CHAPTER 33

1.4K 158 61
                                    

Setelah mengetahui bahwa bundanya meninggal dan Abun menangis di halaman rumah Dannia, kini Abun sudah berada di rumah sakit dan berlari tergesa-gesa tidak lupa dengan tangisan pilunya.

"Abun tunggu, lo gak boleh lari!" Teriak Zara.

Mengapa Zara melarang Abun untuk lari itu karena Abun mengalami banyak luka lebam ditubuhnya dan bagaimana cara berlari Abunpun membuat Zara meringis melihatnya.

Bagaimana tidak, Abun berlari seperti orang kesetanan dan sedikit sempoyongan mungkin karena dia sedang menahan seluruh badannya yang terluka agar tidak terjatuh.

Abun tidak menghiraukan teriakan Zara dia masih terus berlari untuk segera sampai di ruangan bundanya.

Dibelakang junior dan Zara mengikuti Abun dengan tergesa dan tidak lupa dengan tangisan yang sedari tadi tidak berhenti.

Jangan lupakan juga disana ada presensi Danniel tapi tidak dengan Dannia.

Setelah sampai didepan pintu ruangan bundanya tanpa aba-aba Abun segera menerobos masuk tanpa terlebih dahulu mengetuk pintu.

Disana didalam ruangan Abun melihat Rio dan jeha sedang berdiri sambil menangis dihadapan seseorang yang sedang terbaring dan seluruh tubuhnya sudah ditutupi kain.

Abun yang melihat itu merasa dunianya hancur, bahkan untuk berdiripun Abun sudah tidak bisa.

Yatuhan bundanya, kehidupannya, penyemangatnya pergi meninggalkan Abun.

Abun terduduk lemas dilantai Rio yang melihat itu segera menghampiri Abun, diikuti oleh jeha.

"Bun hiks, maafin gue gak bisa jagain bunda" Isak Rio terduduk dihadapan Abun.

"Bunda gak pergi, dia lagi becandain gue" ucap Abun kemudian berdiri menghampiri bundanya yang sudah ditutupi kain tanpa mendengarkan ucapan Rio.

"Bunda bangun, jangan becandain Abun, ini gak lucu bunda" ucap Abun membuka kain penutup itu.

Zara yang baru masuk dan melihat itu hanya menutup mulutnya sambil terisak, tidak ini tidak mungkin katakan kepada semuanya ini hanyalah mimpi.

"Bunda, Abun tau bunda suka bercanda. Tapi demi tuhan ini ini gak lucu, ini keterlaluan bunda, bangun!" Teriak Abun sembari mengguncangkan tubuh bundanya tetapi nihil bundanya tidak bangun.

"Bunda pernah bilangkan? Kita gak boleh bercanda soal kematian. Tapi kenapa bunda ngelakuin ini, udah ya bunda bangun sekarang ini gak lucu" Isak Abun kemudian memeluk bundanya erat.

Dokter yang sedari tadi ada disana segera menghampiri Abun kemudian berucap "bunda kamu memang sudah meninggal dan ini tidak bercanda" dokter memberi tahu Abun.

Abun yang mendengar itu segera menoleh kemudian menatap dokter itu tidak terima lalu kembali menatap bundanya yang sudah pucat pasi "bunda gak pergi, dan Abun tau pasti bunda sekongkol kan sama dokter buat bercandain Abun, jawab Abun bunda!" Teriak Abun kembali mengguncangkan tubuh bunda.

Junior yang melihat itu segera menghampiri Abun lalu memegang pundak Abun "Abun, bunda udah pergi dan kita harus ikhlas" ucap junior bahkan junior tidak percaya dengan ucapannya sendiri, jujur junior juga tidak ingin percaya dengan semua ini.

Abun segera berbalik kemudian menatap junior tajam "lo tau sendiri kan Jun, bunda itu suka iseng dan gue yakin bunda itu lagi bercandain kita, kenapa lo ngomong gitu" ucap Abun masih menangis.

"Tap--

"Bunda lagi boongin kita Jun dan lo harus percaya sama gue, lo tau kan bunda udah janji bakalan hadir di acara kelulusan gue dua Minggu lagi. Dan bunda gak pernah ingkar janji" ucap Abun parau.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang