CHAPTER 13

1.9K 179 86
                                    


Setelah kejadian tadi kini abun masih disekolah. Sedangkan bundanya sudah pulang sejak tadi.

Kini abun sedang berada di taman belakang. Tempat pertama kali dia duduk berdua bersama Dannia mendengarkan Dannia berbicara panjang lebar kepada dirinya.

Boleh kah abun merindukan waktu itu? Waktu dimana Dannia mulai menganggapnya sebagai teman bicara. Bukan seperti sekarang dibenci dan merasa dihindari.

Ada yang lebih sakit dari patah hati? Yaitu dihindari oleh orang yang kita cintai.

Abun merasa hidupnya kian hari kian memburuk. Mulai dari jatuh cinta tapi bertepuk sebelah tangan. Lalu tidak dianggap ada bahkan tidak diinginkan oleh ayahnya.

Mengapa hidupnya serumit ini? Mengapa hidupnya tidak seberuntung Rangga? Dia mendapatkan segalanya yang dia mau. Sedangkan abun? Dia harus merasakan rasa sakit yang tak tertahankan terlebih dulu sebelum kebahagiaannya datang. Mungkin.

Ayahnya benar, hidupnya memang tidak berguna. Abun terlalu pengecut untuk semua hal. Tentang cinta dan keluarga dia selalu tersakiti didalam keduanya. Lagi-lagi mengapa takdir tidak pernah berpihak kepadanya?

Apakah abun terlalu berdosa? Sehingga tuhan tidak pernah memberikan kebahagiaan kepada dirinya. Jika iya tolong maafkan abun, Abun hanya ingin bahagia tanpa harus terluka terlebih dulu.

Sedang asik melamun tiba-tiba abun melihat Dannia sekilas yang akan kemari namun dia berbalik arah kembali karena melihat dirinya.

Tidak ingin melewatkan kesempatan abun pun berlari mengejar Dannia.

Tap

Abun berhasil menangkap pergelangan tangan Dannia kemudian menariknya pelan untuk menghadapnya

"Dey, gue mohon dengerin dulu penjelasan gue, setelah itu terserah lo. Apapun tanggapan Lo tentang gue gue akan terima itu. Tapi gue mohon dengerin penjelasan gue" ucap abun memohon.

"Lepassin tangan gue" ucap Dannia marah kemudian menghempaskan tangan abun. Namun abun kembali memegang tangan Dannia.

"Gue mohon" ucap abun menatap mata Dannia dengan sorot teduhnya.

"Gue bilang lepasin tangan gue brengsek. gue gak butuh penjelasan dari mulut Lo!" teriak Dannia marah. Kemudian kembali menghempaskan tangannya. Kali ini abun tidak kembali memegangnya.

"Gue mohon Dey, gue mukul Rangga karena gue punya alesan" ucap abun

"Alesan apa? Alesan karena Lo suka sama gue, dan Lo nyuruh Rangga buat berhenti deket sama gue dengan cara Lo mukul dia itu alesan Lo?" Ucap Dannia menggebu.

"Bukan itu Dey, gue minta maaf karena gue udah mukul Rangga, tapi bukan itu alasan gue" ucap abun dengan pelan.

"Gue gabutuh omong kosong lo. Seharusnya sejak awal gue tau kalo Lo ngedeketin gue karena Lo suka sama gue. Dan kalo sejak awal gue tau gue gak akan pernah mau nerima Lo sebagai teman gue!" Teriak Dannia.

"Lo sendiri tau kalo gue suka sama Rangga dan bahkan lebih dari itu, tapi kenapa Lo nyakitin orang yang gue suka. Tapi Lo malah ngehancurin semuanya. Gue benci sama Lo sampai kapanpun gue tetep benci" teriak Dannia kembali.

"Maafin gue dey, dan soal gue suka sama Lo Lo bisa lupain anggap aja itu lelucon buat lo" ucap abun menunduk.

Lelucon ya? Abun ingin sekali tertawa mengapa dirinya menganggap perasaannya sendiri lelucon apakah perasaannya selelucon ini

"Berhenti minta maaf karena sampai kapanpun gue gak akan pernah maafin Lo, pergi dari hidup gue dan mulai sekarang Lo bukan temen gue lagi. Jangan pernah ikut campur didalam masalah pribadi gue" ucap Dannia.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang