omongin?" Tanya abun.

"Tapi Lo jangan dulu marah sama gue sampe gue nyelesain omongan gue" ucap junior menatap abun.

"Ngomong apanya dulu, kalo Lo ngomong kebaikan, gue gabakalan marah. Tapi kalo Lo ngomong buat hal keburukan gue bakalan marah dan gue gamau denger" ucap abun lagi.

"Ini hal keburukan tapi buat kebaikan si" ucap junior tidak yakin.

"Mana ada keburukan untuk kebaikan. Ngaco Lo" ucap abun mulai kesal.

"Intinya Lo dengerin gue dulu" mohon junior menautkan kedua telapak tangannya. Melihat junior memohon akhirnya abun mengangguk pasrah.

"Gue diajak taruhan sama si Rangga temen sekelas gue tapi gue pake nama Lo bu-

"Siapa Rangga? Gila Lo, Lo diajak taruhan apa? Dan kenapa Lo bawa-bawa gue di taruhan Lo?" Potong abun mulai emosi tanpa mendengarkan kelanjutan junior. kemudian menatap junior tajam.

"Rangga si pembalap. Gue terpaksa, dan kenapa gue bawa-bawa Lo kedalam taruhan ini, karena Lo jago balap liar, dan si brengsek Rangga ngajakin gue balap sedangkan gue gabisa balap" ucap junior menjelaskan. Yang semakin membuat abun emosi sampai ke ubun-ubun.

"Lo tau kan gue udah berhenti dari dunia balap? Dan Lo yang ngedukung gue buat ga balapan lagi semenjak ayah gue pergi" ucap Abun kemudian melanjutkan "dan sekarang seakan-akan Lo yang nyuruh gue balik lagi kedunia balap. Gila lo, bener-bener gak waras" marah abun kemudian berdiri dari duduknya.

Junior yang melihat itu merasa bersalah kemudian kembali memohon.

"Gue mohon Bun, gue gamau kalo harus keliling lapangan dan jadi babunya si Rangga selama 1 bulan. ini yang terakhir gue minta tolong sama lo, gue janji" ucap junior lagi dengan suara memohonnya.

Abun yang mendengar itu sontak menatap junior bingung "taruhan konyol macam apa itu, dia nyuruh Lo buat jadi babunya? Dan kalo Lo menang, eh ralat kalo gue menang apa hukuman buat si Rangga itu?" Tanya abun penasaran.

"Dia bakalan keliling lapangan 3 kali lipat dari hukuman gue" ucap junior kemudian kembali memohon.

"Cuma itu?" Tanya abun. Junior kembali mengangguk.

Cukup lama abun menatap junior kemudian mengangguk pasrah "kapan?" Tanya abun lagi.

Junior yang mendengar itu kemudian menatap abun berbinar "Lo serius? besok malam di xxxx" jawab junior.

"Iya gue serius, dan gue minta sama Lo, Lo jangan bilang sama bunda dan gue gamau sampe bunda tau. Dari siapapun itu, paham!" Perintah abun.

Abun sebenarnya tidak ingin balapan lagi. Abun sudah berjanji kepada bundanya bahwa dia akan berubah. tapi mau bagaimana lagi, ini demi sahabatnya.

----

Sementara di kediaman Dannia, Dannia sedang membaringkan tubuhnya di ranjang king sizenya menatap nanar langit langit kamarnya. Sampai kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya

"Masuk, ngga dikunci" ucap Dannia sedikit keras agar terdengar oleh seseorang yang mengetuk pintu.

Kemudian munculah bi Ratih membawa nampan berisi makanan untuk Dannia.

"Ini makanannya non, kenapa nona belum kebawah. padahal bibi sudah menyiapkannya" tanya bi Ratih sembari menyimpan nampan yang berisi makanan ke meja nakas.

"Aku males turun kebawah bi, lagian aku lagi ga nafsu makan" ucap Dannia sembari mendudukan dirinya bersandar di kepala ranjang

"Tapi nona harus makan, kalo nona sakit, nanti siapa yang jengukin dan jagain papah nona di rumah sakit" jelas bi Ratih menatap nonanya memberi pengertian.

Untuk beberapa detik Dannia hanya diam. kemudian berujar "yaudah nanti aku makan. bibi boleh kembali kebawah" ucap Dannia memberikan senyumannya.

Bi Ratih mengangguk kemudian beranjak keluar.

1 menit

2 menit

Pintu kamar kembali terbuka tanpa di ketuk. Dannia melihat bi Ratih kembali dengan wajah tergesa gesa.

"Ada apa bi?" Tanya Dannia bingung

"No-na engh t-uan nona, Tuan sudah sadar bibi mendapatkan informasi dari pihak rumah sakit, tadi menelpon" ujar bi Ratih terengah engah.

Dannia yang mendengar itu menatap bi Ratih berbinar. kemudian beranjak dari duduknya.

"Bibi serius kan?" Tanya Dannia kembali memastikan. Bi Ratih mengangguk dengan cepat.

"Astaga syukurlah, Aku akan kerumah sakit bi. Bibi jaga rumah ya" ucap Dannia menyambar Sling bag nya kemudian langsung berlari keluar tanpa menunggu jawaban dari bi Ratih.

----

Sesampainya dirumah sakit Dannia segera masuk ke ruang rawat inap papahnya dan melihat papah tersenyum kearahnya.

"Syukurlah terimakasih tuhan" ucap Dannia. Kemudian berlari memeluk erat papahnya

"Papah udah mendingan?" Tanya Dannia, melepaskan pelukannya lalu menatap papah Daniel berbinar.

"Iya papah udah sembuh, apa anak papah ini rindu?" Tanya Daniel dengan senyum candaannya.

"Aku rindu banget sama papah. Syukurlah papah udah membaik sekarang" ucap Dannia yang kembali memeluk papahnya.

Kemudian Dannia kembali berujar
"Mulai sekarang papah dilarang sakit lagi" tegas Dannia dengan mempoutkan bibirnya. Yang membuat Daniel gemas melihatnya.

"Siap princess" ucap papah sembari tersenyum dan membalas pelukan Dannia erat.

Terimakasih tuhan.


Mohon maaf ya jeha belum muncul lagi hehe tapi nanti jeha bakalan muncul ko jadi baca terus yaa karya aku. Terimakasih

1 April 2020

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang