Bagian 10

198 90 189
                                    

"Jangan coba-coba bermain dengan janji. Apalagi dengan janji yang belum tentu kamu tepati. Karena sudah pasti, janji akan dibawa mati."

*****

Di ruang tamu, Alex dan teman-temannya sedang membicarakan hal serius. Mereka semua merupakan staf inti dalam geng motor GARUDA--dengan Alex sebagai ketuanya. Garuda bukanlah geng motor gadungan yang seringkali meresahkan lingkungan sekitar. Visi mereka jelas, berdamai dengan menyatukan seluruh geng motor dan menjadikan geng motor sebagai wadah untuk berdampak besar pada sekitar. 'MAJU TERUS, PANTANG MAMPUS!' adalah jargon dari geng motor mereka.

"Shit, Malvory berulah lagi!" tutur Gading, wakil Garuda mulai berapi-api.

"Maunya mereka apa, sih?" tanya Galang dan Rian--inti Garuda secara bersamaan.

"Curut kaya mereka emang gak akan pernah kapok!" timpal Alvan, inti Garuda yang lain sembari menggebrak meja dengan sangat kuat.

Alex membuang nafasnya dengan kasar. Malvory adalah geng motor yang tak pernah mau diajak damai. Ambisi mereka adalah menjadikan Malvory sebagai satu-satunya geng motor yang berkuasa di jalanan. "Oke Ding, atur strategi kita dengan rapi! Nanti siang kita samperin anak-anak Malvory. Jangan ada yang bawa senjata, semua tangan kosong! Dan lo Lang, awasi area basecamp Malvory. Kalo ada yang mencurigakan, hubungi gue biar kita gak kebobolan dengan jebakan-jebakan tai itu!" perintah Alex yang langsung diangguki oleh Gading dan Galang. Ia beralih melirik Alvan dan Rian. "Van, Yan, lo berdua pergi ke basecamp kita dan kasih tau semua anggota Garuda supaya mereka siap-siap!"

Mereka berlima mulai menjalankan aksinya. Malvory benar-benar berbahaya. Meskipun Malvory selalu kalah dalam hal apapun, namun nyalinya tak pernah ciut. Malvory selalu merasa tersaingi oleh Garuda. Mereka akan melakukan apa saja hanya untuk memenuhi ambisinya.

💫


"Ke kiri, ke kiri!" teriak Arga heboh.

"Whahahaaaaa gool, gool!" teriak Bagas tak kalah heboh.

"Lo curang, Gas!" ucap Arga tak terima.

Adelard memutar bola matanya malas ketika melihat kedua sahabatnya tampak asyik sendiri tanpa menghiraukan dirinya.

"Woyyyy! Perasaan dari tadi gue dikacangin mulu," teriak Adelard kepada Bagas dan Arga. "Gue mau cerita!"

Mendengar ucapan Adelard, Bagas dan Arga langsung melemparkan stik gamenya ke sembarang arah. Perlahan mereka berdua mulai mendekatkan diri ke tempat dimana Adelard berada.

"Cerita apa, Yad? Lo gak bercanda, kan?" tanya Arga sedikit curiga.

Adelard menatap Arga dan Bagas secara bergantian. "Tapi lo berdua jangan ngetawain gue!"

"Tergantung," jawab Arga dan Bagas secara bersamaan.

Adelard menelan salivanya susah payah. "Kalo gue nikah, wajar gak sih?"

"Ya wajar, lah, Bambang! Berarti lo itu normal." ucap Arga yang diangguki oleh Bagas.

"Jangan bilang, setelah lulus SMA nanti lo bakalan langsung nikah?" imbuh Bagas menyelidik.

"Bukan setelah lulus lagi, tapi secepatnya gue bakalan nikah,"

"WHAT?" Arga dan Bagas terlonjak kaget dari tempatnya.

Pasalnya, selama ini, Adelard tidak pernah peduli dengan yang namanya percintaan, apalagi pernikahan. Tapi kini, laki-laki itu secara terang-terangan mengaku bahwa dirinya akan segera menikah. Hal ini benar-benar tidak aman untuk jantung dan pikiran Arga dan juga Bagas.

"Bentar, bentar, jadi maksudnya lo dijodohin?" tanya Bagas yang masih belum mengerti.

Arga ikutan panik. "Lo beneran dijodohin sama tante Laila juga om Anton, Yad? Terus lo mau aja, gitu?"

Adelard mengusap wajahnya dengan kasar. "Enggak, enggak, bukan gitu. Lo berdua inget gak sama janji gue? Pas kucing kesayangan gue kelindes mobil,"

Arga dan Bagas tampak berpikir. Mencoba untuk mengingat kembali kejadian lima tahun yang lalu, dimana mereka baru menginjak kelas satu SMP.

"Oooooo, gue inget! Yang kalo kucing lo itu hidup lagi, lo janji bakal nikah sama siapapun yang datang ke mimpi lo dan pas waktu itu, kucing kesayangan lo beneran hidup lagi, Yad!" tutur Arga yang diangguki oleh Adelard.

Bagas mengerutkan keningnya. "Yang mana, Ga?" tanya Bagas yang masih lupa dengan kejadian itu.

"Ituloh, yang pas kita baru masuk SMP, Gas. Waktu itu kita naik rumah pohon. Si Adelard bawa kucing yang namanya Tora. Waktu kita semua udah di atas, si Tora tiba-tiba kabur dan akhirnya kelindes mobil,"

"Oooooo iya, sekarang gue inget!" tutur Bagas sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi itu cuma main-main aja, gak, sih?"

Arga menonyor kepala milik Bagas hingga si empunya meringis kesakitan. "Main-main gimana maksudnya? Dimana-mana, yang namanya janji itu utang dan utang harus dibayar!"

"Terus sekarang gue harus gimana?" tanya Adelard merasa buntu.

"Ya lo harus deketin cewek itu, lah!" jawab Bagas menggebu-gebu. Dirinya benar-benar gemas pada otak milik Adelard yang selalu tidak sinkron disetiap situasi genting seperti ini.

"Nah, Bener! Pokoknya yang pertama, lo harus tanya dulu sama cewek itu. Siap atau enggak, kalo lo nikahin dia secepatnya. Masalahnya kan ini ngedadak banget, Bro. Yakinin dulu aja, baru deh lo tentuin nikahnya mau kapan. Lagi pula, yang namanya pernikahan itu bukan buat main-main, Yad," ucap Arga menimpali.

Adelard tampak berpikir. Ia melirik Arga dan Bagas secara bergantian. "Atau gue kabur aja, ya?"

Seketika, Arga dan Bagas langsung menjitak kepala Adelard secara bergantian. "GILA, LO!" pekik mereka berdua.

Adelard benar-benar buntu. Pikirannya kalang kabut. Awalnya Adelard hanya main-main saja mengucapkan janji itu. Namun nyatanya, janji adalah utang dan utang mau tidak mau harus dibayar secepatnya.

"Masalahnya, ceweknya  itu si Cinta!" pekik Adelard histeris.

Tidak ada reaksi apapun dari Arga dan Bagas.  Mereka berdua hanya diam seraya saling tatap--merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Ini terlalu tiba-tiba dan tidak masuk akal. Lagi pula, Cinta terlalu muda untuk menikah dalam waktu dekat ini. Arga dan Bagas tidak yakin, jika wanita itu bisa menikah saat ia masih sekolah.

"Cinta Ananda Pratiwi? Anggota baru taekwondo? Temennya Syalwa?" tanya Bagas bertubi-tubi. Adelard hanya mengangguk lemah.

"KOK BISA?" pekik Arga dan Bagas secara bersamaan.

"Bukannya  lo gak kenal, ya?" Kini giliran Arga yang bertanya.

Adelard membuang nafasnya dengan kasar. "Sebenarnya gue udah kenal dari lama sama tuh anak. Tapi hubungan kami gak baik. Cinta adalah musuh bebuyutan gue waktu SMP dulu,"

"Bakalan sulit, sih, kalo kaya gitu," tutur Bagas tampak berpikir.

Arga ikut berpikir keras. "Lo bisa aja nikah secepatnya, Yad. Lagian kan lo juga bentar lagi lulus sekolah. Tapi Cinta? Dia baru kelas sepuluh, Bro,"

"Gampang, soal itu biar kami yang urus,"

Bukan Arga ataupun Bagas yang mengatakan hal itu. Pun dengan Adelard. Tapi, suara itu milik Anton--ayahnya Adelard yang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga bersama Laila--istri kesayangannya. Hal itu membuat Adelard sontak memutar bola matanya malas. Sedangkan Arga dan Bagas mengangguk paham pada Anton dan Laila yang tengah tersenyum penuh jenaka pada mereka bertiga.

"Sumpah, Yad, kehidupan lo mirip cerita fiksi!" pekik Bagas tiba-tiba.

"Makannya, kalo ngomong hati-hati, Mas!" ledek Arga yang terkekeh setelahnya.

Adelard merasa dikhianati. Kedua sahabatnya berada dipihak yang sama dengan orang tuanya. Mulai saat ini, Adelard menyerahkan segala urusannya pada Tuhan. Meskipun dirinya tahu, ketenangan dan kewarasan akan sangat sulit Adelard dapatkan ketika dirinya benar-benar sudah menikah dengan wanita berhati setan seperti Cinta. 

Jan lupa tinggalkan jejak!❣

Salam sayang,

viniawis ❤

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang