Bagian 61

19 5 1
                                    


" Nyatanya, tanpamu aku bisa menata kembali hidupku yang baru. Sendiri, sunyi, dan menenangkan. Biarkan waktu yang menyembuhkan, ya?"

*****

Kelulusan sudah berada di depan mata. Seluruh kelas XII membentuk lingkaran, merayakan kelulusannya. Hal itu menjadi tanda bahwa mereka sebentar lagi akan berpisah. Menjalankan kehidupannya masing-masing. Awal kedewasaan yang sesungguhnya baru saja dimulai.

Backsound Sampai Jumpa, yang dinyanyikan oleh Endank Soekamti menjadi saksi bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Tiga tahun adalah waktu yang tidak sebentar. Setiap orang pasti memiliki ceritanya di sana. Cerita yang hanya bisa dijadikan sebagai kenangan dan kenangan itu tak akan pernah bisa terulang kembali.

Adelard, Arga, dan Lala, seakan meratapi kesedihannya. Bagas sudah lebih dulu meninggalkan mereka semua. Bagas yang seharusnya berada di antara mereka bertiga--ikut merayakan hari yang selalu mereka tunggu-tunggu sejak dulu. Semua teman sekelas Bagas menenteng foto Bagas di depan dadanya. Mengingat semua kenangan bersama laki-laki itu. Semua orang benar-benar kehilangan sosok dirinya.

Lapangan SMA Gajah Mada seakan siap menampung segala hal yang membuat semua orang menangis hari ini. Tangis bahagia bercampur sedih memenuhi seisi lapangan. Seorang pembawa acara yang berada di atas podium mengintruksikan agar seluruh siswa dan siswi yang ada di sana membuka baju almamaternya. Menyisakan kaos putih yang sudah siap menampung segala coretan tangan dan tanda tangan. Setiap tahun, diacara kelulusan, semua seragam putih dengan almamaternya selalu dikumpulkan pada sebuah kotak besar untuk nantinya akan disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Karena nyatanya, apa yang menurut kita kecil, bisa jadi sangat besar menurut orang lain.

"Gas, lo apa kabar? Kita semua di sini kangen sama lo," lirih Adelard bermonolog, berharap Bagas mendengarkannya.

Lala mengusap kasar air matanya. Ia mencoba menahan cairan itu untuk tidak keluar dan menepi di pelupuk matanya. "Gas, lo baik-baik, ya, di sana? Kita semua pasti doain lo disetiap harinya."

"Gas, kita semua di sini sayang sama lo. Lo bahagia, ya, di sana?" tutur Arga. Dadanya begitu sesak.

Cinta datang dengan membawa buket bunga dan memberikannya pada Adelard. Mengucapkan selamat, karena Adelard lulus dengan nilai yang memuaskan. Adelard tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. Ia memeluk Cinta erat-erat dan mengucapkan banyak terima kasih. Tak lupa juga, Adelard meminta maaf pada wanita itu karena akhir-akhir ini, dirinya terlalu banyak mendiamkan Cinta. Laila dan suaminya juga ikut datang mengucapkan selamat kepada Adelard.

Saat itu, Adelard merasa sangat sempurna. Dicintai oleh wanita yang ia pun mencintainya dan memiliki orang tua yang tak kalah sayang pada dirinya. Ia merasa terharu atas semua itu.

💫

Semua anggota Garuda berkumpul di atas balkon Markas yang luas. Mereka sedang mengatur strategi untuk membalas perbuatan Malvory yang sudah berani menciptakan api di atas ketenangan itu. Malvory yang dikabarkan vakum, kini malah hidup kembali dengan kelakuannya yang lebih brutal dari yang sudah-sudah.

"Gue denger, Lion bebas dari penjara," tutur Alvan pada mereka semua.

"Lion dibebaskan dengan jaminan," imbuh Galang menyetujui perkataan Alvan.

"Shit!" umpat Alex yang hampir saja kecolongan.

"Sialan! Kita harus bales mereka!" lanjut Rian berapi-api.

Gading mengangkat wajah orang suruhan Malvory itu. Wajahnya sudah tidak berbentuk. Darah segar memenuhi seluruh wajahnya dan jaket Malvory yang ia kenakan. "Siapa yang nyuruh lo buat berantakin ini semua, hah?" tanya Gading dengan emosi yang membara.

Orang itu tidak berani menjawab pertanyaan Gading. Gading semakin marah saat itu. Ia langsung melayangkan kembali beberapa pukulan pada orang bajingan yang kini berada di hadapannya.

"Jawab, ANJ*NG!" teriak Gading menekankan kata-kata terakhirnya.

"A-ampun Bang, g-gue disuruh Lion buat ngelakuin ini. Dia baru aja bebas dari penjara dengan uang jaminan sebagai penawarnya. Dia mau balas dendam sama seluruh anggota Garuda," jawab lelaki yang sudah tidak berbentuk itu dengan terbata-bata.

"Badebah!" ucap Gading sembari meludah ke arah laki-laki sialan itu.

Alex mulai mengatur strategi dengan Gading sebagai orang yang ikut membantu mengarahkan strategi itu. Semua orang memperhatikan Alex dan Gading dengan khidmat. Strategi cerdasnya seakan tak pernah gagal untuk memukau para anggota untuk memuji mereka berdua.

"Pertama-tama, kita cari tempat persembunyian yang aman, yang tentunya dekat dengan Markas Malvory. Satu-persatu menyelinap masuk ke dalam markas itu." ujar Alex mengawali pembicaraan.

"Setelah itu, Alvan dan Galang masuk dari sudut yang berbeda menumpahkan bensin di setiap sudutnya." imbuh Gading menunjuk Alvan dan Galang. Keduanya langsung menatap bensin yang sudah tersedia di sana.

Alex menganggukkan kepalanya sembari memainkan kembali spidolnya. "Setelah semua sudut dibaluri bensin, Rian masuk dan membakar Markas itu." lanjut Alex yang mendapat tepukan tangan yang riuh dari seluruh anggota yang ada di sana.

Gading menampilkan senyum smirknya. "Di saat semua orang yang ada di sana berhamburan keluar, Alex sama gue masuk ke dalam untuk menyerang Bram dan Lion secara bersamaan."

Alex menatap satu persatu orang yang berada di sana. "Dan pada saat yang bersamaan pula, semua anggota Garuda keluar dari tempat persembunyian dan menyerang mereka semua yang sudah kelelahan karena telah berjuang keluar dari api yang membakar mereka di dalam."

"Akhirnya, semua anggota Malvory akan hancur seperti halnya debu hasil dari pembakaran markas itu." Gading langsung merangkul Alex dengan semangat yang membara.

Semua orang yang ada di sana bertepuk tangan, merasa bangga dengan ketua dan wakilnya itu. Mereka mulai bersiap menjalankan aksinya. Tongkat baseball sudah mereka pegang satu persatu. Bensin, korek api, dan peralatan lainnya juga sudah mereka persiapkan. Alvan meletakkan telapak tangannya di tengah-tengah kerumunan itu. Lalu, satu persatu telapak tangan ikut menumpuk tangannya di atas tangan dirinya.

Alih-alih, Alex berteriak dengan sangat lantang. "GARUDA?"

"MAJU TERUS, PANTANG MAMPUS!" teriak semua orang yang ada di sana lalu bertepuk tangan dengan sangat riuh
setelahnya.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang