Bagian 4

308 125 178
                                    

"Disaat-saat tertentu, diam selalu menjadi pilihan terbaik."

*****

Suasana di kamar mandi hening. Hanya ada suara kentut Alex dan game cacing miliknya. Ya, Alex berak sembari memainkan game cacing yang sempat viral pada masanya. Lengannya tidak berhenti berkutat memainkan si anak konda. Tak berapa lama, ponselnya berdering dengan sangat nyaring. Melihat nama Bunga tertera di layar handphonenya, Alex langsung mengangkat telepon tersebut.

"Iya Ma, ada apa?"

"Lex, Mama mau minta tolong, bilangin ke Cinta kalo dia harus ke sekolah sekitar pukul sebelas lebih tiga puluhan, ya? Mama tunggu. Tapi kamu bilanginnya sekarang, ya Lex? Takutnya nanti kamu lupa."

"Iya Ma, gak akan lupa kok! Nanti aku bilangin ke Cinta, ya Ma,"  jawab Alex seperti sedang menahan sesuatu.

Peeeeeeeeeetttt ....

Brottttttttttt ....

Suara yang sedari tadi Alex tahan, kini dengan lantangnya keluar.

"Lex, kamu lagi berak? Kamu berak sambil main hp? Alex, Alex, kan Mama udah pernah bilang sama kamu, jangan pernah mainin hp di kamar mandi!" omel Bunga di seberang sana. Mendengar seperti itu, Alex langsung menutup sambungan teleponnya secara satu pihak. Jika tidak, pasti Bunga akan terus mengomel sampai telinga Alex terbakar.

💫

"Rasain lo! Sakit, kan? Siapa suruh pantat anak lo ngeluarin tai di jaket gue!" omel Cinta sembari mencabuti bulu ayam dengan sangat buas.

Ketika Cinta sedang asyik-asyiknya mencabuti bulu ayam, tiba-tiba suara misterius muncul dari arah pintu--tak berhenti memanggil namanya. Mendengar hal itu, seluruh tubuh Cinta langsung gemetar.

"Jangan bilang itu suara arwah gading koneng?" monolog Cinta dalam hati. Suasana semakin terasa mencekam. Sedikit penyesalan mulai muncul di benak wanita itu.

"Cinta, lo denger gue gak sih?"

Mendengar suara tersebut, Cinta langsung memutar tubuhnya ke belakang. Jantungnya kembali berdetak normal dikala melihat pemilik suara misterius tersebut. "Owwalah, ternyata kak Sandra, kirain arwahnya gading koneng,"

"Kata bang Alex, lo disuruh Mama ke sekolah jam setengah sebelas," ucap Sandra to the point sebelum akhirnya melenggang pergi.

Dari dulu, Sandra dan Cinta jarang sekali berinteraksi satu sama lain. Bicara pun hanya seperlunya saja--layaknya orang yang tidak saling mengenal. Cinta yakin, Sandra bersikap dingin padanya pasti ada alasan di balik itu semua. Pernah beberapa kali, Cinta berniat ingin menanyakan penyebab Sandra membenci dirinya. Namun, seringkali diurungkannya. Karena dirinya yakin, hal itu hanya akan memperkeruh keadaan.

Jan lupa tinggalkan jejak!❣

Salam sayang,

viniawis❤

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang