CHAPTER 21

2K 187 109
                                    

"apa dey? Lo mau nyalahin gue lagi karena gue udah mukul Rangga?" Tanya Abun tersenyum kecut.

"Gue-

"Cukup dey hari ini gue yang akan bicara banyak. Kemarin lo yang selalu bicara dan gue yang mendengarkan. Hari ini biarin gue bicara dan Lo yang mendengarkan" ucap Abun sedikit marah.

Abun marah karena dia selalu terlihat lemah jika sudah menyangkut Dannia. Dia tidak bisa marah. tapi bolehkah hari ini Abun meluapkan semuanya didepan Dannia?

Bolehkah Abun kecewa kepada Dannia karena selalu membela Rangga?

Dan bolehkah Abun menyerah untuk cintanya?

Hari ini Abun akan menjawab dan melakukan semua pertanyaan itu. Abun akan marah dan mungkin Abun akan menyerah.

"Lo kesini karena lo mau salahin gue, dan lo kesini karena lo ingin meminta maaf atas nama Rangga karena lo merasa bersalah? Gue tau dey, gue tau bakalan seperti ini. Dan kali ini gue gak nyesel karena udah mukul Rangga

"Gue bahkan bangga karena gue udah mukul bajingan seperti dia, dan seharusnya gue bunuh dia kemarin" ucap Abun dengan kilatan marah di matanya.

"Selama ini gue selalu diam ketika dia menginjak-injak harga diri gue, selama ini gue selalu diam ketika dia merendahkan gue serendah-rendahnya. Tapi, gue gabakalan diam ketika dia udah nyentuh orang yang paling berharga di hidup gue, gue bakalan kejar kemanapun dia pergi ke ujung dunia bahkan sampai ke neraka. Dan gue bakalan membuat dia menyesal karena pernah nyentuh bunda gue" ucap Abun dingin. Sangat dingin.

Bahkan Dannia yang melihati itu merasa ketakutan. Sungguh Dannia tidak pernah melihat sisi Abun yang sedingin dan semenyeramkan ini. Abun yang biasa dia lihat adalah Abun yang humoris dan sekarang dia bukanlah Abun yang seperti biasa dia lihat. Ini berbeda dan dannia merasa takut.

"Sentuh bunda, dan gue bakalan bunuh dia. Gue gak peduli walaupun dia adalah bagian terpenting dalam hidup lo sekarang. Kalau bunda gue sampai disakiti, gue bakalan menyakiti orang itu kembali, gue gapeduli walaupun dia sodara tiri gue" ucap Abun memukul tembok dengan sangat keras.

Untungnya lorong rumah sakit tempat bundanya dirawat sangat sepi. Mungkin karena ruangan ini adalah ruangan VVIP itu karena ruangan ini lebih privasi.

"Sodara tiri?" Tanya Dannia bingun dan masih dengan rasa takutnya. Namun Abun tidak menanggapi pertanyaan Dannia.

"Gue gak pernah bener-bener membenci seseorang, dan gak pernah bener-bener ngejadiin seseorang musuh gue. Tapi sejak dia nyentuh dan melukai bunda gue, maka gue ngejadiin dia musuh gue seumur hidup"

"Selama ini gue selalu diam karena gue cinta sama lo, iya sebenernya gue cinta sama lo dey tapi dengan pengecutnya gue mencintai lo secara diam-diam. Karena lo tau? Gue terlalu takut ditolak dengan alasan kita temen. Dan dugaan gue bener bahkan lo ngebenci gue karena gue cinta sama Lo"

"Gue gak pernah nyalahin perasaan gue ke lo, lo tau? Ketika Lo bilang perasaan gue adalah kesalahan disitu gue merasa hancur Dey. Seharusnya Lo tau kalo cinta itu gak pernah tau kepada siapa dia akan terjatuh. Dan gue juga gak tau kenapa cinta gue jatuh di lo"

"Bahkan kalo gue harus memilih, gue juga gak mau punya perasaan ini ke lo. Tapi lagi-lagi ini perasaan. Gue gak bisa nyalahin perasaan gue" ucap Abun sedikit berkaca-kaca.

"Kenapa lo secinta itu sama gue?" Tanya Dannia dengan bodohnya.

"Kalo lo tanya kenapa gue cinta sama lo, apakah Lo punya jawaban kenapa matahari datang di siang hari?. Apakah Lo punya jawaban kenapa bulan bercahaya? Dan apakah lo punya jawaban kenapa hujan turunnya air?

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang