"Selamat datang belahan jiwa. Semoga kau tak menyesal karena telah lahir ke dunia."
*****
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Kini, kandungan Cinta sudah semakin membesar. Cinta tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melahirkan dan segera menjadi seorang Ibu. Adelard pun sudah menyiapkan segala macam kebutuhan untuk kelahiran anaknya.
Adelard merasa tidak sabar melihat bayinya lahir ke dunia. Ia sudah kenyang dengan segala permintaan Cinta dimasa ngidam yang beraneka ragam. Pernah sekali, Cinta mengidam ingin tidur bersama Arga--sahabatnya Adelard. Hal itu membuat Adelard uring-uringan. Ia lebih baik memiliki anak ileran, daripada harus merelakan istrinya tidur bersama pria lain. Apalagi Arga adalah sahabatnya sendiri. Selain itu, Cinta juga pernah ngidam naik pohon beringin. Selain angker, hal itu juga bisa membahayakan Cinta dan calon bayi mereka. Namun untungnya ngidam kedua hal itu tidak berlangsung lama.
Tak sampai di situ, Cinta menginginkan agar suaminya itu memakai pakaian yang warnanya tidak enak di pandang ketika pergi bekerja. Pasalnya, selama kehamilannya, Cinta menjadi pencemburu luar biasa. Adelard merasa tersiksa akan hal itu. Bagaimana tidak? Wibawa Adelard turun drastis ketika Cinta menyuruhnya untuk memakai kemeja berwarna oranye menyala dan celana warna hijau stabilo. Ditambah lagi dasi kupu-kupu berwarna ungu menyala yang sengaja Cinta beli di online shop. Adelard memang suka direpotkan oleh calon bayinya itu. Namun, jika seperti ini caranya, Adelard merasa lelah dan ingin menyerah saja.
Hingga kini tiba saatnya, Cinta merasakan sakit yang luar biasa di dalam perutnya. Sepertinya bayi Cinta dan Adelard akan segera lahir ke dunia. Adelard pun langsung membawa Cinta ke rumah sakit. Ia mencium kening Cinta dan menggenggamnya dengan sangat erat, seolah memberi sedikit kekuatan. Semua keluarganya ikut menemani Cinta untuk melahirkan. Syalwa tak kalah gesit. Ia sudah berada di luar ruangan bersalin--menunggu kabar baik tentang keadaan sahabatnya dan juga bayi sahabatnya itu.
Di dalam ruangan bersalin, Cinta sudah tidak kuat menahan rasa sakit di perutnya. Adelard ikut menangis melihat istrinya yang sedang merasakan sakit yang luar biasa. Rasanya, Adelard ingin bertukar posisi dengan Cinta. Biarkan dirinya saja yang merasakan kesakitan itu."Sayang, aku ada di sini. Kamu semangat, ya? Semuanya bakalan baik-baik aja," ujar Adelard sembari menggenggam jari-jemari Cinta dengan erat.
Cinta mengangguk lemah. Tasbih di tangannya tak pernah lepas. Cinta ingin melahirkan dengan normal. Ia menolak mentah-mentah ketika Adelard menawarkan metode yang lainnya. Adelard mengusap keringat yang mengucur deras di atas kening milik Cinta. Lalu ia mengecup lama kening milik istri kesayangannya itu.
"Sayang, sakiiit," lirih Cinta yang membuat Adelard semakin merasa bersalah.
"Iya sayang, aku tau. Kamu tahan, ya? Aku yakin kamu kuat,"
Tak berapa lama, Bunga masuk ke dalam. Ia ikut menemani Cinta yang sedang mempertaruhkan nyawanya untuk bisa melahirkan anaknya. Bunga mengecup pipi milik wanita itu. Anak bungsunya kini benar-benar sudah dewasa. Bunga merasa bahagia karena dirinya akan kembali menggendong cucunya yang kedua setelah ia menggendong anak Sandra.
Cinta sudah selesai mengalami pembukaan dari satu sampai sepuluh. Kini, Cinta akan menghadapi tahap pengeluaran. Wanita itu mulai merasakan anaknya akan segera keluar. Dokter memberikan aba-aba pada Cinta.
"Satu, dua, tiga!" titah dokter itu pada Cinta.
Cinta langsung menurut. Ia berusaha mengeluarkan bayinya. Sakit yang sangat luar biasa menjalar di seluruh tubuhnya. Ternyata seperti ini rasanya melahirkan. Sakit yang tidak karuan selalu menyerang disetiap waktunya. Adelard tak berhenti berdoa sembari memberikan semangat pada istrinya itu. Air matanya tak pernah berhenti mengalir. Perasaannya benar-benar campur aduk sekarang. Bahagia dan sedih kian menjadi satu. Bahagia karena sebentar lagi dirinya akan resmi menjadi seorang ayah dan sedih karena dirinya harus melihat Cinta kesakitan seperti itu. Adelard benci melihat orang yang dirinya sayangi terluka.
Oekkkkk...Oekkkkk...
Oekkkkk...
Bayi milik Cinta dan Adelard kini telah lahir ke dunia. Cinta menangis haru karenanya. Begitu pula dengan Adelard dan juga Bunga. Adelard mengecup sangat lama kening dan bibir milik Cinta. Ia sangat berterima kasih pada istrinya itu karena sudah menjadi ibu yang baik. Cinta rela mempertaruhkan nyawanya demi anak itu lahir ke dunia.
"Makasih sayang," ujar Adelard yang langsung diangguki oleh Cinta. "Aku gak mau janji, tapi aku bakalan terus berusaha buat selalu memuliakan kamu, sayang. I really love you, Cinta Ananda Pratiwi. Aku gak bakalan pernah ngebiarin anak kita ngebentak kamu. Karena aku tahu, ngelahirinnya itu gak mudah. Kalo sampai hal itu terjadi, aku bakalan marahin dia sayang,"
Cinta menangis sejadi-jadinya sembari mengusap pelan tangan milik Adelard yang berada di wajahnya. Beberapa menit kemudian, dokter memberikan bayi yang sudah dibersihkan pada Cinta. Rasa sakitnya kian menghilang setelah malaikat kecil itu berbaring di atas dadanya.
"Selamat Bu, Pak, anaknya laki-laki. Tampan seperti ayahnya,"
"Terima kasih Dok," balas Cinta sembari mencium kepala anaknya.
Malaikat kecil yang akan Cinta dan Adelard sayangi selamanya. Mereka akan berusaha menjadi orang tua yang baik untuk anaknya. Meskipun kini Adelard sibuk bekerja, namun perhatian kepada anaknya akan selalu menjadi prioritas utamanya. Mereka sudah berjanji pada diri mereka sendiri. Apapun yang terjadi, Cinta dan Adelard akan memberikan segala hal yang terbaik untuk buah hatinya. Mereka akan mendidik anaknya sendiri, menyekolahkannya setinggi mungkin. Membuatnya percaya pada dirinya sendiri. Adelard dan Cinta akan menerapkan prinsip 'Bebas tapi Awas' pada anaknya itu. Bebas dalam artian tidak akan mengekang apapun yang anaknya inginkan asal hal itu tidak membahayakan anaknya dan orang lain. Namun di sisi lain, mereka juga akan terus mengawasi buah hatinya di tengah kebebasannya itu.
"Selamat datang di dunia, malaikat kecilnya Bunda," ujar Cinta pada anaknya. "Semoga kamu gak nyesel, ya, udah Bunda lahirin?"
Bunga pun sangat bahagia ketika melihat cucunya yang baru saja lahir. "Cinta, sayang, bayinya diadzanin dulu gih sama ayahnya,"
Adelard langsung mengambil alih anaknya. Ia menatap lama manik mata milik Cinta. Setelah melahirkan, aura keibuan Cinta benar-benar terpancar. Hal itu membuat Adelard semakin tergila-gila padanya. Setiap hari, rasa cintanya selalu tumbuh dan semakin besar--tak pernah berkurang sedikit pun.
Perlahan, Adelard mulai mendekatkan mulutnya pada telinga bayi kecil yang tengah dirinya gendong. Adelard kembali terharu. Begitu pula dengan Bunga dan juga Cinta. Rasa syukur yang luar biasa selalu mereka ucapkan di dalam hati. Mereka sangat berterima kasih pada Tuhan yang sudah memberikan kepercayaan pada Cinta dan juga Adelard untuk menjadi orang tua.
"Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar," jeda Adelard yang tak sanggup menahan air matanya. "Laailaahaillallah, hu allaahuakbar,"
Bunga dan Cinta yang sedang menangis haru tiba-tiba saling menatap. "Sebentar Nak, itu adzannya gak salah?" tanya Bunga memastikan.
Adelard membulatkan matanya dengan sempurna. Ia menghapus air matanya dengan kasar sembari mengingat tata letak kesalahannya ada dimana. Tak berapa lama, dari luar terdengar riuh tawa yang menggelegar. Cinta dan Bunga pun tak sanggup menahan tawanya. Hingga akhirnya, mereka berdua terbahak karenanya. Adelard benar-benar merasakan malu yang luar biasa. Ia telah merusak suasana harunya sendiri.
"BUAHAHAHAHAHA,"
Lagi-lagi gelak tawa dari luar ruangan bersalin kembali terdengar. Adelard langsung menoleh ke arah sumber suara. Harga dirinya benar-benar turun drastis saat itu juga. Apalagi di sana ada Arga, Alex, dan juga Angkasa.
"LO PIKIR INI IDUL ADHA, YAD?" teriak Arga meledek Adelard dari balik kaca ruang bersalin.
"BUAHAHAHAHAHA, LO PIKIR ADIK GUE NGELAHIRIN SAPI?" Alex tertawa menimpali.
"CIN," teriak Angkasa selanjutnya. "ANAK LO KASIAN BANGET, BARU JUGA LAHIR, UDAH TERDZOLOMI SAMA BAPAKNYA,"
"MASA ANAKNYA SENDIRI DISAMAIN SAMA SAPI?" imbuh Sandra tak kalah berteriak.
"WAAAAAAH PARAH SIH INI," ucap Syalwa dan Lala secara bersamaan.
Laila dan Anton hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Anaknya itu benar-benar membuat mereka berdua malu. "YAD, KAMU KENAPA MENDZOLIMI ANAKMU SENDIRI?" tanya Anton dan Laila secara bersamaan.
Gelak tawa semakin riuh terdengar. Rasa haru yang dibalut oleh hal lucu yang ditimbulkan oleh Adelard sendiri, mampu membuat semua orang yang ada di sana sakit perut karena sedari tadi tidak berhenti tertawa.Jan lupa tinggalkan jejak!❣️
Salam sayang,
viniawis ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]
Teen Fiction"Bagi mereka yang telah memulai, maka bertanggungjawablah untuk menyelesaikannya. Bagi mereka yang berkelakuan seperti binatang, maka bersiaplah untuk menanggung karmanya." Cinta terpaksa menerima lamaran Adelard--musuh bebuyutannya dan menjalankan...