Bagian 20

73 40 229
                                    

"Sial, sepertinya mulai sekarang aku akan menjadi orang penakut. Takut kehilangan akan kematian. Rasamu dan rasaku masih sama seperti dulu, yaitu sama-sama masih belum ada rasa cinta di dalam jiwa kita. Aku belum sanggup jika harus hidup tanpa dirimu. Tolong, aku mohon, berjuang sekali lagi, ya?"

*****

"Syarat apa yang lo berdua maksud? Cepetan kasih tau gue, sebelum gue berubah pikiran!" Cinta menekankan kata-kata terakhirnya.

Plakkkk...

Lagi-lagi satu tamparan keras kembali mendarat di pipi Cinta. Namun kali ini yang terkena tamparan adalah pipi yang satunya lagi hingga kedua pipi miliknya sama-sama memerah. Darahnya terasa berdesir hebat. Kini, gusinya benar-benar mengeluarkan darah.

Cuih...

Cinta meludah ke sembarang arah--mengeluarkan darah yang ada di dalam mulutnya. Haruskah kini ia menyerah? Bahkan untuk melawan pun, nyatanya Cinta tak bisa.

"Oooo mau sok jago, ya? Iiii jadi gemes," ucap perempuan itu sembari mencubit pipi Cinta yang memerah.

"Jauhkan tangan lo dari pipi gue, jalang sialan!"

Awalnya, perempuan itu hendak menampar Cinta sekali lagi. Namun laki-laki yang ada di sana mencegahnya hingga perempuan itu tak jadi menampar Cinta.  "Oke, gue gak mau basa-basi lagi. Jadi gue harap, lo mau kerja sama bareng kita," ujar perempuan itu. "Kalo lo mau keluar dari tempat ini, lo harus menyetujui pernikahan ibu lo dengan ayah lo. Lo harus ngomong dua mata sama ibu lo, bahwa lo setuju dengan pernikahan itu. Mudah, bukan? Lo harusnya mau kerja sama bareng kita."

Dari awal, Cinta sudah menduga bahwa itu yang mereka mau. Bisa-bisanya demi mendapatkan persetujuan dari Cinta, mereka tega menyiksanya. Lebih parahnya lagi, persetujuan itu untuk sebuah pernikahan yang bisa dibilang 'TAI'.

"Udah gue bilang, gue gak setuju sama pernikahan tai itu!"

"Shit!" ucap laki-laki itu sembari menggertakkan giginya dengan kuat. Kemudian ia menendang kursi yang Cinta duduki hingga wanita itu jatuh ke lantai.

Cinta memekik tertahan. Darah mulai mengalir di pelipisnya. Selain batinnya yang disakiti, kini fisiknya juga ikut tersakiti. Namun ia akan teguh pada pendiriannya. Dirinya tidak akan pernah membuat ibu kesayangannya dikecewakan untuk kesekian kalinya oleh laki-laki seperti Bagaskara.

"Gimana, masih mau nolak kerjasama bareng kita?" tanya laki-laki itu dengan penuh penekanan.

Cinta memejamkan matanya kuat-kuat, merasakan sensasi perih dan ngilu yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tahan kuat-kuat agar air matanya tak lagi jatuh. Cinta tidak suka terlihat lemah.

"Jawab! Lo masih mau nolak kerjasama bareng kita, hah?" teriak laki-laki itu dari balik penutup wajah yang sedari tadi ia gunakan.

"Gue gak tertarik sama kerjasama busuk yang lo maksud,"

Laki-laki itu benar-benar murka. Ia menendang perut milik Cinta dengan sangat keras. Rasanya sakit sekali. Cinta sudah tak berdaya, ia tak bisa melakukan apa-apa. Kenapa hal ini harus terjadi padanya? Sebenarnya apa salah dirinya? Jika saja nyawanya harus berakhir malam ini, Cinta benar-benar sudah pasrah. Tapi itu bukan pertanda Cinta menyerah, ia masih ingin berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Mati di sini adalah hal terkonyol yang tidak pernah bisa wanita itu bayangkan.

Cinta memuntahkan darah dari dalam mulutnya. Tendangan itu menyebabkan dirinya batuk sembari mengeluarkan darah. Apakah dirinya benar-benar akan mati konyol di sini? Bahkan untuk bergerak pun, rasanya Cinta tak mampu.

Perlahan, perempuan dengan penutup wajah itu mengangkat kepala Cinta. "Gue kasih kesempatan satu kali lagi. Lo mau, kan, kerja sama bareng kita?"

"Udah gue bilang, gue gak mau! Lagian, dengan cara kalian seperti ini, gue semakin yakin dengan keputusan gue. Jangan coba-coba mancing gue, karena itu gak akan mempan!" jawab Cinta dengan susah payah karena kini dirinya benar-benar tak berdaya.

Perempuan itu melirik partnernya. Kemudian mereka saling mengangguk.

"Lepaskan talinya, kita habisi dia!" ujar laki-laki dengan penutup wajah yang langsung disetujui oleh perempuan itu.

💫

Waktu menunjukkan pukul 02.30 WIB. Alex dan Bunga baru sampai di tempat tujuan. Terlihat mobil milik Adelard terparkir di sisi jalan tersebut. Alex langsung meminggirkan mobilnya tepat di belakang mobil milik Adelard. Lalu Alex dan Bunga langsung turun dari mobil mereka.

"Ma, kita mau lewat mana dulu? Lewat situ atau lewat sana?" tanya Alex seraya menunjuk ke arah yang dirinya maksud.

"Kita lewat sana aja," jawab Bunga menunjuk ke arah dimana Adelard juga pergi ke sana.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang