Bagian 11

177 72 456
                                    

"Aku ingin menikah sekali dalam seumur hidup. Tidak ada perselingkuhan apalagi perceraian. Hanya ada dua orang yang bersama sampai akhir, meski denganmu rasanya mustahil."

*****

Satu Bulan kemudian...

Hari ini, seharusnya menjadi hari yang membahagiakan untuk Cinta. Karena hari ini ia akan mengakhiri masa lajangnya. Ya, Cinta akan menikah dengan orang yang sama sekali tidak dirinya cintai. Satu-satunya mimpi terburuk yang tidak akan pernah Cinta lupakan adalah menikah dengan Adelard--manusia yang dari dulu sampai sekarang masih menjadi musuh bebuyutannya. Awalanya, Cinta menolak mentah-mentah lamaran Adelard--bahkan menganggap jika laki-laki itu hanya mempermainkannya saja. Namun, setelah satu bulan lamanya, Cinta melihat bahwa ada keseriusan di sana. Bunga pun terus mendesak Cinta untuk menerima Adelard agar menjadi calon suaminya. Entah pelet apa yang laki-laki itu berikan pada Bunga, hingga wanita itu yakin seratus persen untuk memberikan Cinta pada Adelard. Cinta tahu, Bunga pasti khawatir, jika suatu hari nanti anaknya akan menikahi orang yang salah seperti dirinya. Tapi mengapa harus Adelard? Rasanya Cinta tak sanggup jika harus menikah dengan laki-laki itu diusianya yang baru menginjak tujuh belas tahun. Jika hal itu benar-benar terjadi, masa mudanya pasti akan hancur begitu saja.

Saat ini, Cinta hanya ingin fokus pada pendidikan dan dunianya sendiri. Bukan ingin membantah perintah orang tua, namun Cinta merasa, dirinya terlalu muda untuk membangun rumah tangga. Selain itu, Cinta juga masih berada di bangku sekolah. Aneh rasanya, jika anak yang masih sekolah sudah menikah. Ini kehidupan nyata, bukan fiksi yang hanya mengandalkan imajinasi penulisnya saja. Namun, apalah daya jika Bunga yang memintanya. Mau tidak mau, suka tidak suka, Cinta harus menurutinya dan mengubur egonya dalam-dalam. Apalagi ketika Bunga mengancam akan bunuh diri jika Cinta tidak segera menikah dengan Adelard. Hal itulah yang membuat Cinta dengan sangat terpaksa harus menerima laki-laki itu dan membiarkannya masuk ke dalam hidupnya. Bunga dan kedua orang tua Adelard telah memastikan jika sekolah Cinta dan Adelard akan tetap aman selama mereka tidak berhubungan badan setelah menikah nanti. Sudah jelas, mereka bertiga telah mengurus semuanya.

"Saudara Adelard, apakah anda sudah siap?" tanya penghulu menunggu Adelard yang tak kunjung siap.

Sedari tadi, Cinta benar-benar gelisah. Takut jika Adelard akan tantrum dalam acara sakral ini. Ia dengan sengaja mencubit pinggang laki-laki itu--memberi kode agar segera mengucapkan ijab kabulnya. Menurut Cinta, Adelard terlalu banyak basa-basi. Rasa ingin menghabisi nyawa Adelard kian berkobar dalam benak Cinta.

Adelard menarik nafasnya dalam-dalam. Ia mulai menatap ke sekelilingnya dan kembali fokus pada jabatan tangan yang tegas. "Oke Pak, saya sudah siap,"

"Saya mulai, ya?" tanya penghulu kepada Adelard yang langsung dianggukinya. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Muhammad Adelard Alzam-zami bin Anton Alzam-zami, dengan Cinta Ananda Pratiwi binti Bagaskara Wijaya, dengan maskawin emas lima puluh gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Ananda Pratiwi, binti Sugiono Wijaya dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Adelard menekankan kata-kata terakhirnya dan langsung tersenyum puas menampilkan deretan giginya.

Cinta mengepalkan tangannya kuat-kuat. Memang, Adelard minta ditonjok saat itu juga. Kekacauan apalagi yang tengah Adelard perbuat? Come on, Bagaskara ke Sugiono sangatlah jauh.

"BAGASKARA, WOY! BUKAN SUGIONO," teriak Arga dan Bagas secara bersamaan.

"Baiklah, saya ulangi," pak penghulu masih bersabar. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau Muhammad Adelard Alzam-zami bin Anton Alzam-zami dengan Cinta Ananda Pratiwi binti Bagaskara Wijaya dengan maskawin emas lima puluh gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Ananda Pratiwi binti Bagaskara Wijaya dengan mas perak," kini ucapan Adelard tercekat. Sungguh bodoh, pikirnya.

"Maskawin, bodohhhh!" geram Alex yang tengah menjadi wali Cinta.

"Oke, saya ulangi sekali lagi, ya!" ucap pak penghulu penuh penekanan. "Saya nikahkan dan kawinkan engkau Muhammad Adelard Alzam-zami bin Anton Alzam-zami dengan Cinta Ananda Pratiwi binti Bagaskara Wijaya dengan maskawin emas lima puluh gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Ananda Pratiwi binti Bagaskara Wijaya dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Kini Adelard benar-benar mengucapkannya dengan benar. Cinta menghembuskan nafasnya tenang. Mulai hari ini, dirinya sudah menjadi milik Adelard seutuhnya.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu.

"Saaaaaaaaaaaaaaah!"

Alex, Bunga, Anton, dan Laila bahagia bukan main. Berbeda halnya dengan Sandra yang tampak biasa saja. Bahkan wanita itu merasa sangat senang, ketika Bagaskara tidak menghadiri pernikahan konyol ini. Entahlah, dendam apa yang dari dulu dirinya pendam kepada Cinta. Satu hal yang pasti, takaran dendam dan kebencian itu tidak akan pernah berkurang.

Satu Minggu yang lalu, Cinta dan Alex Mencari keberadaan Bagaskara. Tapi nihil, Bagaskara tak juga menampakkan batang hidungnya. Entahlah, Cinta pun tak pernah bertemu dengan ayahnya selama dirinya ada di dunia ini. Berbeda halnya dengan Alex dan Sandra. Meski tak lagi tinggal satu atap, mereka seringkali bertemu dengan Bagaskara. Sedangkan Cinta? Bahkan ia tidak mengetahui wajah ayahnya seperti apa.


Jan lupa tinggalkan jejak!❣


Salam sayang,

viniawisss❤

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang