"Seperti rumah yang hangat di tengah badai, aku beruntung memilikimu. Maka dari itu, izinkan aku untuk memilikimu seutuhnya."
*****
Di bawah sinar bulan keperakan yang menyorot lewat kaca jendela dan di atas kasur king size milik Cinta dan Adelard. Paha milik Cinta kini menjadi tumpuan Adelard yang sedang berbaring di sana. Sedari tadi, mereka berdua tak berhenti berceloteh ria menceritakan hal-hal random tentang apapun yang membuatnya sakit perut karena tertawa.
Kini, Cinta dan Adelard kembali hidup berdampingan. Di rumah yang terbilang besar itu, hanya ada mereka berdua. Adelard sengaja memberhentikan pembantunya dan bodyguardnya atas permintaan istrinya. Cinta hanya ingin membiasakan kembali mengerjakan apa-apa sendiri seperti Mamanya. Awalnya, Adelard tidak setuju dengan permintaan Cinta, karena ia tak ingin istrinya itu kecapekan karena harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Namun Cinta berhasil membujuk Adelard hingga laki-laki itu menurutinya.
Adelard menatap lama mata cantik milik Cinta. Wanita itu benar-benar membuat dirinya dimabuk kepayang.
Cup!
Adelard mencium bibir milik Cinta dengan singkat. Perempuan itu hanya menatap Adelard cengo. Pasalnya, ia begitu kaget dengan perlakuan Adelard. Apakah malam ini Cinta akan melepaskan mahkotanya yang selama ini dirinya jaga untuk Adelard? Apakah malam ini Cinta dan Adelard akan menjadi sepasang suami istri seutuhnya? Ohh, ayolah, Cinta begitu takut dan gugup akan hal itu.
Perlahan Adelard bangkit dari tidurnya. Ia mulai membelai rambut milik Cinta dengan sayang. Laki-laki itu mengusap pelan pipi milik Cinta. Jarinya berhenti di bibir seksi wanita itu. Cinta hanya bisa diam dengan apa yang Adelard lakukan. Nafasnya kian memburu. Detak jantungnya benar-benar tak menentu.
Adelard menepis jarak antara dirinya dan juga istrinya itu. Hingga kini, keduanya bisa merasakan deru nafasnya masing-masing. Jantung milik Cinta berdegup dengan sangat kencang, begitu pula dengan Adelard. Namun laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya pada wajah polos milik Cinta. Kini Cinta bisa mencium aroma nafas rasa mint yang keluar dari mulut Adelard.
Adelard mengaitkan salur-salur rambut milik Cinta ke belakang telinga wanita itu. "Izinkan aku untuk menanam benih di dalam rahimmu, Nona," bisik Adelard yang membuat Cinta bergidik geli karenanya.
Cinta mengerutkan dahinya sembari tak berhenti menatap Adelard tanpa sepatah katapun. Adelard berpikir sejenak. Memikirkan kembali ucapannya yang mungkin saja membuat Cinta menjadi tak nyaman.
"Maaf sayang, kamu gak nyaman, ya?" tanya Adelard merasa tak enak hati.
Tidak ada jawaban dari mulut Cinta. Hal itu membuat Adelard semakin merasa bersalah. Ia menjauhkan kembali tubuhnya dari tubuh wanita yang masih diam mematung di tempatnya.
Perlahan Adelard mulai menggenggam tangan Cinta dengan erat. Setelah itu ia membuang nafas dengan sangat keras. "Lupain yang tadi, ya? Aku cuma bercanda, kok," ujar Adelard berbohong.
Namun Cinta tak bereaksi apapun. Adelard merasa uring-uringan. Ia menjauh dari Cinta dan mulai mengotak-atik ponselnya untuk bermain game.
Cinta tersadar dari lamunannya. Pikirannya begitu kalut. "Gue dosa, gak, sih, kalo nolak ajakan Adelard?" tanyanya pada diri sendiri di dalam hati.
Bagaikan setan putih dan setan hitam, benak Cinta berdebat sendiri. Terkadang setuju, terkadang juga tidak. Cinta merasa gila saat itu juga.
Setan hitam mulai menampakkan dirinya di otak milik Cinta. "Udahlah, jangan dipikirin. Adelard juga gak papa kalo lo nolak," ucap setan hitam memulai perdebatan.
Setan putih pun tak tinggal diam. Ia langsung mendebat pemikiran kolot milik setan warna hitam. "Empat tahun loh, lo gak pernah kasih dia jatah. Dosa tau nolak ajakan suami,"
Cinta memejamkan matanya. Lalu ia menggelengkan kepalanya--berusaha menghapus bayangan setan hitam dan putih. Cinta menatap serius laki-laki yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya.
Cinta menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia menarik pergelangan tangan Adelard agar pria itu menatap dirinya juga. "Tadi kamu bilang apa?" tanya Cinta dengan santai padahal di dalam hatinya tengah bergejolak.
Adelard membulatkan matanya dengan sempurna. Apakah Cinta akan memarahinya gara-gara ucapannya itu? Ohhh ayolah, Adelard benar-benar merasa bersalah saat ini.
"Yang mana?" Adelard balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]
Roman pour Adolescents"Bagi mereka yang telah memulai, maka bertanggungjawablah untuk menyelesaikannya. Bagi mereka yang berkelakuan seperti binatang, maka bersiaplah untuk menanggung karmanya." Cinta terpaksa menerima lamaran Adelard--musuh bebuyutannya dan menjalankan...