Bagian 22

55 31 55
                                    

"Kekecewaan adalah salah satu pemicu dari hilangnya kepercayaan."

*****

Adelard sudah melakukan pembedahan dan pembedahannya berjalan dengan sangat lancar. Maka dari itu, sejak kemarin, ia sudah dipindahkan ke kamar inap.

Arga, Bagas, Syalwa, Lala, Selvy, Marsha, Budi, Selvy, Ziko, dan Zaki baru saja sampai di rumah sakit. Mereka berniat untuk melihat keadaan Adelard dan juga Cinta. Tak berapa lama, mereka sampai ke tempat dimana Bunga dan Laila berada. Dengan spontan, mereka langsung menyalami keduanya secara bergantian.

"Tante, gimana keadaan Cinta sama Adelard?" tanya Syalwa pada Bunga dan Laila.

"Iya Tan, Cinta sama Adelard gimana?" imbuh Bagas.

"Adelard sudah sadar, namun Adelard masih belum bisa banyak gerak. Karena luka di perutnya masih basah. Tapi Adelard dari kemarin  sudah dipindahkan ke kamar inap," jeda Bunga. "Kalo Cinta, Cinta masih koma. Dia belum sadar dan ponis dokter mengatakan bahwa, Cinta akan mengalami koma selama satu tahun atau lebih. Namun, jika semakin hari keadaannya semakin membaik, mungkin komanya bisa beberapa bulan bahkan Minggu. Itu juga kalo ada keajaiban,"

Perkataan Bunga mampu membuat Syalwa dan teman-temannya kaget sekaligus prihatin. Mereka sedang berada dipikirannya masing-masing. Tak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Mereka berdoa kuat-kuat--meminta kesembuhan untuk Cinta juga Adelard.

"Tante, apa kita bisa liat Cinta ke dalem?" tanya Budi pada Bunga.

"Boleh, tapi giliran, ya?"

Mereka pun masuk ke dalam untuk menjenguk Cinta secara bergantian.

Tak berapa lama, Alex datang dengan membawa kotak makanan. Ia mulai menghampiri Bunga. Sejak kemarin, mereka belum memakan apapun. Sedangkan Anton, ia sedang menemani Adelard di kamar inapnya.

"Assalamualaikum, Ma. Ini Alex bawa makanan buat Mama dan juga Tante," ucap Alex sembari menyalami tangan mereka berdua lalu menyerahkan kedua kotak makanan dan minuman itu pada keduanya.

"Makasih Lex," ucap Laila yang langsung dibalas dengan senyuman.

Alex baru menyadari bahwa di sana ada teman-temannya Adelard dan Cinta. Perlahan Alex menghampiri mereka semua. "Wihh, lo semua dari kapan di sini?" sapa Alex pada Arga dan yang lainnya.

"Tadi Bang," jawab Syalwa.

"Ooo, oke-oke. Thanks, ya? Udah pada dateng," ucap Alex selanjutnya.

"Iyaaa ganteng, sama-sama," balas Selvy sedikit berteriak dan langsung mendapat tatapan tajam dari Ziko, Zaki, dan juga Budi.

Budi menoleh ke arah dimana Alex berada. Ia merasa tak enak hati. "Maaf Bang, dia emang kaya gitu,"

Selvy memutar bola matanya malas. "Cemburu, lo?" tanya Selvy mengintimidasi.

"Idihh, najisss!" tutur Budi.

"Udah, udah, gak papa kali. Ya, kan, Sel?" ujar Alex yang membuat Selvy klepek-klepek saat itu juga. "Kalo lo semua mau liat Adelard, dia ada di ruang VVIP nomer satu. Gue pergi dulu,"

"Oke Bang, makasih," ucap Lala yang langsung diangguki oleh Alex.

Alex menatap Bagas dan Arga secara bergantian. "Lo berdua ikut gue,"

Ting!

Alex yang sedang berjalan langsung menghentikan langkahnya. Ia merongoh ponsel dari dalam saku celana miliknya. "Bentar, bentar," ucap Alex pada Bagas dan Arga sembari membuka room chatnya.

Gading Tegar Pamungkas
Online

Lex
Kita udah sampe di rumah sakit
Kita tunggu lo di lorong

Oke, gue otw

Percakapan pun berakhir. Alex kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku celana miliknya. Ia mengajak Arga dan Bagas menuju lorong rumah sakit.

💫

Di sisi lain, Syalwa baru saja masuk ke dalam ruang ICU. Ia langsung disambut dengan suara monitor detak jantung yang menghiasi ruangan tersebut. Syalwa tak bisa lagi menahan air matanya ketika melihat Cinta yang sedang terkapar tak berdaya dengan selang infus dan ventilator yang membantu pernapasannya.

"Cin, apa kabar?" lirih Syalwa pada Cinta yang belum juga sadar. "Kalo lo ada masalah itu cerita. Cerita sama gue, kenapa lo bisa kaya gini? Lo sadar dong, Cin. Gue mau cerita banyak sama lo, gue kangen sama lo." lanjut Syalwa bergetar sembari menggenggam tangan Cinta. Ia benar-benar menangis. Berbicara dengan Cinta yang sama sekali tidak bergerak sedikit pun adalah hal yang sangat sulit bagi dirinya.

Budi, Selvy, Marsha, Ziko, dan Zaki sedang menunggu giliran untuk menjenguk Cinta ke dalam. Mereka melihat Cinta dari kejauhan dengan pembatas kaca yang bertengger di sana. Hati mereka seakan teriris ketika melihat Cinta yang sama sekali tidak bergerak di atas ranjang.

"Cin, gue yakin, lo adalah wanita kuat. Jadi tolong, lo sadar, ya? Gue kangen sama lo, kangen gila-gilaan sama lo. Gue kangen semuanya," ucap Budi dalam hati.

"Cin, lo kapan bangun? Gue rindu dengan semua hal konyol yang sering lo lakuin. Cepet sadar, ya, Cin?" Kini Zaki yang berbicara dalam hati.

"Cinta Ananda Pratiwi. Cewek sableng yang pernah gue kenal. Kapan sadar Cin?" batin Ziko.

"Cin, cepet bangun, ya? Gue rindu lo yang suka nasehati gue kalo gue salah. Lo bangun, ya? Gue mau lo bantu gue buat bisa deket sama abang lo." ucap Selvy dalam hati. Bisa-bisanya ia mengatakan kata-kata terakhirnya yang sangat tidak ramah di telinga.

"Cin, gue harap lo cepet sadar, ya? Gue rindu lo yang kalo bayar uang kas suka tepat waktu," lirih Marsha tertawa hambar setelahnya.

Mereka berada dalam bayangannya masing-masing. Membayangkan setiap momen ketika sedang bersama Cinta. Mereka selalu berharap, agar wabita itu segera sembuh. Mereka sudah sangat rindu dengannya.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang