Bagian 26

46 35 25
                                    

"Sudah terlatih dalam memendam perasaan. Terlihat tidak tertarik, padahal diam-diam memperhatikan."

*****

Siang tadi, dokter kembali memeriksa Cinta. Wanita itu sudah bisa pulang besok pagi. Adelard bahagia bukan main. Namun seperti biasa, ia sembunyikan kebahagiaan itu--jangan sampai Cinta melihat hal ini, karena bisa-bisa nanti Cinta menjadi besar kepala.

Di ruangan, kini hanya ada Cinta dan Adelard. Sedangkan Alex, Bunga, dan Laila pulang ke rumahnya masing-masing. Karena kini, Cinta juga sudah mulai membaik. Adelard tak ingin jika mereka sakit karena terus-menerus harus menemani Cinta di rumah sakit. Jadi, Adelard meminta mereka untuk istirahat di rumah saja. Terutama Bunga dan juga Laila.

Sedari tadi, Adelard tak berhenti memandangi Cinta yang sedang tertidur. Senyum Adelard kian menghiasi pipinya. Cantik, pikirnya. Tak berapa lama, Cinta terbangun dari tidurnya. Namun, ia membuka sedikit kelopak matanya, karena tak ingin Adelard tahu bahwa dirinya sudah bangun. Ketika Cinta membuka sedikit matanya, ia langsung dikagetkan oleh lelaki yang sedang menatap dirinya dengan wajah sumringah. Hal itu membuat dirinya merasa gugup dan tidak nyaman.

"Idihh, ngapain Om-om tua bangka itu natap gue kaya gitu? Amit-amit banget mukanya," gerutu Cinta dalam hati. "Ini Gue bangun apa jangan, ya?" lagi-lagi Cinta bimbang. Rasanya, kini Adelard benar-benar kerasukan makhluk halus. Tak biasanya Adelard menatap dirinya seperti itu.

Setelah berpikir lumayan lama, akhirnya Cinta memutuskan untuk bangun dari tidurnya. "Yaudah deh, gue bangun aja." Akhirnya Cinta menentukan pilihannya. "Eh tapi kalo gue bangun, nanti kata pertama yang bakal gue ucapin apa, ya?"

Akhirnya Cinta memutuskan untuk mengagetkan Adelard. "Woy!"

"Astaghfirullah!" pekik Adelard sembari membulatkan matanya dengan sempurna. "Ngagetin aja lo, Bocil! Untung jantung gue gak terbang!"

"Lo pikir kuyang?" ujar Cinta lalu ia melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Gue juga tau, kali, kalo gue itu cantik." sindir Cinta selanjutnya.

"Please, jangan bilang Cinta tadi ngeliat gue?" ucap Adelard dalam hati merutuki dirinya sendiri.

"Maksud lo apa, Bocil?" tanya Adelard menatap Cinta penuh curiga.

"Stop panggil gue bocil, Om!" balas Cinta lalu ia bangun dan langsung menatap tajam ke arah Adelard. "Satu lagi, lo gak usah natap-natap gue kaya tadi! Kalo udah ada rasa, bilang aja. Kan kita udah sepakat soal itu,"

"Berarti Cinta tadi bener-bener ngeliat gue? Mampus!" umpat Adelard dalam hati. Namun ia usahakan wajahnya agar tetap biasa saja.

Perlahan Adelard mendekatkan wajahnya ke wajah milik Cinta. Kini mereka bisa merasakan deru nafasnya masing-masing. Cinta langsung membulatkan matanya dengan sempurna ketika Adelard semakin mendekatkan wajahnya ke wajah miliknya.

"Anjir! Dia mau ngapain?" Cinta menggerutu dalam hati. "Lah, kok gue jadi deg-degan gini? Enggak, gue gak boleh gini!" lanjutnya dalam hati sembari berusaha menenangkan dirinya sendiri.


Adelard semakin mendekatkan wajahnya. Jantung Cinta semakin berdegup kencang. Akhirnya hidung milik Adelard dan juga Cinta saling bersentuhan. Ingin sekali Cinta menendang Adelard. Namun tubuhnya seakan kaku hingga rasanya tak bisa bergerak. Adelard terus menatap sayu ke arah wanita itu.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang