CHAPTER 7

2.1K 139 44
                                    

Setelah selesai makan di kantin. kini Rio dan junior sedang berada di koridor yang cukup sepi.

Sebenarnya tadi Rio yang mengajak junior untuk berbicara. Sebab, ada yang mengganjal di pikirannya dan harus segera di bicarakan.

Mengapa dengan junior? Sebab junior yang lebih dekat dengan abun. Ya, Rio sebenarnya ingin membicarakan sesuatu tentang abun kepada junior.

Sesuatu yang dia lihat tadi pagi dan saat jam istirahat. Rio rasa dia harus memberitahukannya kepada junior siapa tau dia sudah mengetahuinya.

"Ngapain si Lo ngajak gue kesini, mana sepi banget. Jangan-jangan Lo mau perkosa gue ya?" Selidik junior

"Lo kira gue homo. Lagian kalau pun gue homo, gue bakalan pilih-pilih" ucap Rio santai sembari memutar kedua bola matanya malas.

"Berarti Lo homo?" Tanya junior dengan bergedik ngeri. Dia takut jika Rio benar-benar homo dan dia di apa-apakan disini.

"Gue becanda sialan" jawab Rio dengan kesal kemudian kembali berujar "lagian gue masih suka lubang" Rio menatap junior malas

"Yakali kan suka batang juga" junior sedikit tertawa.

"Udah deh gausah dibahas. Manjang" ucap Rio.

"Oke. Lo mau ngomong apa?" Tanya junior lagi dengan serius.

"Gue mau nanya sama lo, Lo ngerasa gak, kalo abun tuh natap Dannia beda banget?" Tanya Rio.

"Beda apanya maksud Lo?" Tanya balik junior bingung.

"Abun tuh natap Dannia kaya suka gituh. Lo ngeliat gak sih waktu tadi Dannia bilang kalo dia lagi Deket sama si Rangga, dan apa Lo juga liat refleks dari abun. Dia kayak tersedak gitu kan?" Ucap Rio menjelaskan.

"Iya gue liat, tadi dia tersedak tapi mungkin itu karena kebetulan dia lagi minum mangkanya dia tersedak" jawab junior.

"Gue juga gak bakalan ngomong gini kalo gue belum yakin" ucap Rio kemudian melanjutkan "waktu pagi, gue sama abun barengan ke kelas. Dan waktu mau masuk tiba-tiba abun berhenti dan natap sesuatu. Gue ikutin arah tatapan dia. Lo tau? Tatapan abun berhenti di depan kelas Xll biologi dan d-

"Terus apa hubungannya" potong junior.

"Mangkanya dengerin gue ngomong sampe selesai dulu sialan" ucap Rio kesal kemudian menjitak kepala junior pelan.

"Dan Lo tau didepan kelas lo, Rangga sama Dannia lagi ngobrol sampe ketawa-ketawa. Dan gue liat tatapan abun kayak kecewa sama terluka gitu. Gue juga gak tau feeling gue bener atau ngga, Kalo abun tuh suka sama Dannia" ucap Rio.

"Lo serius? Gamungkin" ucap junior tidak mungkin.

"Itu juga menurut feeling gue doang. Gue juga gatau kenyataannya gimana. Mangkanya gue bawa Lo kesini. Karena gue mau mastiin" Rio menatap junior serius.

"Gue juga gak tau. Tapi semenjak taruhan satu Minggu yang lalu dan Dannia lebih ngedukung Rangga. Abun keliatan murung banget. Bahkan sampe sekarang dia kayak lagi nutupin sesuatu. Tapi gue gatau kalo ternyata dia cemburu sama Rangga dan dannia" ucap junior bingung pasalnya abun bukan siapa-siapanya Dannia tapi mengapa cemburu? Junior semakin bingung dibuatnya.

"Nah, gue juga ngerasa ke gitu. Terus sekarang gimana?" Tanya Rio.

"Maksud lo?"

"Maksud gue, apa gue harus bantuin abun buat dapetin Dannia? Secara kan gue sepupu Dannia dan gue bisa deketin mereka. Walaupun gue gatau hasilnya. Gimana?" Tanya Rio.

"Jangan" ucap junior tiba-tiba

"Kenapa jangan? Gue disini merasa kasian sama abun. Dan lagi dia sekarang sahabat gue juga, walaupun gue baru kenal sama kalian tapi gue ngerasa kalian baik. Dan gue harus bantuin abun" ucap Rio menatap junior.

NOTHING LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang