"Terkadang, orang yang membuat kita terluka adalah orang yang paling dekat dengan kita."
*****
Tak terasa, air mata Cinta keluar begitu saja. Entah apa yang harus dirinya lakukan sekarang. Semua yang ada di sana langsung mematung dikala terpampang dengan sangat jelas Syalwa yang sedang mengendap-endap di layar laptop milik Sandra. Mereka semua tengah berada pada pikirannya masing-masing. Hati mereka menolak membenarkan, namun rekaman CCTV jelas-jelas tidak bisa dipalsukan.
"Bentar-bentar," Alex mencoba mengingat sesuatu.
Alex ingat sekarang. Kemarin malam, ada Syalwa yang baru saja keluar dari rumah miliknya. Awalnya, Alex memang curiga setelah Syalwa mengatakan ada Cinta di rumahnya. Namun, setelah Alex pergi ke kamar Sandra, benar saja, Cinta memang sedang berada di sana.
"Yad, lo inget, kan, semalem?" tanya Alex yang langsung diangguki oleh Adelard.
"Ya, gue inget. Lo berhasil ngambil jaket ini di kamar milik kak Sandra," jawab Adelard sembari menunjuk ke arah jaket yang tengah berada di hadapannya. Kemudian ia melirik Sandra dengan singkat.
Sandra kaget dikala mendengar hal itu, ia ingin menyangkal namun dirinya membiarkan Alex terlebih dahulu menjelaskan apa yang ingin dirinya jelaskan.
"Sebelum gue masuk ke rumah, gue ngeliat Syalwa yang baru aja keluar dari situ. Dia bersikap layaknya maling yang tengah bersembunyi. Waktu itu, gue sempet nanya sama Syalwa, dia bilang abis dari lo," jelas Alex sembari menunjuk Cinta.
"Seriously? Maksud lo, Syalwa dateng ke rumah lo, terus dia ngakunya abis ketemu sama Cinta? Apa itu bener, Cin?" tanya Adelard.
Cinta menggeleng sembari menatap Sandra. "Waktu itu gue sama kak Sandra lagi tidur. Iya, kan, Kak? Mungkin lo juga tau Om,"
"Bentar-bentar, lo tadi bilang kalo jaket itu dari kamar gue?" tanya Sandra menatap Adelard dan Alex dengan bingung secara bergantian.
"Itu emang dari kamar lo San, lebih tepatnya kamar mandi lo," jawab Alex apa adanya.
Sandra tersenyum miring dikala mendengar Alex mengatakan hal itu. "Bahkan gue gak tau jaket itu milik siapa Lex. Gue juga gak ngerti kenapa jaket itu bisa ada di kamar mandi gue. Asal lo semua tau, gue gak pernah nyimpen baju di dalem kamar mandi,"
"Masuk akal juga sih. Menurut gue, nih, ya, kalo emang jaket ini milik Sandra, kenapa dia gak naro di tempat yang mungkin lebih aman dan gak bisa ditemuin sama orang lain? Lo semua pasti juga tau kalo jaket ini bukan sembarang jaket. Jaket ini di pake pelaku yang saat ini jadi target kita semua!" ujar Gading mengerahkan pendapatnya.
"Apalagi semalem, Cinta tidur di kamar Sandra, kan? Kalo Sandra mikir dan jaket itu emang bener punya dia, gue yakin tuh jaket gak akan ada di kamar mandi. Apa lagi digantung kaya gitu. Bisa-bisa Cinta masuk ke toliet dan nemuin jaket itu," imbuh Alvan.
"Jaket sama Syalwa kok bisa pas kaya gitu, ya?" lanjut Rian merasa aneh.
"Bisa jadi, semalem, Syalwa emang sengaja naro jaket di sana dan sialnya Alex malah ketemu sama dia," imbuh Galang.
Mereka semua menyetujui apa yang di ucapkan Alvan, Galang, Gading, dan Rian.
"Tapi menurut lo semua, ada yang beda gak sih dari CCTV itu?" tanya Adelard tiba-tiba.
"Maksud lo?" tanya mereka semua secara bersamaan.
"Lo ngira kalo ini cuma akal-akalan Sandra, Yad?" tanya Alex yang langsung mendapatkan gelengan kuat dari Adelard. Hal itu membuat mereka semua yang ada di sana menatap Adelard penuh tanya.
"Maksud gue, tatapan Syalwa dan gerakan tubuhnya," jawab Adelard. Cinta dan Alex langsung memutar kembali rekaman CCTV tersebut. Mereka semua merapat mendekati laptop yang sedari tadi ada di atas meja. "Menurut gue tatapan Syalwa kosong, seakan dia itu,"
"Terhipnotis?" Potong Cinta dan Alex secara bersamaan.
"Kayanya," tutur Adelard.
"Kalo emang Syalwa pelakunya, kenapa pisau yang dipake buat nusuk gue itu ada sidik jari milik kak Sandra?" tanya Adelard sembari menatap tajam ke arah Sandra. Lantas semua orang pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah dimana Sandra berada. Seakan ingin menanyakan hal yang sama. Namun, Sandra langsung menggeleng kuat.
"Bisa jadi itu manipulasi. Atau, Sandra emang terlibat dalam kasus ini," tutur Gading menatap Sandra penuh menyelidik.
"Gue bisa pastiin, kalo gue sama sekali gak terlibat dalam kasus ini," jeda Sandra. "Ada sesuatu yang ganjal,"
Mereka terdiam. Menunggu Sandra melanjutkan ceritanya. Cinta langsung mengelus pelan punggung milik kakaknya itu. Cinta percaya, kalo Sandra memang benar-benar sudah berubah. Buktinya, akhir-akhir ini, Sandra memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
"Gue gak tau harus jelasinnya dari mana. Tapi," jeda Sandra sembari mengingat sesuatu lalu menceritakannya.
Tepat pukul 04.25 WIB, alarm milik Sandra berbunyi. Sandra langsung membuka matanya dan meraba-raba ke atas nakas guna mencari alarm yang kini tengah berbunyi dengan sangat nyaring. Namun sedari tadi, Sandra masih belum menemukannya.
"Perasaan gue taro alarm di sini, deh," ucap Sandra bermonolog sembari terus meraba-raba ke atas nakas.
Tak lama kemudian, tiba-tiba Sandra memegang benda yang sangat tajam. Hingga tangannya teriris dan mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Dengan terpaksa, ia bangkit dari tidurnya sembari memegang benda tajam tersebut. Sandra langsung membulatkan matanya dikala melihat benda yang tengah ia genggam.
"Astaghfirullah, pisau! Dari mana pisau ini?" pekik Sandra histeris ketika melihat pisau tersebut yang telah terbalut dengan darah yang sudah mengering. Ia melihat ke sekelilingnya.
Sandra langsung melempar pisau itu ke sembarang arah. Lalu ia pergi meninggalkan kamarnya sambil berlari terbirit-birit.
"Tolooooongg, toloooongg!" teriak Sandra sembari tak berhenti berlari.
Glodakkk...
Sandra terjatuh. Namun ia langsung berusaha untuk kembali berdiri. "Sial! Pada kemana orang-orang di rumah ini?"
"Gak ngerti gue, kenapa di kamar gue bisa ada pisau itu, ya? Horor banget, mana di rumah gak ada orang, lagi," gerutu Sandra dengan jantung yang tengah bergemuruh.
Sandra langsung mengehentikan langkahnya. Ia tidak boleh berlari. Dirinya harus kembali ke kamar dan memastikan kejadian tadi bukanlah halusinasi. "Iya! Gue gak boleh takut!" ucapnya sembari memutar balik arahnya.
Perlahan pintu kamar terbuka lebar. Sandra langsung mencari pisau tersebut. Setelah sekian menit lamanya, Sandra belum juga menemukan pisau itu.
"Kok aneh? Gue udah obrak-abrik kamar ini, tapi pisau itu gak ketemu juga. Perasaan gue lempar ke sini, deh," ujarnya dalam hati sembari terus mencari.
Sandra membuang nafasnya kasar setelah selesai menceritakan kejadian tersebut. "Kurang lebih kaya gitu. Terserah, lo semua mau percaya atau enggak, gue udah gak peduli,"
Sesekali mereka yang ada di sana mengerutkan keningnya dan membulatkan matanya dengan sempurna tanda bingung dan kaget. Apa iya? Apa memang benar, Sandra tidak ada kaitannya dengan kasus yang pernah menimpa Cinta?
"Terus kenapa pas gue nanya sidik jari itu lo malah diem?" tanya Alex sangat geram pada adiknya itu.
"Waktu itu gue gak tau harus jawab apa Bang. Gue bener-bener bingung. Tapi gue berani sumpah, gue gak pernah ngelakuin itu semua. Apa yang tadi gue omongin, itu benar-benar real sama kenyataannya." jawab Sandra. Tidak ada kebohongan di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]
Fiksi Remaja"Bagi mereka yang telah memulai, maka bertanggungjawablah untuk menyelesaikannya. Bagi mereka yang berkelakuan seperti binatang, maka bersiaplah untuk menanggung karmanya." Cinta terpaksa menerima lamaran Adelard--musuh bebuyutannya dan menjalankan...