Bagian 60

18 3 0
                                    


"Entahlah, semua ini  terasa menyakitkan."

*****

Langit baru saja berhenti mengeluarkan air matanya. Begitu pun dengan Syalwa dan yang lainnya--dipaksa agar tetap tegar dan tak lagi menangisi orang yang sudah pergi. Mereka semua masih belum percaya jika Bagas pergi secepat ini.

Burung berkicau di pagi hari. Tanah yang becek karena diguyur hujan semalaman, tak menjadi penghambat bagi mereka untuk mengantarkan Bagas ke pemakaman.  Keranda jenazah dibopong oleh ayahnya Bagas, Alex, Arga, dan Adelard. Payung hitam juga stelan baju hitam menjadi tanda bahwa mereka semua tengah berkabung.

Syalwa membawa foto Bagas. Ia memeluknya erat-erat sembari menghapus air matanya dengan kasar. Dirinya tidak boleh cengeng, meski rasanya begitu menyakitkan. Bagas pasti akan memarahi dirinya karena tak berhenti menangis. Syalwa tahu, Bagas ingin Syalwa bahagia. Tapi, apakah kebahagiaan itu berlaku untuk dirinya sekarang? Karena nyatanya, kebahagiaan Syalwa hanyalah bersama Bagas. Syalwa ragu pada dirinya sendiri.

Bagas mulai di keluarkan dari dalam keranda. Lalu ia di masukkan ke dalam liang lahat yang sudah di gali dengan ukuran yang sudah ditentukan. Semua orang kembali mengeluarkan air matanya. Begitu pula dengan cuaca yang seakan ikut merasakan kehilangan dengan menurunkan gerimisnya kembali.

Olivia merangkul Syalwa. Ayahnya Bagas juga ikut merangkul istrinya itu. Cinta mengusap pelan punggung tegap milik Adelard--memberikan sedikit kekuatan untuk laki-laki yang dirinya cintai. Arga bergabung bersama pak Bambang dan guru lainnya yang bertakziah ke makam Bagas. Lala yang baru datang, ikut bergabung bersama Arga. Ia tak berhenti menangis, hingga akhirnya Arga merangkul Lala--menenangkan wanita yang berada di sampingnya saat ini. Bunga dan Sandra juga ikut berkabung. Anton dan Laila tak kalah merasa kehilangan. Semua teman sekelas Bagas dan juga anak-anak taekwondo berada di sana, mengantarkan Bagas ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Kini, Bagas benar-benar sudah menyatu dengan tanah. Dari tanah, kembali ke tanah. Itulah ketentuan Tuhan untuk makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Syalwa meletakkan foto Bagas di atas kuburan laki-laki yang sangat dirinya cintai. Olivia menaburkan bunga di atas makam anaknya. Alex dan kelima temannya ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Sebagian orang mulai pergi meninggalkan area kuburan. Hingga hanya tersisa orang-orang terdekat saja.

Bunga dan Sandra mulai meninggalkan area pemakaman. Begitupun dengan Anton juga Laila. Alex dan keempat temannya ikut pamit meninggalkan area pemakaman itu. Syalwa memeluk batu nisan. Semua orang yang tersisa di sana menangis bersama. Cinta memeluk Syalwa dengan erat.

"Syal, kita pulang, ya? Lo ikut gue, tinggal bareng gue," ajak Cinta pada Syalwa karena semua orang akan pulang.

Syalwa menggelengkan kepalanya. "Enggak! Gue mau di sini temenin Bagas. Pasti dia kesepian,"

Olivia dan suaminya ikut membujuk Syalwa. "Atau kamu pulang sama Mamah aja? Kita beresin kamar Bagas, mau?"

"Iya Nak, kamu pulang sama kita aja. Bagas anak kita satu-satunya, mamahmu ini pasti nanti kesepian di rumah," imbuh ayahnya Bagas menyetujui ucapan istrinya itu.

"Bener kata mereka Syal, kita pulang, ya?" ajak Adelard yang langsung dianggguki oleh Arga tanda setuju.

Syalwa tampak berpikir. Lalu ia menganggukkan kepalanya. Semua orang bernafas lega melihatnya. "Gas, aku pulang dulu, ya? Baik-baik di sana," ucapnya pada Bagas yang sudah tertimbun tanah.

Semua orang pergi meninggalkan pemakaman dengan berat. Syalwa ikut orang tuanya Bagas, sedangkan Adelard dan Cinta pulang ke rumah mereka. Arga pulang bersama Lala.

"Syal, kalo ada apa-apa, langsung hubungi kita, ya? Kita semua khawatir sama lo," ucap Cinta yang langsung dianggguki oleh semua orang yang ada di sana tanda setuju.

"Makasih semuanya," lirih Syalwa.

Semua orang benar-benar pergi meninggalkan Bagas sendirian. Biarlah mereka membawa kenangannya masing-masing bersama laki-laki itu. Kenangan yang tak akan pernah mereka lupakan. Karena sejatinya, hanya itu yang bisa mereka bawa mulai sekarang.

Bagas adalah satu-satunya orang yang mencintai Syalwa dengan tulus. Ia selalu menerima Syalwa apa adanya dan selalu melengkapi segala kekurangannya. Bagas akan melakukan apapun agar Syalwa bahagia. Hal yang paling ia benci adalah, ketika melihat Syalwa menderita. Tapi sekarang, Bagas sudah menyerah, Bagas sudah berhenti.  Namun bukan berarti Bagas berhenti mencintai Syalwa, tidak!  Bagas tidak akan pernah bisa berhenti mencintai wanita itu. Ia hanya berhenti, berhenti untuk tidak berjuang lagi dan lagi. Biarkan Syalwa bahagia meski tanpa dirinya. Mungkin itu akan jauh lebih baik. Dirinya akan selalu mencintai Syalwa, mendukungnya, meski kini ia telah berada di alam yang berbeda.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang