Bagian 34

26 26 25
                                    

"Entahlah, yang kutahu, mencintai tak pernah sesakit ini."

*****

Sudah satu Minggu lebih Syalwa tidak masuk sekolah. Akhir-akhir ini tak pernah terdengar lagi kabar tentang dirinya. Begitupula dengan penyelidikan kasus yang sedang dilakukan oleh Alex dan yang lainnya. Tak ada perkembangan sama sekali. Kini, Bagas pun sudah seperti orang gila--setiap hari selalu menunggu Syalwa yang telah pergi entah kemana. Bagas sangat mencintai Syalwa. Dia tak terima jika Syalwa meninggalkan dirinya begitu saja. Bahkan selama Syalwa pergi, Bagas tak pernah mendapatkan penjelasan apapun dari orang yang sangat ia cintai itu. Bahkan puluhan chatting dan telepon dari Bagas pun tak pernah Syalwa hiraukan.

"Gas, gue mau ke rumah Adelard. Katanya ada yang mau dia omongin. Lo mau ikut, kan?" tanya Arga yang khawatir dengan sahabatnya itu.

Tak ada jawaban. Bagas tetap dalam posisi awalnya--yaitu duduk melamun sembari terus melihat handphone yang tak kunjung mendapat notifikasi dari Syalwa.

"Gas?" tanya Arga sekali lagi.

Namun tetap saja tak ada jawaban. Lama-kelamaan Arga sangat kesal pada Bagas. Se-goblok itu kah jika sudah terlanjur mencintai seseorang? Bahkan Arga rasa, Bagas sudah tidak mempedulikan dirinya sendiri. Padahal diri sendiri jauh lebih berharga daripada apapun.

"Gas, please! Ikhlasin orang yang gak pernah ngehargain lo. Kalo dia jodoh lo, dia bakalan balik lagi, kok," tutur Arga yang tak dapat sahutan apapun dari Bagas. "Masih banyak kegiatan yang bisa ngebuat lo lupa sama Syalwa. Yaa, meskipun gue gak yakin kalo lo bisa ngelupain Syalwa gitu aja."

Arga berdiri dari duduknya. Melihat nanar sahabatnya yang sedari tadi tak ada pergerakan sama sekali. "Gas! Tolong lah, lo jangan kaya gini terus. Hidup lo bukan selalu tentang Syalwa, Syalwa, dan Syalwa!"

Brakkkk...

Bagas menggebrak meja dengan sangat keras. Lalu ia langsung berdiri sembari mencengkeram kerah milik Arga dengan kuat. "Kalo lo gak tau apa-apa, mending diem! Sebenernya lo seneng, kan, Syalwa ninggalin gue gitu aja?" Bagas tertawa hambar. Kemudian ia melepaskan cengkeramannya dan beralih menunjuk wajah sahabatnya itu. "Lo jangan pernah nyuruh gue ngelupain seseorang, kalo lo  aja masih ada rasa sama Syalwa. Gue tau, sampai detik ini lo belum bisa ngelupain dia, bangsat!"

Bugh!

Satu pukulan berhasil mendarat di perut milik Arga. Arga terhuyung karena tak sempat menjaga keseimbangannya. "Oke fine! Jujur gue masih sayang sama Syalwa. Mungkin lo juga tau, melupakan gak semudah itu, Gas. Tapi satu yang harus lo tau. Waktu Syalwa nolak gue dan lebih milih lo, gue sakit Gas, hati gue sakit! Tapi lama-kelamaan gue sadar, kalo Syalwa itu bukan jodoh gue dan sekarang gue lagi mencoba buat ngelupain dia!" ucap Arga berapi-api sembari berusaha untuk kembali berdiri. "Gue gak sepicik itu Gas. Gue, gak akan pernah ngorbanin sahabat hanya karena satu wanita yang belum tentu jadi jodoh gue,"

Bagas langsung menendang Arga hingga sahabatnya itu kembali terhuyung. Tak sampai di situ, Bagas beralih menindih tubuh Arga dan lagi-lagi mencengkeram kerah sahabatnya itu.

Bugh!

Bagas memukul rahang milik Arga hingga darah mengalir dari mulutnya. Bagas benar-benar melampiaskan emosinya pada temannya itu. Arga meludah ke sembarang arah. Lalu ia mengelap sudut bibir yang tengah mengeluarkan darah menggunakan jempol miliknya. Arga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum hambar ke arah manusia yang baru saja memukulinya habis-habisan. Arga menghempaskan sahabatnya itu agar menjauh dari dirinya. Bagas memandang tangannya penuh penyesalan ketika kesadarannya kembali normal. Bagas tak menyangka jika dirinya akan melakukan hal seperti itu pada Arga.

Arga bangkit. Dirinya terus menatap tajam ke arah Bagas. Ia tak menyangka jika Bagas bisa melakukan hal seperti itu pada dirinya. Ternyata memang benar, cinta bisa membutakan segalanya. Konyol rasanya, ketika sahabat kita sendiri berani melakukan hal gila hanya karena seorang wanita yang sangat dicintainya.

"Denger baik-baik Gas," jeda Arga. "Gue kecewa sama lo! Gara-gara cewek, lo rela mukulin gue habis-habisan. Gunain akal sehat lo, gue gak mau kalo lo gila karena satu wanita yang mungkin gak pernah nganggep lo ada. Sekarang, tenangin diri lo. Kalo lo udah ngerasa tenang, susul gue ke rumah Adelard. Katanya ada yang mau dia omongin," lanjut Arga sembari menepuk bahu Bagas memberikan semangat pada dirinya.

Mendapat perlakuan seperti itu, Bagas kembali merasa bersalah. Ia tak bisa mengontrol emosinya. Benar kata Arga, dirinya tak boleh seperti orang gila hanya karena satu orang wanita. Tapi bagaimana bisa? Bagas sangat mencintai Syalwa. Bagas khawatir dengan keadaannya. Namun apakah Syalwa juga begitu? Bagas rasa jawabannya tidak. Entahlah, yang Bagas tahu, mencintai tak semenyakitkan ini.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang