CHAPTER 14

1.8K 160 94
                                    

Satu Minggu sudah abun tidak menampakan batang hidungnya di area sekolahan. Karena abun sedang di skors itu sebabnya dia tidak bersekolah.

Dan sejak saat itu dannia merasa ada yang hilang entah itu apa, yang pasti dia merasa kehilangan sesuatu.

Dannia juga sempat memikirkan abun mengapa abun tidak bersekolah selama satu Minggu ini apakah dia dikeluarkan disekolah ini? Tidak ada yang memberi tahunya. Bahkan jeha pun masih bungkam sampai sekarang. Dan entah mengapa Dannia memikirkan itu.

Pernah Dannia berbasa-basi menanyakan keberadaan abun kepada jeha dengan nada datarnya. Namun jeha sama sekali tidak memberi tahu Dannia. Dengan alasan jeha pun tak tahu.

Sebenarnya jeha sudah tau kalau abun mencintai Dannia. Dan jeha pun merasa terkejut dan sedikit sakit hati namun segera dia tepis semua itu, mungkin selama ini dia bukan mencintai abun tapi hanya mengagumi sosok abun.

Dan kenapa jeha tidak memberi tahu Dannia perihal abun yang tidak bersekolah selama satu minggu? Itu karena permintaan junior.

Junior bilang, jangan memberi tahu Dannia, dia ingin melihat reaksi Dannia bagaimana jika tidak ada abun.

Namun ekspetasi hanyalah ekspetasi nyatanya Dannia terlihat biasa-biasa saja bahkan semakin lengket dengan rangga. Atau mungkin mereka sudah pacaran. Memikirkan itu saja junior ingin muntah.

Mengapa Dannia lebih memilih si brengsek Rangga daripada abun? Ingin rasanya junior mengatakan kebenarannya kepada Dannia, bahwa Rangga itu bukan orang yang baik. Tetapi masalahnya abun melarang dirinya untuk memberi tahu Dannia.

Abun tidak ingin jika pertemanan junior dengan Dannia juga harus renggang. Cukup dirinya saja yang sudah tidak dianggap lagi oleh Dannia. Tidak dengan teman-temannya.

Seperti sekarang Dannia sedang duduk ditempat kursinya. Memang, bel masuk sudah berbunyi sejak 2 menit yang lalu dan Dannia masih merenung di tempat duduknya.

Entahlah, Dannia seperti sedang memikirkan sesuatu. Seperti ada yang hilang dari pandangannya dan juga seperti ada yang mengganjal di hatinya. Entah itu apa Dannia juga tidak tahu.

Dannia juga sering sekali memikirkan abun. Entah kenapa akhir-akhir ini abun selalu ada dipikirannya. Tetapi dia selalu menepis itu semua. Mungkin karena dia terlalu membenci abun pikirnya.

"Dey, kenapa ngelamun Mulu si? Kesambet Lo ya?" Tanya Rio yang baru saja memasuki kelas.

Dannia lalu tersadar dari lamunannya
"Yakali pagi-pagi kesambet" ucapnya datar.

"Takutnya aja kesambet setan sirangga" ucap Rio becanda.

"Gak lucu"

"Lagian siapa yang ngelucu" balas Rio lalu mendudukan dirinya di dikursinya.

Tiba-tiba jeha datang memasuki kelas sembari membawa buku di tangannya. Kemudian menyapa Rio dan Dannia.

"Hay Dey, Ri" sapa jeha mendudukan dirinya dikursi.

"Hay juga" ucap Rio dan Dannia berbarengan.

Dannia menoleh ke tempat duduk abun.

"Apa dia gak sekolah lagi" gumam Dannia tanpa sadar.

Rio yang merasa Dannia berbicara segera menolehkan kepalanya "Lo ngomong sama gue, apa sama setan? Tanya rio.

Dannia memutar bola matanya "sama setan" jeda Dannia kemudian melanjutkan "dan setannya itu Lo" ucapnya kembali.

"Aneh banget si Lo"

----

Bel istirahat berbunyi semua siswa/siswi berhamburan keluar kelas. Menyisakan Dannia dan jeha.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang