Bagian 46

18 12 5
                                    

"Maaf telah lancang mencintaimu. Tak perlu repot-repot untuk membalasnya. Biarkan rasa ini tetap ada sampai kau benar-benar sadar bahwa aku telah menanam benih-benih cinta untukmu."

*****


Cinta baru sampai di dalam kelasnya. Ia melihat Syalwa yang sedang duduk sendiri, tidak ada satu orang pun yang menemani. Sedangkan  yang lainnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Terlihat Selvy tengah menggoda Devan yang tampak tidak minat dengan perempuan yang sejak tadi mendekati dirinya. Di belakang  sana, Marsha sedang bernyanyi bersama  Budi yang setia dengan gitarnya. Siswa-siswi yang lainnya juga sedang melakukan aktivitasnya  masing-masing, tanpa menghiraukan Syalwa.

Cinta menatap Syalwa dengan khawatir. Semangat  hidupnya  seperti  sudah hilang sekarang. "Hai! Selamat pagi neng cantik pujaan hati aa Bagas!" sapa Cinta sembari menepuk pelan punggung  Syalwa.

Lamunan Syalwa buyar seketika. Ia menatap Cinta, kemudian tersenyum tulus padanya. "Cinta! Ngagetin gue aja,"

"Masih pagi Neng, bengong aja,  kaya lagi mikirin utang. Kenapa?"

"Ternyata gini, ya, Cin? Rasanya diabaikan,"

Cinta menghela nafasnya. Ia mengangkat dagu milik Syalwa agar tidak menunduk. "Gue yakin kok, mereka cuma sedikit canggung aja sama lo,"

"Semoga aja bener kaya gitu,"

Lagi-lagi  Syalwa menundukkan kepalanya. Dirinya merasakan sakit yang begitu nyata. Kini teman-temanya pun menjauhinya, mengabaikannya, dan menganggap  Syalwa seperti tidak ada. Hanya Cinta yang setia menjadi temannya. Walaupun  terkadang  Syalwa pernah berpikir, jika Cinta hanya kasihan saja padanya.

Cinta merangkul  Syalwa. "Gak papa, kan ada gue, gue bakalan terus jadi temen lo dan lindungi lo. Tenang aja," ujar Cinta benar-benar tulus.

Syalwa tidak melihat kebohongan di mata sahabatnya itu. Cinta memang tulus baik padanya. "Makasih ya,  Cin. Lo udah mau jadi temen gue disaat temen-temen gue yang lainnya melihat gue dengan  tatapan jijik layaknya manusia hina,"

"Kata siapa?" tanya Budi tiba-tiba sembari menghampiri  Syalwa dan Cinta.

Marsha ikut bergabung dan merangkul  Syalwa. "Gue rasa,  lo salah deh Syal, udah ngomong kaya gitu,"

"Yapp! Lo salah besar Syal," kini Ziko yang ikut bergabung.

Zaki ikut menganggukkan kepalanya. "Kita sebenernya peduli sama lo. Kita minta maaf,  ya,  Syal?"

Syalwa terkesima seketika. Seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia menatap teman-temanya secara seksama. Tidak ada kebohongan di sana. Yang Syalwa lihat hanyalah ketulusan. Lalu ia menatap Cinta seolah meminta pendapat. Cinta tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Hal itu membuat Syalwa senang bukan main. Ini adalah awal yang baik.

Syalwa menghela nafasnya. "Gue udah maafin lo semua, kok. Jadi kita temenan lagi, kan?" tanya Syalwa bahagia.

"Aaaaaa jadi sedih," lirih Ziko mengeluarkan ingusnya lalu menempelkannya pada pakaian milik kembarannya,  Zaki.

Zaki menatap Ziko dengan tajam. Lalu ia menonyor kepala kembarannya itu dengan keras. "Jorok amat lo, Nyet!" murka Zaki.

"Kalo gue monyet, berarti lo juga monyet, Zak! Kan kita kembar,"

Semua orang yang ada di sana tertawa terbahak-bahak. Menyetujui perkataan Ziko. Hal itu membuat Zaki memutar bola matanya malas.

"Kok lo semua gak ajak-ajak kita berdua, sih? Jadi selama ini lo semua anggap kita apa, hah?" teriak Selvy ikut bergabung sembari menggandeng tangan Devan.

"Makannya jangan pacaran mulu!" maki Budi sembari melipatkan tangannya di depan dada.

"Sirik aja lo!" sembur Selvy pada Budi. "Gue minta maaf, ya, Syal," lanjut Selvy pada Syalwa.

Syalwa tersenyum tipis seraya menganggukkan kepalanya. Selvy langsung memeluknya dengan singkat dan kembali menggandeng tangan Devan.

Marsha menyipitkan matanya. Menatap Devan dan Marsha penuh menyelidik. "Lo berdua, pacaran?" 

Selvy menatap Devan dengan dalam. "Coming soon, ya kan capa?"

"Apaan capa?" tanya Ziko merasa ambigu.

Selvy tersenyum malu-malu. "CALON PACAR!"

Devan membulatkan matanya dengan sempurna. Ia benar-benar tertekan sekarang. Namun dirinya hanya bisa pasrah dan membiarkan Selvy bicara semaunya. Selvy memang wanita cantik, tapi kecentilannya pada semua pria membuat Devan berisi keras untuk tidak membuka sedikitpun hatinya untuk wanita itu.

"Bagus deh, biar si Devan gak ngejar Cinta lagi,  kan Cinta udah ada yang punya,  iya gak?" ucap Budi pada teman-temannya.

"Ooo jelas!" jawab mereka semua kemudian tertawa setelahnya.

Cinta memutar bola matanya malas. "Ck udah, udah," lerai Cinta. "Nih lo semua diundang touring bareng Garuda!" tutur Cinta sembari menyodorkan undangan yang langsung disambut dengan girang oleh mereka semua.

"Demi apa?" tanya Selvy dengan heboh. "Pokoknya gue harus berangkat sama Devan!  Ya, kan, Capa?"

Syalwa memandang Cinta. "Cin, Bagas diundang juga, kan?" tanya Syalwa yang langsung diangguki oleh Cinta.

"Cieeeeee," goda mereka semua pada Syalwa.

Syalwa tersipu malu mendengarnya. Kini jiwanya seakan hidup kembali. Sedari tadi, senyumnya tidak pernah hilang. Sebahagia itu ia sekarang. Kini dunia seakan berpihak pada dirinya. Syalwa telah menerima Bagas kembali dalam hidupnya, begitu pun dengan teman-temannya yang kini sudah menerima Syalwa kembali seperti dulu. Tidak ada yang harus dikhawatirkan lagi mulai sekarang.

"Bud," panggil Marsha pada Budi.

Budi menoleh sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Nanti kalo touring gue nebeng, ya, sama lo?" ucap Marsha penuh harap.

"Gampang. Cuma lo tau,  kan, kalo bensin itu gak gratis?" sindir  Budi perhitungan.

Marsha menonjok kecil perut Budi. "Perhitungan amat lo jadi cowok!"

"Kalo gak mau yaudah," ucap Budi tidak peduli.

"Dengan sangat terpaksa, oke, gue mau!" jawab Marsha memutar bola matanya malas.

Budi adalah manusia paling perhitungan diantara teman-temannya. Padahal Budi adalah orang berada. Bahkan kekayaannya melebihi Ziko dan Zaki. Namun ia sangat enggan mengeluarkan uangnya sendiri meski untuk kebutuhannya. Ingin heran, tapi inilah Budi.

"Lah, terus gue sama siapa?" tanya Zaki menunjuk dirinya sendiri.

Ziko merangkul adiknya. "Udah, sama gue aja," 

"Gak mau, gue maunya sama cewek!" keukeuh Zaki merengek seperti halnya anak kecil.

"Yee, kalo gak punya pacar, jangan sok keras!" ledek Ziko pada Zaki yang tengah cemberut.

"Oke guys, lo semua harus ikut kita buat konten!" Zaki mengalihkan pembicaraan.

Budi langsung menjauh dan memekik histeris. "Jangan sentuh aku!"

Semua orang yang ada di sana menatap tajam Ziko dan Zaki secara bergantian. Perasaan mereka memang sudah tidak enak sedari tadi. Apalagi ketika Zaki membawa tripod di tangannya. Sudah dapat dipastikan, jika Ziko dan Zaki  akan memaksa mereka untuk ikut membuat konten di akun tiktok milik mereka berdua.

Zaki mulai memasang tripodnya. "Ayolah, masa lo semua gak mau bantuin kita? Cuma buat konten yang lagi viral aja,"

"Iya guys, masa kita belum ikutan trend yang kata-kata, chuaksss!" tambah Ziko sembari mengibaskan kedua tangannya sebagai lambang Chuaksss.

"Jangan harap,  kamu Udin!" ejek Cinta memalingkan wajahnya.

"Udin dan Idin inilah dia,  kembar seiras itu biasa," teriak Budi bercanda.

"Upin dan Ipin!" ralat Marsha membenarkan.

"Tenang, nanti pas istirahat kita traktir lo semua, sepuasnya!" tawar Ziko selanjutnya.

"Oooo gak bisa!" ujar Budi. "Gak bisa nolak,  maksudnya," tambah Budi dengan semangat.

"Sumpahhhhhh Zik, mau chuaksss, mau cuwishhh, mau cuwoshh, gue jabanin!" imbuh Cinta tak kalah semangat dari Budi.

"Kalo perkara perut,  mana bisa nolak?" ujar Marsha santai.

Devan, Syalwa, dan Selvy hanya menyaksikan mereka yang tengah berdebat sedari tadi. Mereka bertiga sama sekali tidak minat ikut membuat konten. Walaupun nantinya mereka bertiga ujung-ujungnya pasti minta ditrakir juga oleh Ziko dan Zaki.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang