CHAPTER 5

2.1K 129 19
                                    

Seperti yang sudah di ketahui malam ini adalah malam dimana taruhan itu akan dimulai.

Tetapi abun masih belum beranjak dari duduknya, ya sekarang ini abun masih berada di rumahnya. Tepatnya di kamarnya dia masih duduk di sisi ranjang.

Abun masih tidak yakin dengan taruhan ini. Bukannya dia takut tetapi ada alasan lain yang membuat dia tidak yakin, yaitu bundanya, dia takut bundanya mengetahui jika abun kembali ke dunia balap. Sebab bundanya melarang keras abun untuk balap liar, dan abun pun sudah berjanji untuk tidak melakukannya lagi.

Tetapi keadaan yang membuatnya harus melanggar janji dengan bundanya, yatuhan maafkan abun,

Asik dengan pemikirannya tiba-tiba ada yang menelphone, abun yang tersadar langsung menyambar handphone nya yang berada di nakas

Junior is calling...

"Hallo" ucap Abun mengangkat telponnya.

"Lo dimana?"

"Gue masih dirumah kenapa?"

"Astaga, Lo mau niat kesini gak sih. Si Rangga udah nanyain. Dan gue udah ditempat balapan, Lo langsung kesini aja"

"Yaudah gue kesana sekarang" ucap Abun kemudian mematikan sambungan telponnya.

Abun menyambar kunci motornya dan dengan terburu-buru menuruni tangga. Baru saja abun turun dari tangga bundanya sudah berdiri disana.

"Ayo makan malam dulu nak" ajak bunda kepada abun.

"Abun buru-buru bunda, soalnya tadi si junior telpon terus minta tolong sama abun buat beliin sesuatu" ucap Abun berbohong , tetapi tidak sepenuhnya berbohong si tadi memang benar junior menelpon. Hanya saja ada sedikit kebohongan disana.

"Oh gitu yaudah hati-hati dijalan" ucap bunda. abun mengangguk lalu bersalaman, kemudian segera pergi.

----

Sesampainya di tempat balap, abun melihat presensi dua perempuan yang dia kenali sedang berada di dekat Rangga, sepertinya mereka bertiga sedang mengobrol, tetapi lebih tepatnya Dannia yang hanya mengobrol sebab jeha terlihat risih disana. Entahlah apa yang sedang mereka obrolkan.

Mengapa sakit ya melihat Dannia seakrab itu dengan Rangga. Bolehkah abun egois? Dia hanya ingin Dannia seakrab itu dengan dirinya saja. Sekali lagi bolehkah abun egois?

"Eh Lo udah dateng?" Tanya junior tiba-tiba menepuk pundak abun dari belakang.

Abun menoleh dan melihat junior dan Rio dibelakangnya "keliatannya gimana?" Tanya abun dengan nada dinginnya.

"Dingin banget sih Lo ke es kue" ucap junior becanda. Abun merotasikan kedua matanya malas.

"Gak lucu" balas abun singkat, kemudian kembali berujar "ko Dannia sama jeha ada disini si?" Tanya abun bingung kepada junior dan Rio. Pasalnya dia tidak memberi tahu jeha apalagi memberi tahu Dannia.

"Gue yang ngasih tau, soalnya si Dannia maksa banget nanya ke gue. Yaudah gue kasih tau" ucap Rio santai. Abun hanya mengangguk pasrah. Mau bagaimana lagi mereka sudah ada disini.

Tadinya abun tidak ingin dua perempuan itu tau jika dirinya akan balapan. Tapi yasudahlah toh sudah terjadi kan.

"Abun Lo serius mau balapan sama si rangga?" Tanya seseorang tiba-tiba. yang ternyata adalah jeha tanpa Dannia.

"Eh Lo je, iya gue serius, kenapa?" Tanya abun. Lalu melirik Dannia yang masih mengobrol dengan Rangga di sana.

"Lo tau kan Rangga itu pembalap? Dan mana mobil balap Lo?" Tanya jeha lagi bingung mencari-cari dimana mobil balap yang akan abun gunakan.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang