Bagian 28

29 32 41
                                    

"Terkadang, aku ditambah kamu tak selalu menjadi KITA. Ada kalanya, aku ditambah kamu menjadi KITA TEMENAN AJA, YA?"

******

Siang telah berganti menjadi malam. Cinta yang baru selesai melaksanakan shalat maghrib langsung membuka laptopnya. "Om, Om!" teriak Cinta dari atas kasur memanggil Adelard yang entah sedang berada dimana.

Adelard yang baru saja pulang dari mesjid langsung memasuki kamar. "Iya sayang, ada apa, hm?"

"Sayang, sayang, pala lo peyang!" ketus Cinta yang merasa geli sendiri dengan ucapan suaminya itu.

Adelard hendak membuka sarungnya.

"Stopppp!" pekik Cinta.

Adelard terkekeh. Bisa-bisanya Cinta berpikiran macam-macam tentang dirinya. Namun ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Adelard langsung menggoda Cinta. Ia membuka sarungnya tepat dihadapan istrinya itu. Sontak Cinta langsung memejamkan matanya.

"Gila, lo Om! Sarungnya pake lagi, dong!" titah Cinta yang masih setia memejamkan matanya.

Adelard semakin gencar menggoda Cinta. Padahal dirinya memakai boxer. Mana mungkin ia memakai sarung tanpa boxer. Memangnya  Bagas, yang sarungan hanya memakai celana dalam saja?

"Buka dulu, dong, matanya. Pasti lo suka setelah liat adik gue," goda Adelard yang semakin mendekatkan dirinya pada Cinta.

"Sumpah, ya, Om! Kalo lo gak mau pake sarungnya lagi, kita musuhan!" teriak Cinta depresot.

Adelard tertawa terbahak-bahak dikala mendengar Cinta mengucapkan hal itu. Ia sangat ingin berbicara, memangnya sejak kapan kita temenan? Namun sayangnya, kata-kata itu hanya menyangkut di tenggorokan.

Adelard membuka paksa mata Cinta dengan jari-jari tangannya. "Gue pake boxer, elahh, sekali-kali otak lo perlu dicuci!"

Cinta malu bukan main. Bisa-bisanya otaknya berpikiran jauh seperti itu. Adelard terkekeh ketika melihat wajah Cinta yang memerah bak seperti kepiting rebus.

"Lo mau apa, manggil-manggil gue?" tanya Adelard mengalihkan pembicaraan.

Cinta tak menjawab pertanyaan Adelard. Ia sedang meminimalisir perasaannya. Menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan--guna menghilangkan rona merah yang ada di pipi miliknya.

"Oooo gue tau, lo kangen, kan, sama gue?" ujar Adelard dengan sangat percaya diri. "Ck, baru gue tinggal bentar, udah kangen aja,"

"Najis banget! Gue cuma mau ngajak lo nonton,"

"Astaghfirullah Cin, umur lo masih muda. Jangan macem-macem!" jawab Adelard--berpikir Cinta akan menonton film semi dewasa.

"Otak lo kusut, belum disetrika," jeda Cinta. "Gue mau ngajak lo nonton film horor, tapi gue masih bingung, film horor apa, ya, yang gak ada setannya?"

Adelard membuang nafasnya kasar. Ingin sekali ia memotong tubuh Cinta menjadi beberapa bagian lalu membuangnya ke comberan. "Cin," panggil Adelard.

"Hmmm,"

"Lo ngelawak?" tanya Adelard membeo.

"Bukan, tadi gue berak!" jawab Cinta dengan santai.

Adelard tak menggubris perkataan Cinta. Ia langsung merebut laptop yang ada di atas kasur dan mulai mengetik sesuatu di sana. Setelah itu, mereka mulai menonton film horor bersama.

💫

Suasana di sekolah masih terbilang sangat sepi. Bahkan siswa yang berada di sana dapat dihitung oleh jari. Arga berangkat tiga kali lipat lebih pagi daripada biasanya. Ia akan menemui Syalwa dan berbicara empat mata pagi ini juga. Arga harus menyelesaikannya sekarang. Ia tak mau jika karena masalah ini, dirinya dan juga Bagas menjadi asing. Arga tidak akan mengorbankan persahabatannya hanya demi satu wanita yang nantinya akan dimenangkan oleh satu orang saja. Namun meskipun begitu, Arga juga harus mengungkapkan perasaannya. Agar ia tahu, dirinya harus mundur ataupun maju. Arga sudah siap menghadapi kenyataan itu.

Tak berapa lama, Syalwa datang. Seperti biasanya, ia diantar oleh sopirnya. Baru saja Syalwa melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolah, ia langsung mendapat cekalan tangan dari Arga. Laki-laki itu membawanya ke area taman sekolah. Awalnya Syalwa berontak, tapi ketika ia melihat bahwa Arga yang membawanya, ia pasrah saja. Setelah berada di taman sekolah, Arga menyuruh Syalwa untuk duduk di kursi yang tersedia di sana.

"Lo bawa gue ke sini mau apa, Ga?" tanya Syalwa dengan lembut.

"Nah ini Syal, ini yang buat gue berharap sama lo. Kelembutan lo yang membuat harapan itu menjadi semakin tinggi," ujar Arga pada Syalwa yang selalu bersikap lembut padanya.

"Lo kenapa Ga? Cerita sama gue, ada apa?" tanya Syalwa lagi dan lagi dengan nada lembutnya.

Arga menelan salivanya. "Kemarin-kemarin, gue liat lo pulang bareng sama Bagas--sahabat gue sendiri. Padahal gue udah ngajak lo pulang bareng dan lo nolak. Waktu itu lo ngomong sama gue mau dijemput sama bokap lo, kan? Tapi kenapa ajakan Bagas lo iyain?" Finish. Arga berhasil mengucapkan kalimat yang membuatnya uring-uringan akhir-akhir ini.

Bahu milik Syalwa bergetar hebat. Sudah Arga pastikan, Syalwa akan menangis saat itu juga. Syalwa menundukkan kepalanya, lalu ia menangis di sana. Arga yang melihat seperti itu, langsung menggenggam tangan milik Syalwa dengan erat. Menyalurkan kehangatan dan ketenangan.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang