Bagian 59

18 6 11
                                    

"Semua luka yang pernah kita alami dan lewati akan tampak biasa saja, jika pembandingnya adalah KEMATIAN."

*****

Setengah jam berlalu begitu saja. Syalwa tak berhenti menggenggam tangan milik Olivia guna memberikan sedikit kekuatannya, agar Olivia tahu, bahwa yang sedih itu bukan hanya dirinya. Arga dan Adelard mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Ayahnya Bagas tampak murung, duduk di kursi tunggu rumah sakit. Di sampingnya terdapat istrinya--Olivia dan Syalwa yang tak berhenti melafalkan segala macam doa untuk kesembuhan Bagas. Sedangkan Alex dan keempat temannya kembali menuju lokasi kecelakaan untuk mengurus motor Bagas dan meluruskan masalah tabrakan itu.

"Gas, aku mohon, bertahan, ya?" ucap Syalwa bermonolog di dalam hati.

Lagi-lagi air matanya keluar begitu saja. Ini semua pasti karena dirinya. Jika saja Syalwa tidak egois, mungkin Bagas akan baik-baik saja sekarang. Perlahan, Syalwa melepaskan genggaman tangannya yang tertaut pada jari jemari milik Olivia. Ia meremas celananya sendiri. Tubuhnya benar-benar bergetar hebat. Lalu Syalwa memukuli kepalanya sendiri. Hal itu membuat semua orang yang ada di sana langsung berusaha menenangkan dirinya.

"INI SALAH AKU! ANDAI AJA AKU GAK EGOIS, MUNGKIN BAGAS SEKARANG BAKALAN BAIK-BAIK AJA!" teriak Syalwa frustasi sembari terus memukuli dirinya sendiri.

Tak sampai di situ, Syalwa menjambak rambutnya dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Semua orang sangat khawatir pada wanita itu. Penampilannya sudah tidak terbentuk. Mata sembab dan rambut berantakan, membuatnya terlihat semakin menyedihkan. Olivia memeluk Syalwa dengan erat, berniat meredakan emosi wanita mungil yang berada di sampingnya.

"Stttttt, jangan ngomong kaya gitu, sayang. Ini memang sudah ditakdirkan. Sekarang bukan saatnya salah-salahan." ujar Olivia yang berhasil memenangkan Syalwa.

Ayahnya Bagas ikut menganggukkan kepalanya. "Iya Nak, kita doakan saja semoga operasinya lancar dan Bagas cepat pulih. Tuhan gak tidur, kan?"

Adelard dan Arga saling menatap, lalu menghembuskan nafasnya sama-sama. Mereka berdua ikut duduk di samping Syalwa. Mengusap pundaknya--memberi sedikit ketenangan.

"Gue tau ini gak mudah, tapi lo jangan terus nyalahin diri lo sendiri kaya gini, Syal," ucap Adelard membuka suara.

"Kalo Bagas liat keadaan lo yang sekarang, pasti dia bakalan sedih banget," timpal Arga.

Tatapan Syalwa terlihat kosong. Kepalan tangannya mulai mengendur. Nafasnya yang tersenggal-senggal kini kembali teratur. Syalwa menatap satu persatu semua orang yang ada di sana. Lalu ia kembali menundukkan kepalanya.

"Maaf," hanya itu yang keluar dari mulut Syalwa.

Semua orang lantas menganggukkan kepalanya. Setelah itu, mereka semua kembali pada pikirannya masing-masing.

"Ya Allah, hamba mohon, jangan ambil anak hamba sekarang," lirih ayahnya Bagas di dalam hatinya.

Adelard memejamkan matanya. "Ya Allah, berilah kelancaran pada operasi sahabat hamba Ya Allah,"

Arga ikut berdoa di dalam hatinya. "Ya Allah, jangan ambil Bagas sekarang, dia berhak bahagia, aku mohon,"

"Ya Allah, aku mohon, tunjukkan keajaibanmu," Syalwa mengusap air matanya.

Olivia menggandeng Syalwa semakin erat. "Ya Allah, aku percayakan semuanya padamu,"

💫

Alex, Alvan, Gading, Galang, dan Rian sudah berada di lokasi kejadian. Masih banyak orang yang berlalu lalang di sana. Hanya saja, tidak sebanyak yang tadi. Suara sirine mobil polisi terus berdering nyaring. Jalanan yang basah tidak membuat semua orang beranjak dari tempat itu.

Alex mendapat kabar, jika pengendara truk juga dilarikan ke rumah sakit. Untung saja, pengendara truk itu hanya mengalami luka ringan. Alex dan Gading berbicara pada polisi yang ada di sana. Setelah itu, mereka langsung mengajak ketiga temannya untuk ikut bergabung. Mereka pergi bersama polisi untuk mengecek CCTV. Mereka ingin melihat tempat kejadian secara langsung, agar tidak ada kekeliruan.

Tak berapa lama, Alex, Alvan, Galang, Gading, dan dua orang polisi sudah berada di tempat CCTV. Mata mereka kian fokus pada layar komputer.  Berdasarkan penglihatan mereka, kedua polisi itu memutuskan, bahwa ini adalah murni kecelakaan. Tidak ada sedikitpun hal yang mencurigakan. Bagas yang sedang mengendarai dengan kecepatan tinggi berhadapan langsung dengan truk yang sama-sama sedang melaju dengan kecepatan yang tak kalah tinggi. Hal itu membuat keduanya tak sempat mengerem dan akhirnya tabrakan besar terjadi.

"Ini merupakan kesalahan dari kedua pihak. Jadi, tidak ada tuntutan dalam kasus ini," ujar salah satu polisi yang langsung dianggguki oleh semua orang yang ada di sana.

"Gue setuju,  karena rekaman ini udah jadi bukti yang kuat dan akurat," ujar Gading yang disetujui keempat temannya.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang