Bagian 64

14 3 0
                                    

"Buang segala hal yang membuat kamu terluka."

*****

Hari ini, Syalwa akan berangkat ke luar negeri. Ia sudah memutuskan untuk menghilang dari kota ini. Benar kata Olivia, ia harus membangun hidup yang baru. Menjauhi hal-hal yang membuatnya sakit hati, nyatanya itu jauh lebih baik sekarang. Syalwa dan kedua orang tuanya Bagas akan pindah ke luar negeri untuk sementara waktu. Mereka akan kembali setelah Bayi Syalwa lahir dan mental Syalwa sudah kembali membaik. Kedua orang tuanya Bagas sudah memutuskan, selama di sana, mereka akan membawa Syalwa berobat ke psikiater. Awalnya Syalwa menolak karena ia yakin, bahwa dirinya itu tidak gila. Namun, lama-kelamaan, ia mulai paham. Hingga akhirnya, Syalwa pun setuju akan hal itu.

Kini, Syalwa dan kedua orang tua Bagas sedang berada di bandara. Pesawatnya akan terbang sebentar lagi. Cinta, Marsya, Budi, Ziko, dan Zaki pun ikut mengantar sahabatnya itu. Tak lupa, Arga dan Lala juga ikut mengantar Syalwa. Bunga, Adelard, dan Sandra juga tak kalah sedih ketika melihat kepergian Syalwa. Mereka semua bergantian memeluk Syalwa dengan sangat erat--karena terasa berat untuk melepaskan wanita rapuh itu. Tak terasa, air mata mereka mulai memenuhi pelupuk mata.

"Syal, lo hati-hati, ya?" ucap Budi penuh harap sembari merangkul Syalwa.

Ziko membenarkan rambut milik Syalwa yang berantakan. "Lo jangan lupa balik lagi ke sini, ya?"

"Iya Syal, kita semua bakalan nunggu lo. Kita semua sayang sama lo," imbuh Zaki.

"Syal, gue mohon lo terus tumbuh, ya? Nafas lo berarti banget buat kita semua," lanjut Cinta mendekap erat sahabatnya itu.

Marsya mulai memeluk Syalwa. "Hati-hati ya Syal. Gue yakin, lo pasti bisa berjuang buat hidup lo,"

"Lo baik-baik di sana, ya?" ucap Arga. "Bahagia selalu,"

"Hati-hati di jalannya, ya, Syal?" imbuh Lala.

Bunga dan Sandra mulai mendekat dan merangkul Syalwa secara bergantian. "Kamu yang kuat di sana, ya Nak?"

"Sehat-sehat, Syal." lanjut Sandra.

Kini giliran Adelard yang mendekap Syalwa. Ia sudah menganggap Syalwa seperti adiknya sendiri. Apalagi Syalwa adalah orang yang almarhum sahabatnya cintai. "Kalo lo udah sampe di sana, jangan lupa kabarin kita,"

Syalwa benar-benar terharu. Ternyata masih banyak orang yang sayang dan peduli padanya. "Makasih semuanya,"

Hanya itu yang bisa Syalwa katakan. Lagi-lagi Syalwa menangis penuh haru. Syalwa kira, dirinya memang sendirian. Namun nyatanya, kini ia tak sendirian. Dukungan dari mereka sangat berarti bagi dirinya.

"Ayo sayang," ajak Olivia pada Syalwa. "Kalo begitu, kita pamit, ya? Sampai ketemu lagi di lain waktu. Terima kasih sudah menyempatkan datang ke sini,"

Ayahnya Bagas berjalan di belakang mereka berdua. Mengawal dan menjaga dua wanita yang kini sudah menjadi tanggungjawabnya. Syalwa bersyukur bertemu dengan Bagas. Syalwa bersyukur mengenal baik orang tuanya Bagas. Tak ada ketulusan yang melebihi rasa tulus dan sayangnya orang tua Bagas pada Syalwa. Mereka sudah menganggap Syalwa anak mereka sendiri. Tuhan memang adil. Setelah Syalwa kehilangan segalanya, ia mendapatkan dua orang yang baik dan sangat menyayanginya lebih dari apapun.

Mereka bertiga mulai memasuki pesawatnya. Syalwa dan kedua orang tuanya Bagas melambaikan tangannya tanda salam perpisahan. Nyatanya, bandara selalu menjadi tempat yang paling menyedihkan untuk melepaskan orang yang kita sayang.

💫

Setelah mengantar Syalwa, Cinta dan Adelard ikut pulang bersama Bunga dan Sandra. Mereka semua telah berada di ruang tamu rumah milik Bunga. Alex juga ikut bergabung bersama mereka. Camilan dan es jeruk telah tersedia di atas meja. Mereka berbicara serius mengenai masa depan Cinta, Sandra, dan Alex.

"Jadi gimana kabar bundamu, Nak?" tanya Bunga pada Adelard.

Adelard mengangguk seraya tersenyum sopan. "Alhamdulillah baik, Ma. Udah lama juga kita gak ke sana, ya sayang?" ucap Adelard pada Cinta.

"Iya Ma, soalnya aku sibuk ujian dan Adelard juga sibuk persiapan kuliah." imbuh Cinta menyetujui ucapan Adelard.

"Sekali-kali kunjungi mereka Cin, Yad," ucap Alex.

"Minimal satu bulan sekali, usahain," lanjut Sandra.

"Lebih baik satu minggu sekali, paksain aja. Pasti mereka kangen banget. Ke sini juga, mainnya satu minggu sekali. Mama juga suka kangen," imbuh Bunga.

Cinta dan Adelard mengangguk kompak.

"Kak Sandra kapan nikah?" celetuk Adelard.

Sandra tersenyum kikuk. "Rencananya tahun depan. Bulan depan insyaallah Angkasa mau ngelamar,"

Semuanya merasa tercengang--kecuali Bunga karena dirinya sudah lebih dulu tahu mengenai hal itu.

"What the," ucap Alex menggantungkan ucapannya merasa terkhianati karena mereka satu rumah, namun Alex sama sekali tidak tahu soal ini.

Bunga tertawa nyerah. "Makannya, kamu jangan tawuran mulu, Bang,"

"Ehhh demi apa? Kok baru ngasih tau?" tanya Cinta antusias.

"Tapi gak papa, selamat ya, Kak, semoga lancar sampai hari H!" lanjut Adelard ikut bahagia mendengarnya.

"Makasiiiii," ucap Sandra sembari menebar senyumannya.

Alex memang sudah merestui Sandra dan Angkasa. Ia sadar, tak seharusnya mengekang adiknya itu untuk berhubungan dengan orang yang Sandra cintai. Lagi pula, Angkasa sudah memisahkan diri dari Malvory.

"Terus, lo gimana Bang?" sindir Adelard pada Alex.

"Apanya?" cengo Alex.

"Jodoh lo udah ketemu belum?"

"Alahhh, gampang itu. Udah banyak yang ngantri, gue tinggal luangin waktu buat seleksi," jawab Alex dengan percaya diri.

Semua orang yang ada di sana tertawa karenanya. Ruang tamu dipenuhi dengan riuhnya tawa mereka semua. Cinta mulai menikmati camilannya. Diikuti Adelard yang menyeruput jus jeruknya. Mereka tertawa bersama karena tiba-tiba mereka sadar jika pembicaraannya telah merembet ke mana-mana.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang