Bagian 71

43 12 1
                                    

"Sehidup semati. Terima kasih selalu ada."

*****

Kini Cinta telah berada di rumahnya. Ia pun sudah bisa melaksanakan aktivitas seperti biasanya. Cinta dan Adelard hidup bahagia bersama anak pertamanya yang mereka beri nama, MUHAMMAD ABIDZAR AL-ZAMZAMI.

Setelah memiliki anak, Cinta dan Adelard tidak pernah lagi merasakan yang namanya tidur nyenyak. Abidzar selalu merengek setiap malam. Entah karena lapar atau sekedar hanya ingin digendong. Untungnya, Adelard pengertian dan bersedia menjaga Abidzar secara bergantian bersama Cinta. Ya, meskipun seringkali tidak sesuai ekspektasi. Bagaimana tidak? Pernah beberapa kali Cinta menyuruh Adelard untuk menjaga Abidzar karena dirinya benar-benar sudah lelah dan ingin tidur sebentar. Saat itu, Adelard pun langsung menyetujuinya. Namun kenyataannya, yang dilakukan Adelard bukan menjaga Abidzar, melainkan malah ikut tertidur pulas bersama istri dan anaknya. Lebih parahnya lagi, ketika Abidzar merengek, Adelard langsung menepuk-nepuk tubuh Abidzar dengan sayang. Akan tetapi, tangis Abidzar malah semakin menjadi. Hal itu membuat Cinta mau tidak mau harus memberikan asi pada anaknya. Setelah Cinta terbangun dari tidurnya, ia langsung disuguhi oleh Adelard yang sedang memejamkan matanya sembari mengelus-elus guling yang Adelard pikir itu adalah Abidzar. Pantas saja anak pertamanya itu tak kunjung diam dari tangisnya.

Setelah kehadiran anak pertamanya, Adelard menjadi sering merasa cemburu. Pasalnya, kasih sayang Cinta terbagi pada Abidzar yang selalu wanita itu prioritaskan. Padahal, Cinta selalu berusaha untuk adil kepada keduanya. Hanya saja, sifat Adelard memang seperti bocah ingusan. Ia menolak mengerti dan menerima bahwa Abidzar juga sangat butuh diperhatikan oleh ibunya.

"Abi sayang, kamu cepet tidur, dong," rengek Adelard pada Abidzar yang tak kunjung menutup matanya. "Gantian, Ayah juga mau manja-manja sama bunda kamu,"

"Apa sih, sayang? Abi kan mau main dulu sama bundanya," omel Cinta. "Sini, mending kamu ikut main sama kita berdua,"

Adelard menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kamu udah gak sayang, ya, sama aku?"

"Bukan gitu, kamu kan tau, Abidzar itu,"

Cup!

Ucapan Cinta terpotong ketika Adelard tiba-tiba mengecup bibirnya dengan singkat. Ia tak segan-segan memindahkan Abidzar ke kasur bayi yang sudah tertata dengan rapi. Setelah itu, dirinya langsung memeluk Cinta dengan erat dan mengendus bau rambutnya yang selalu menjadi candu untuk Adelard.

Cup!

Cinta memberanikan diri untuk mengecup bibir Adelard dengan singkat. Blush! Pipi Cinta langsung memerah. Ia benar-benar merasa malu sekarang. Namun, Adelard malah tersenyum menyeringai seolah sudah siap menerkam Cinta saat itu juga.

"Ooooo jadi kamu mancing aku, ya?" tanya Adelard menyeringai. "Oke, kalo gitu aku gak bakalan lepasin kamu malem ini,"

"Apa sih? Enggak, ya! Jangan macem-macem,"

"Menolak ajakan suami itu dosa, sayang. Lagian juga udah lama, kan, kamu gak ngasih aku jatah? Masa nifasnya udah selesai juga, kan?" Adelard menaikturunkan kedua alisnya.

Setelah memastikan Abidzar tidur, Adelard langsung mematikan lampu yang berada di dalam kamarnya. Cinta pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Benar kata Adelard, menolak ajakan suami itu dosa dan dirinya tidak ingin memiliki dosa tersebut.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang