Bagian 49

16 13 22
                                    

"Mencintaimu adalah rasa yang tidak akan pernah aku sesali. Kamu itu seperti langit, selalu ada, tapi begitu sulit untuk kugapai."

*****


Hari ini adalah hari pertama ujian. Syarat utama untuk lulus adalah mengikuti ujian tersebut. Adelard tidak ingin menyia-nyiakan sisa terakhir sekolahnya. Ia tidak pernah lengah untuk terus belajar agar mendapatkan nilai yang memuaskan. Matahari belum mengeluarkan sinarnya, namun Adelard sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dengan terpaksa, Cinta memasangkan dasi milik laki-laki yang sedang sibuk mengerjakan latihan soal di atas buku tebal yang selalu menemani hari-harinya selama ini. Setelah selesai memasangkan dasi, Cinta menyiapkan sarapan untuk Adelard. Kini dirinya sudah seperti ibu-ibu umur tiga puluhan yang sedang mengurus anak kecil yang baru masuk sekolah. Cinta masih setia memakai kimononya karena untuk seminggu ini, kelas X dan XI diliburkan agar tidak menggangu ujian yang akan dilakukan oleh kelas XII.

"Nih, cepetan dimakan!" Cinta menyodorkan nasi beserta lauk pauk pada Adelard.

"Suapin,"

Cinta membulatkan matanya dengan sempurna. Umpatan kian memenuhi benaknya. "Sumpahhh, lo kira gue gak laper, apa? Gue juga mau makan, kali. Makan sendiri aja! Apa gunanya punya dua tangan?"

"Pelit amat lo, tinggal nyuapin doang, juga. Lo gak liat, kedua tangan gue lagi sibuk ngerjain soal?"

"Halah, sok-sokan ngambis, tapi nakalnya gak abis-abis!"

"Hidup itu harus seimbang!"

Suara sendok dan garpu melayang di udara. Cinta menusukkan garpu pada lauk pauk dengan sangat keras hingga menciptakan suara gesekan antara garpu dan piring. Adelard terkekeh mendengarnya. Ia merasa begitu puas ketika melihat Cinta marah-marah seperti ini. Cinta menatap Adelard dengan malas. Ia memasukkan nasi ke dalam mulut Adelard dengan kasar.

"Kalo ngelakuin sesuatu itu harus ikhlas, masa nyuapin suami sendiri bibirnya kaya curut gitu, gak baik dong," ucap Adelard sembari mencolek hidung milik Cinta.

Cinta memutar bola matanya malas. Bagaimana tidak? Pagi ini, Adelard benar-benar menguras emosinya. Cinta tidak menghiraukan perkataan Adelard. Ia malah semakin gencar memasukkan nasi ke dalam mulut Adelard dengan porsi yang sangat banyak hingga laki-laki itu kesulitan untuk menelannya.

"Rasain!" ejek Cinta dikala melihat Adelard dengan mulut yang sangat penuh.

Keringat Adelard bercucuran. Ia kesulitan untuk mengunyah bahkan untuk menelannya langsung pun tidak bisa. Adelard memukul-mukul meja tanda meminta bantuan agar Cinta sudi untuk mengambilkan minum untuknya. Namun Cinta malah tertawa terpingkal-pingkal tanpa mempedulikan suaminya itu sedikit pun.

"US-TAD, LIAT IN-I UST-AD!" teriak Adelard dengan susah payah hingga nasi di dalam mulutnya berhamburan keluar.

"Najis banget!" pekik Cinta tidak terima dikala wajahnya terkena semburan nasi dari mulut Adelard.

Kini giliran Adelard yang tertawa terpingkal-pingkal. Tubuh kekarnya kian bergetar karena tawa Adelard begitu keras. Cinta memalingkan wajahnya. Ia memanyunkan bibirnya sebal. Adelard yang melihat seperti itu langsung merasa gemas sendiri. Ia mengacak-acak rambut Cinta dengan sayang.

"Jangan sentuh rambut gue, haram!" tukasnya menepis tangan Adelard.

Apa katanya? Haram? Dapat Adelard simpulkan bahwa rambut milik Cinta adalah salah satu spesies babi atau kalau tidak anjing karena keduanya sama-sama haram.

Cup!

Bibir milik Adelard mendarat di bibir milik Cinta. Ya, Adelard mencium bibir milik Cinta dengan singkat. Hal itu membuat si empunya tiba-tiba diam mematung. Detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

Adelard terkekeh geli dengan apa yang baru saja ia lakukan pada Cinta. "Kalo gak mau dicium lagi, bibirnya jangan dimonyong-monyongin kaya tadi, ya? Nanti gue khilaf,"

"Sialan! First kiss gue!" pekik Cinta seraya mengusap bibirnya.

Baper? Mana mungkin! Tidak semudah itu meluluhkan hati seorang Cinta Ananda Pratiwi. Apalagi sedari dulu, dirinya telah kehilangan kepercayaan terhadap laki-laki karena ulah ayahnya sendiri.

💫


Suasana begitu sepi. Semua murid sedang fokus dengan soal ujiannya masing-masing. Arga dan Bagas tampak berdecak dikala melihat mata pelajaran yang harus mereka kerjakan. MATEMATIKA. Semua orang tampak gusar. Pelajaran yang begitu minim peminatnya. Terutama Arga dan Bagas yang begitu anti dengan pelajaran tersebut. Tapi soal menghitung uang, Arga dan Bagas selalu maju paling depan.

"Masyaallah, baru juga hari pertama, udah disuguhi hal-hal yang memberatkan," umpat Arga merasa tidak sanggup.

"Berat kaya dosa lo!" ledek Bagas yang tempat duduknya tidak jauh dari Arga.

Arga mengangkat sebelah kakinya. Lalu memberikannya pada Bagas. "Ngaca!"

"Makannya belajar!" ucap Adelard setengah berbisik.

"Otak gue isinya Syalwa semua, mana sempet mikirin matematika yang tidak menyenangkan ini?" pekik Bagas histeris.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang