Bagian 23

44 33 118
                                    

"Sesering apapun kamu mengucapkan kata 'bukan aku pelakunya', sejauh apapun kamu berkelit, percayalah, itu semua akan terasa sulit. Karena pada dasarnya, seseorang yang menjadi dalang dari suatu kejadian, cepat atau lambat pasti akan ketahuan dan pada akhirnya akan mendapatkan balasan."

*****

Alex memukul kuat stirnya. Lalu ia langsung menancap gasnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Melampiaskan seluruh emosinya yang kini sedang meluap-luap. Dirinya sudah tidak sabar untuk mengucapkan kata 'kenapa' pada Sandra. Alex terus memikirkan apa yang akan ia lakukan ketika Sandra benar-benar ikut andil dalam kasus yang telah menimpa Cinta.

Gadis cantik, idaman para lelaki. Tak sepantasnya melakukan hal keji seperti itu. Entahlah, bahkan Alex tak ingat bahwa Sandra sangat membenci Cinta. Lebih bodohnya lagi, ia tak pernah menanyakan asal mula kebencian itu ada. Alex juga baru menyadari, jika Cinta tak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Bahkan mungkin Cinta tak pernah merasakan kehangatan dari seorang kakak perempuan. Hal itu semakin membuat Alex merasa gagal menjadi seorang kakak. Ia pun tak pernah berpikir untuk menanyakan kenapa Bagaskara meninggalkan mereka semua.

"Bodoh! Lo bodoh, Lex!" batin Alex frustasi dan langsung menambah kecepatan mobilnya. "Kenapa baru sadar dan kepikiran sekarang, sih? Kemana aja lo, Lex?" lanjutnya memaki dirinya sendiri.

💫

"Tante, kalo gitu kami pamit pulang, ya?" pamit Budi mewakili teman-temannya setelah selesai bergantian menjenguk Cinta.

Bunga menganggukkan kepalanya. "Yasudah kalo begitu, kalian hati-hati di jalan, ya? Doain supaya Cinta cepet sadar dan Adelard cepet pulih,"

"Makasih ya," imbuh Laila ikut berterima kasih pada mereka semua.

"Iya Tante, sama-sama." jawab mereka secara bersamaan.

Perlahan Budi melirik Syalwa yang tak kunjung bangkit dari duduknya. "Syal, ayo!" ajak Budi pada Syalwa yang tak melakukan pergerakan apapun.

"Emmmm, gue pulangnya nanti aja, ya? Soalnya masih pengen liat Cinta," tolak Syalwa yang langsung diangguki oleh Budi dan teman-temannya yang lain.

"Tante, Syalwa, kita pulang, ya? Assalamualaikum," ujar Budi memberi salam.

"Waalaikumussalam," jawab Bunga, Laila dan juga Syalwa secara bersamaan.

💫

"Bang," panggil Arga pada Alvan, Gading, dan Rian. Seketika mereka langsung melirik ke arahnya. "Gue sama Bagas balik lagi ke RS, ya?"

Bagas mengangguk tanda setuju. "Iya Bang,"

"Oke, thanks, ya?" jawab Gading lalu melentikkan jari jempolnya.

"Hati-hati di jalan," timpal Rian sembari melambaikan tangannya.

"Masya Allah abang Rian, perhatian banget, jadi gemeshhhh deh," teriak Alvan dramatis menampilkan wajah sok imutnya.

"HAHAHAHAHA," teriak Arga dan Bagas pura-pura tertawa sembari menggelitiki pinggangnya sendiri. Hal itu membuat Gading dan Rian menahan tawanya kuat-kuat.

"Lucu bangzattttt! Pake z jangan lupa." ucap Rian menatap Alvan dengan tajam.

Alvan mengelus dadanya tanda harus tetap bersabar. Rasanya ia ingin mengumpat dan menyumpah serapahi teman-temannya. Namun hal itu dirinya pendam dengan sedemikian rupa. Saat ini, Alvan sedang tidak ingin berdebat. Karena pada dasarnya, Alvan selalu kalah disetiap perdebatan.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang