Bagian 55

17 14 13
                                    

"Mencintai dan dicintai adalah dua hal yang sederhana, tapi tidak semua orang bisa merasakannya. Kini, aku sedang mengharapkan kedua hal itu. Karena aku percaya, bahwa CINTA DATANG KARENA TERBIASA."

*****

Malam ini, Adelard mengajak Cinta pergi ke luar. Meskipun Adelard dan Cinta tajir melintir, yang mereka sukai adalah jajan di pinggir-pinggir. Pinggir jalan contohnya. Tidak dapat dipungkiri, kedua sejoli itu seakan sudah satu frekuensi. Hobinya adalah jajan di pinggir jalan dan memberikan uang kembalian pada pedang kaki lima tersebut. Entahlah, ada sensasi yang berbeda yang dapat dirasakan oleh mereka saat bermain di area pedagang kaki lima. Jajanan zaman SD juga tidak pernah mereka lewatkan. Satu persatu makanan selalu berusaha mereka cicipi.

Binar mata milik Cinta kian terpancar ketika berbagai aneka makanan sudah terpajang di setiap pinggir jalanan. Aroma jajanan mulai menyeruak ke dalam indra penciumannya. Cinta menggenggam tangan Adelard dan mengajak laki-laki itu untuk membeli mi ayam langganannya. Sontak Adelard langsung teringat pada saat dimana Cinta akan membuka hatinya untuk Adelard. Sedari tadi, Adelard tidak bisa mengekspresikan diri saking bahagianya ia sekarang. Adelard rasa, sikap Cinta juga mulai berbeda. Seperti ada timbal balik pada perasaannya. Apakah Cinta benar-benar akan membalas perasaan dirinya? Akankah ia hidup bahagia bersama Cinta dan anak-anaknya kelak? Adelard benar-benar menunggu hari itu. Hari dimana Cinta membalas perasaannya.

"Om," panggil Cinta. Adelard langsung menoleh dan menatap teduh matanya. Cinta tak lagi memanggil Adelard dengan panggilan sayang karena masa tantangannya itu sudah habis. "Lo mau berapa porsi?"

"Biasa, dua," jawab Adelard yang langsung diangguki oleh Cinta dan memesan mi ayam sebanyak tiga porsi.

Meskipun Adelard adalah laki-laki, ia tetap tidak sanggup untuk menghabiskan dua porsi mi ayam. Bisa-bisa ia tidak bisa mencicipi jajanan yang lainnya dikarenakan terlalu kenyang. Lalu bagaimana dengan nasib mi ayam yang satu lagi? Apakah Cinta sanggup menampungnya? Tentu saja tidak.

Cinta duduk di atas kursi tanpa bangku. Begitu pula dengan Adelard. Ia ikut duduk di samping Cinta. Tak berapa lama, penjual mi ayam datang dengan tiga porsi mi di atas baki yang ia bawa. Tak lupa juga, air teh hangat yang sudah disajikan bersamaan di sana. Cinta dan Adelard langsung menyantapnya dengan lahap. Sedangkan yang satu porsinya lagi Adelard berikan pada penjual mi ayam agar dirinya makan bersama mereka. Lagi pula, dagangannya sedang tidak ramai pembeli, jadi tidak masalah jika penjual mi itu menyantap mi ayam buatan dirinya sendiri.

"Waduuuh, ini buat Mang?" tanya penjual mi ayam sembari mengusap keringat di dahinya menggunakan handuk kecil yang sedari tadi melingkar di lehernya.

Cinta menelan mi-nya dengan cepat. "Iya Mang, sini! Gabung bareng kita,"

Bisa-bisanya Cinta mengajak orang ketiga untuk makan bersama mereka. Padahal Adelard hanya ingin berduaan bersama Cinta. Menurutnya, malam ini adalah malam milik Cinta dan Adelard. Tidak boleh ada setan yang menjadi orang ketiga diantaranya. Pedagang mi ayam tersebut menggaruk kepala di balik topinya yang tidak gatal. Lalu ia menatap Adelard yang sedang melotot ke arahnya.

"S-saya makan di sana aja Neng, takutnya ada yang mau beli," tolak pedagang mi ayam gelagapan. "Itu si Aa juga kayanya gak pengen diganggu, maunya berduaan sama Eneng," lanjut pedagang tersebut seakan sudah mengerti dengan tatapan Adelard.

"Naaaah itu ngerti," timpal Adelard tersenyum senang.

Cinta menyentil dahi laki-laki yang berada di sampingnya. "Ehhhh, jangan gitu sama orang tua, Om!"

"Yaudah maaf, lagian kan gue cuma mau berduaan sama pujaan hati, emang gak boleh?" tanya Adelard cemberut.

"Jelek banget muka lo!"

"Biarin!"

Cinta menyodorkan mi ayam miliknya pada Adelard. Menyuruhnya memegang mangkuk yang berisi mi tersebut. Adelard menatap bingung ke arah Cinta.

"Suapin," rengek Cinta seperti anak kecil.

"Mana bisa? Gue juga mau makan, kali," tolak Adelard sembari memakan kembali mi-nya.

Cinta memanyunkan bibirnya. Adelard yang melihat Cinta seperti itu, langsung merasa gemas pada perempuan yang berada di sampingnya.

"Yaudah, lo abisin dulu punya lo. Gue tungguin, deh. Setelah mi lo abis, lo bisa, dong, suapin gue?"

Adelard memutar bola matanya malas. Tak berapa lama, Adelard telah selesai menghabiskan mi-nya sampai tandas. Ia mengambil alih mi milik Cinta, lalu menyuapi wanita itu. Cinta beralih menggenggam salah satu tangan Adelard. Sedangkan yang satunya lagi, Adelard gunakan untuk memegang mangkuk yang berisi mi tersebut.

Adelard mengernyitkan dahinya heran. Ia tidak tahu malam ini Cinta kerasukan apa. Sikapnya sangat berbeda dari biasanya. "Lo ngapain pegang-pegang tangan gue?"

"Emangnya gak boleh?"

"Ya bukannya gak boleh, tapi kan tadi lo nyuruh gue buat suapin lo. Kalo lo genggam tangan gue terus, otomatis gue gak bisa suapin lo, dong,"

"Dasar pelit! Gue kan cuma kedinginan aja,"

Adelard langsung menaruh mangkuk mi-nya. Ia beralih menggenggam kedua tangan milik Cinta lalu menggosok-gosokkannya. Sesekali Adelard meniup telapak tangan milik perempuan itu. Menciptakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh Cinta.

"Sekarang udah mendingan?" tanya Adelard yang membuat Cinta mengangguk. "Gue minta maaf, ya, Cin? Seharusnya gue gak ngajak lo keluar malem-malem kaya gini. Mana dingin, lagi, nanti lo sakit,"

Cinta tertawa renyah mendengar penuturan Adelard. Menurutnya, laki-laki itu terlalu berlebihan. Cinta wanita yang tahan banting, mana mungkin dirinya sakit hanya karena keluar malam.

Adelard mengangkat sebelah alisnya. "Kok lo malah ketawa?"

"Lagian, lo berlebihan banget, Om! Lo kira gue orok, yang kedinginan langsung sakit?"

Adelard melepaskan genggaman tangannya. Membawa mangkuk yang berisi mi kembali dan menyuapi Cinta. Perempuan itu sedari tadi menatap Adelard. Entah kenapa, mata miliknya tidak pernah merasa bosan ketika melihat wajah Adelard yang nyaris sempurna. Cinta baru menyadari, jika diperhatikan, Adelard memang begitu tampan. Rahang yang tegas membuatnya semakin menarik untuk dilihat. Pahatan yang sempurna! Cinta tersenyum manis ke arah laki-laki yang tengah menyuapi dirinya.

Adelard menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jakunnya terlihat naik turun. Kenapa ia merasa canggung sekali ketika Cinta menatapnya seperti itu? Adelard merasa gugup. Benar-benar gugup.

"Woy! Ngapain lo liatin gue? Pake sunyam-senyum segala, lagi. Udah mulai suka, ya, sama gue? Atau lo baru sadar, kalo gue itu ganteng?" tanya Adelard menetralkan kembali detak jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang.

Cinta memutar bola matanya malas. Meskipun dirinya tidak bisa memungkiri perkataan Adelard tadi, tapi ia merasa sebal ketika laki-laki itu bersikap terlalu percaya diri. Adelard terkekeh geli ketika melihat ekspresi yang Cinta berikan. Kenapa pujaan hatinya itu sangat menggemaskan sekali malam ini? Ia mencubit hidung yang tidak terlalu mancung milik wanita itu.

"Ngeselin banget, sih, lo, jadi manusia!" cibir Cinta sambil melipatkan tangannya di depan dada. "Sakit tau,"

"Makannya, punya hidung itu jangan pesek-pesek amat, bikin gue pengen memusnahkan aja,"

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang