Bagian 45

17 12 5
                                    


"Kepala ini terasa sakit, pikiran ini terlalu berisik dengan masa lalu yang kelam dan kekhawatiran masa depan."

*****


Jam berputar begitu cepat. Sepertiga malam adalah waktu yang Adelard dan Cinta tunggu sejak tadi malam. Namun, kini mereka belum juga bangun karena semalam keduanya tidak bisa tidur. Alarm berbunyi begitu nyaring. Adelard merasa terganggu dalam tidurnya. Ia menendang Cinta agar wanita itu bangun dan mematikan alarmnya. Bukannya bangun, Cinta malah membalas tendangan Adelard dan kembali tertidur. Sepertinya mereka lupa akan tantangan semalam. Alarm tak berhenti berbunyi seperti memaksa mereka untuk mengingat tantangan yang sudah mereka janjikan. Namun lagi-lagi Adelard menendang Cinta dengan pelan agar istrinya itu sudi mematikan alarm yang sedari tadi mengganggu tidur nyenyaknya. Kini Cinta terpaksa bangun dan mematikan alarmnya. Namun ia kembali tertidur dengan pulas.

Tak berapa lama, Adelard terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba ia teringat akan hal semalam. Laki-laki itu tertawa senang karena merasa dirinya menang. Ia melirik Cinta yang masih tertidur pulas. Adelard menarik selimut menutupi tubuh mungil wanitanya itu.

"Udah, lo tidur aja ya Cin," ucap Adelard tertawa senang.

Dengan kecepatan kilat, Adelard langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah selesai, ia membangunkan Cinta untuk mengajaknya shalat tahajjud berjamaah.

"Cin, bangun," titah Adelard membangunkan Cinta.

"Eughh," Cinta hanya menggeliat.

"Cielahh, malah tidur lagi ni anak," umpat Adelard. "Woy!" bentak Adelard yang membuat Cinta terlonjak kaget karenanya.

"Astaghfirullah, ngagetin aja, apaan?" tanya Cinta seakan tak sadar pada kesepakatan semalam.

"Lo kalah," jawab Adelard mengingatkan.

Seketika Cinta langsung membulatkan matanya dengan sempurna. "Anjir! Gue lupa, woy!" pekik Cinta dengan histeris.

Adelard tertawa terpingkal-pingkal. "Udah, wudhu dulu sana! Nafas lo bau!" titah Adelard sembari menutup hidungnya.

Cinta menghisap nafasnya sendiri. "Cuma bau dikit doang, juga. Lo lebih bau, kali," sergah Cinta memutar bola matanya malas.

Adelard tidak menghiraukan Cinta. Ia sudah memakai sarung, koko, beserta kopiahnya yang semua warnanya terlihat senada dan sangat cocok dengan tubuhnya. Adelard menggelar sejadahnya dan menunggu Cinta di sana. Tak berapa lama, Cinta datang lalu memakai mukenanya. Ia langsung menghampiri Adelard dan bergabung bersamanya.

"Masyaallah, cantik banget istri gue," batin Adelard terpukau dengan ciptaan Tuhan yang ada dihadapannya sekarang.

"Ngapain lo liatin gue kaya gitu? Gue tau gue cantik. Jadi biasa aja, kali," ucap Cinta dengan sangat percaya diri.

"Omongan lo ketinggian, Braderr,"

Plakkk...


Tiba-tiba Cinta menampar pipi Adelard. "Nyamuk,"

"Wudhu gue batal, anjir!" Adelard merasa frustasi.

"Salahin aja nyamuk,"

"Lo juga batal, CINTA ANANDA PRATIWI!"

"Lah iya, lupa gue,"

Adelard dan Cinta kembali ke kamar mandi. Setelah itu mereka melaksanakan shalat sunat tahajjud. Hal ini sudah menjadi rutinitas untuk kedua pasutri tersebut. Karena mereka sudah merasakan dahsyatnya kekuatan tahajjud dalam hidupnya. Cinta bersyukur, karena memiliki suami yang satu frekuensi dengan dirinya. Begitu pun dengan Adelard. Meski nyatanya, benih-benih cinta belum juga muncul di hati wanita itu.

Selang beberapa menit, Cinta dan Adelard sudah selesai melaksanakan ibadahnya. Adelard menyodorkan tangannya, kemudian Cinta menyalami tangan suaminya itu. Namun bukannya mencium tangan milik Adelard, Cinta malah menggigitnya dengan keras.

"Sakit, sayang!" ringis Adelard sembari mengibaskan tangannya.

"Sayang, sayang, pala lo peyang!"

"Sakit, Cin!"

"Rasain! Siapa suruh lo curang?"

"Curang apaan? Kalo kalah ya kalah aja kali, gak usah fitnah gue macem-macem!"

"Ck, yaudah, apa hukumannya?"

Adelard tertawa terbahak-bahak. Dunia memang sedang berpihak pada dirinya. Bagaimana tidak? Adelard memenangkan taruhan ini, padahal Cinta yang duluan menantangnya.

"Yaelah, lo malah ketawa-ketiwi kaya kunti, cepetan! Gue ngantuk,"

Adelard langsung menganggukkan kepalanya. "Oke, hukumannya gue kasih yang gampang-gampang aja, deh," jeda Adelard. "Yang pertama, lo harus panggil gue SAYANG selama satu bulan!" tambah Adelard menekankan kata-katanya.

Cinta menonyor kepala Adelard tak terima. "Najis banget, enggak ah gue gak mau!"

Adelard tidak menghiraukan Cinta. "Yang kedua,"

"Banyak amat?"

"Ck, terserah gue dong,"jeda Adelard. "Yang kedua, mulai sekarang lo harus cuci sempak gue setiap hari!"

"Gak mau! Gue gak setuju, dasar mesum!" Cinta menatap Adelard penuh amarah.

"Emang gue pikirin? Lagian lo kan sebagai istri harus berbakti sama suami,"

Pasalnya, selama berumahtangga, Cinta belum pernah mencuci celana dalam milik suaminya itu. Karena dirinya merasa malu sendiri dan belum berani mencuci benda tersebut. Rumah mereka tidak memiliki pembantu. Cinta memutuskan untuk merawat rumah sendirian seperti ibunya--Bunga. Dari mulai mencuci pakaian, piring, menyapu, dan segala macam pekerjaan rumah ia sendiri yang mengerjakan. Hanya satu yang belum bisa ia lakukan, yaitu mencuci celana dalam milik suaminya. Adelard sepakat dengan hal itu dan memutuskan untuk mencucinya sendiri.

"Lemah!" ejek Adelard tepat di depan wajah milik Cinta.

"Oke, siapa takut!" Akhirnya Cinta menyetujui permintaan Adelard. Walaupun dirinya kini tengah berontak tidak karuan.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang