CHAPTER 25

2.1K 169 46
                                    

Setelah beberapa waktu memperbaiki mobil tanpa memperdulikan keberadaan Dannia kini Abun menghela nafas lega.

"Udah selesai om, boleh di coba" ucap Abun menyeka keringatnya. Lumayan melelahkan ternyata.

"Om coba ya" ucap Danniel segera beranjak dari tempatnya dan membuka pintu mobil untuk menyalakan mesin mobil.

Dannia yang sedari tadi tidak beranjak dari tempatnya hanya memperhatikan Abun.

Dannia merasa diabaikan namun Dannia tidak mempermasalahkan itu toh Dannia tidak peduli kan.

Sedangkan Abun sama sekali tidak menoleh ke arah Dannia walaupun didalam lubuk hatinya yang terdalam Abun sangat ingin menatap Dannia.

Namun apa boleh buat, Abun tidak ingin melakukannya karena jika Abun melakukan itu maka Abun akan kembali mencintai Dannia lebih dalam lagi.

Sedang asik dengan pemikirannya masing masing tiba-tiba terdengar mesin mobil menyala.

"Udah nyala. Ternyata kamu hebat juga ya, bukan cuma hebat kamu juga berbakti sama bunda kamu, sopan juga. Idamannya para perempuan" ucap Danniel menghampiri Abun dan terkekeh.

"Bisa aja om. Lagian mana ada yang mau sama Abun. Semua perempuan tuh sukanya pembalap yang keren dan kaya. Bukannya pekerjaan kaya gini. Lagian Abun juga sedikit bisa. Mubazir kalo gak digunain" ucap Abun sedikit melirik ke arah Dannia.

Sebenarnya Abun sedikit menyindir Dannia. Dan tentu saja Dannia merasa tersindir.

"Keren bukan dilihat dari seberapa kayanya seseorang. Keren itu yang mampu menjadi mandiri dan tidak menyusahkan orang tua. Percuma juga jadi pembalap yang keren kalo dia tidak punya rasa peduli dan masih mengandalkan orang tua" ucap Danniel memberi tahu.

Abun tersenyum mendengar penuturan Danniel. Ternyata Danniel ini setype dengan dirinya. Mempunyai pemikiran yang sama.

"Iya si om tapi kan kebanyakan kegitu. Semua memandang kekayaan" ucap Abun.

"Mungkin juga" ucap Danniel.

Merekapun mengobrol dan melupakan keberadaan Dannia yaah sedari tadi menggrutu karena diabaikan.

Dannia yang merasa sudah diabaikan terlalu lama segera berujar "ayo pah katanya mau makan, aku juga udah laper. Keburu sore juga" ajak Dannia.

"Oh iya papah lupa, kamu mau ikut? Sekalian sebagai rasa terimakasih, om traktir kamu makan. Ada Dannia juga kan kalian bisa ngobrol" tawar Danniel kepada Abun.

Abun menggeleng dan tersenyum "ngga om, Abun mau kerumah Rio lagian Abun udah makan tadi" ucap Abun berbohong.

Sebenarnya Abun belum makan sepulang dari sekolah tadi. Namun Abun memilih untuk berbohong karena tidak ingin berdekatan dengan dannia lebih lama lagi. Terlalu menyakitkan.

"Oh gitu, tapi lain kali kalo om ajak makan mau ya" tawar Danniel lagi.

Abun mengangguk "iya om siap" ucap Abun

"Yaudah om pergi dulu" ucap Danniel.

"Hati-hati om" ucap Abun yang dibalas anggukan oleh Danniel.

---

"Lama banget si lo. Abis ngapain? Gelap-gelapan sama Zara? Gada akhlak" ucap Rio mengintrogasi.

Abun yang baru saja datang dan mendudukan dirinya di sofa kamar Rio langsung di berondongi dengan pertanyaan yang menyebalkan. Bukan pertanyaan sih lebih tepatnya pernyataan.

"Tau, sebenernya lo ada rencana apa sih sama Zara sampe-sampe kalian kaya pacaran gitu?" Tanya junior penasaran.

Abun menoleh "gak ada rencana apa-apa. Lo tau gue emang Deket banget sama Zara karena kita sahabatan" ucap Abun mengingatkan junior.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang