Bagian 9

222 107 179
                                    

"Tiga hal yang tidak bisa ditahan. Pertama ketawa, kedua nangis, dan ketiga berak."

*****

"Ziko, Zaki, cepet bayar uang kas kalian!" teriak Marsha sebagai bendahara kelas X IPS 3 pada si kembar Ziko dan Zaki.

"Berapa uang sih, Sha?" balas Ziko meremehkan.

Zaki mulai mengintimidasi. "Marsha, come on, malakin orang itu dosa!"

"Dosa pala lo? Kalian berdua itu udah nunggak tiga Minggu, ya!" jeda Marsha sebelum mengeluarkan unek-uneknya. "SATU MINGGUNYA LIMA PULUH RIBU, KALO LO LUPA. JADI, TIGA DIKALI LIMA PULUH RIBU HASILNYA SERATUS LIMA PULUH RIBU. DIKALI LAGI DUA KARENA LO BERDUA ITU KEMBAR DAN SAMA-SAMA NUNGGAK, JADI TOTALNYA TIGA RATUS RIBU! CEPETAN BAYAR, GUE GAK MAU TAU, POKOKNYA LO BERDUA HARUS BAYAR SEKARANG! TITIK GAK PAKE KOMA APALAGI SPASIIIIIII!"

Ziko menutup telinganya yang hampir terbakar karena mendengar teriakan wanita itu. "Marsha anaknya beruang, gue gak punya uang cash. Jadi bayarnya nanti aja, ya? Lagian tiga ratus rebu doang,"

"Iya Sha. Tenang aja, kali, si Cinta juga belum bayar. Kenapa gak lo tagih? Nunggak mulu perasaan," timpal Zaki yang langsung diangguki oleh kembarannya.

Cinta memutar bola matanya malas. Bisa-bisanya Ziko dan Zaki memfitnah dirinya. "Dasar, kembar gak tau diri! Fitnah itu lebih kejam dari pada mencintai bini orang!"

"Gue gak mau tau, pokonya lo berdua harus bayar sekarang. Kalo enggak, gue aduin, yaa ke bu Sri! Supaya lo berdua di coret dari daftar kelas ini!" ancam Marsha.

"Nihh, nih! Dasar anak beruang, bisanya cuma ngancem." umpat Ziko. "Udah, udah, kembaliannya ambil aja!" lanjutnya saat Marsha mengambil uang tiga ratus ribu dari tangannya.

"Idih, idih, kembiliinnyi imbil iji. Halaaahh, kalo uang pas-pasan jangan sok keras, Bro!" balas Marsha memenye-menyekan ucapannya.

💫

Setelah pelajaran selesai, Cinta tidak langsung pulang. Ia latihan taekwondo bersama yang lainnya. Sialnya, Cinta baru tahu jika ekskul tersebut diketuai oleh Adelard, dengan Arga dan Bagas sebagai anggota inti mereka. Entah sudah berapa menit setelah latihan selesai, Cinta berdiri di parkiran. Teman sekelasnya--Budi dan Marsha yang juga mengikuti ekskul tersebut telah lebih dulu pulang ke rumahnya masing-masing. Wanita itu tengah menunggu Alex yang sampai detik ini belum juga menampakkan batang hidungnya. Ban sepeda Cinta bocor dan untuk sementara Alex harus mengantar jemput adik bungsunya itu. Melihat Alex yang tak kunjung datang, Cinta langsung beranjak dari parkiran.

"Tumben jalanan sepi," batin Cinta sembari terus berjalan.

Tak berapa lama, di pertengahan jalan, ada dua orang preman yang tiba-tiba menghampiri Cinta. Baju dan celana mereka dipenuhi oleh rantai sebagai propertinya. Masing-masing hidungnya memiliki tindik. Tak lupa juga, anting dan tato yang memenuhi tubuh keduanya--menambah aura seram yang seakan keluar begitu saja.

"Mulus juga nih bocah," ucap preman yang satu sembari melirik tubuh Cinta dari atas sampai bawah dengan penuh nafsu. Panggil saja preman yang satu ini MARKINI.

"Neng, tasnya mau diserahin sendiri atau diambil sama Abang?" goda preman yang satu lagi kepada Cinta. Panggil saja preman ini MARKONO.

"Pfttt, Abang? Gak salah denger, nih, Pak? Anda pikir, anda ini masih ABG, apa? Pake mau dipanggil Abang segala, lagi!" ledek Cinta menggebu-gebu seakan tidak takut pada mereka yang bisa melayangkan nyawanya kapan saja.

"Aduhhh, si Eneng cantik-cantik kok galak? Mana gak sopan, lagi!" balas Markono kembali menanggapi.

Cinta terkekeh pelan. "Ehhh, Bapak gak punya bini, ya?" tanya Cinta tak tanggung-tanggung. "Tapi wajar, sih, pekerjaan juga nyopet atau ngebegal. Pantes kalo gak punya bini. Mana udah aki-aki, lagi. Inget umur Pak, mending kalian berdua tobat aja."

"Ehhh anj*ng! Lo nantangin gue? Banyak bacot, cepet serahin tas lo!" murka Markini mulai kesetanan. Ia mengarahkan pisau yang sedari tadi disimpan di saku celana miliknya, tepat pada leher Cinta. Sedangkan Markono memegangi kedua lengan wanita itu agar tidak kabur.

"Ehhh Pak, kalo ngomong tuh jangan muncrat-muncrat, dong! Jijik banget. Gak pernah gosok gigi, ya?" Dengan santainya Cinta berbicara seperti itu. "Ini lagi, kenapa ban mobil dipake di telinga segala, sih? Penyalahgunaan banget," lanjut Cinta mengomentari anting yang terpasang di telinga mereka berdua.

"Halah, bacottt anj*ng!" murka Markini hendak memotong leher Cinta menggunakan pisau.

Kedua preman itu tak main-main. Mereka langsung bergerak hendak memotong leher milik Cinta. Wanita itu hanya memejamkan matanya sembari terus berdoa--berharap ada keajaiban yang datang menghampirinya. Namun, saat Markono dan Markini ingin melancarkan aksinya, tiba-tiba tangan mereka dicekal oleh seorang pria yang tidak sengaja melewati tempat itu. Terjadilah perkelahian di sana. Ia memukul mundur kedua preman--Markono dan Markini.

"Lo berdua mau mati di tangan gue, atau nanti dijemput langsung sama malaikat?" tutur lelaki itu tak main-main.

Suara laki-laki itu tidak asing bagi Cinta. Ya, suara itu milik Adelard. Kenapa lelaki bodoh itu bisa ada di sini? Cinta kembali menetralkan kembali kecurigaannya.

Setelah membuat Markono dan Markini pergi, Adelard langsung berlari menghampiri Cinta. "Lo gak papa, kan, Cil?"

"Gue gak papa. Lagian lo kok sok-sokan banget nolongin gue? Pasti ada maunya, kan?"

"Ehh, Bocil! Gak tau terima kasih banget, sih, lo? Untung gue masih punya hati, jadi gue rela babak belur cuma buat nolongin lo! Lagian lo bisa-bisanya nantangin dua preman itu. Bahaya Cil, bahaya,"

"Peduli apa lo sama gue? Biasanya juga lo seneng kalo liat gue menderita,"

Adelard mengangkat bahunya acuh. Berbicara dengan wanita ini hanya akan membuat dirinya darah tinggi. "Hati-hati, nanti ada preman lagi. Kalo preman itu balik lagi, gue gak bakalan nolongin lo, hadepin aja sendiri!" Adelard mulai memakai kembali helmnya. "Btw, lo punya hutang budi sama gue!"

"Gue gak denger, wleee," ledek Cinta sembari menutup kedua telinganya.

Adelard berusaha meraih lengan Cinta dan menyingkirkannya dari telinga milik wanita itu. "Heh, Bocil! Lo harus mau jadi istri gue. Anggep aja itu sebagai balas budi karena gue udah nyelamatin nyawa lo," ujar Adelard yang membuat Cinta langsung membulatkan matanya dengan sempurna. Laki-laki itu mulai menaiki motor ninjanya. "Bye, calon istri!"

"DASAR SINTING!" teriak Cinta menyumpah serapahi Adelard.


Jan lupa tinggalkan jejak!❣

Salam sayang,

viniawis❤

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang