Bagian 6

267 110 148
                                    

     
"Melihat bahkan membuat orang lain kesetanan merupakan kebahagiaan yang harus senantiasa ditingkatkan."

*****

Adelard dan kedua sahabatnya, yaitu Arga dan Bagas tengah berjalan menuju kantin. Seperti biasa, mereka selalu mendapat banyak perhatian dari para wanita yang ada di sana. Bagaimana tidak? Mereka adalah incaran kaum hawa dan tentunya banyak sekali yang ingin menjadi kekasih Adelard, Arga dan Bagas. Bahkan tak jarang, mereka bertiga kerap mendapatkan surat cinta dari wanita yang terang-terangan menyatakan perasaannya. Namun, sampai detik ini ketiganya belum juga mendapatkan wanita yang sesuai dengan kriterianya.


"Men, Men, tunggu!" perintah Arga tiba-tiba.

Adelard dan Bagas ikut menghentikan langkahnya. "Man, Men, Man, Men! Lo kira kita ini mencret?" omel Adelard seolah mewakili Bagas yang hanya mengangguk tanda setuju.

"Lo berdua liat cewek itu," jeda Arga. Adelard dan Bagas ikut meliriknya. Terlihat Cinta dan Syalwa--sahabat baru wanita itu tengah menunggu pesanan mereka di kantin mang Ujang. "Mereka cantik banget, gila!"

Adelard memutar bola matanya malas. "Cantik dari Hongkong? Masih cantikan monyet yang suka di lampu merah, kali!" tutur Adelard bergidik ngeri setelah mengetahui siapa yang tengah mereka bicarakan.


"Yad, lo gak rabun, kan? Katarak juga enggak, kan? Mereka benar-benar menarik!" seloroh Arga yang merasa heran pada temannya yang satu itu. "Ya, kan, Gass?" lanjut Arga pada Bagas.

"Ga," jeda Bagas pada Arga. "Sikattt!"

"Woy! Lo berdua mau kemana?" teriak Adelard ketika Arga dan Bagas mulai melenggang pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Mau tidak mau, Adelard harus menyusul Arga dan Bagas. Tak berapa lama, mereka sampai ke tempat dimana Cinta dan Syalwa berada. Sebetulnya Adelard sangat malas jika harus berurusan kembali dengan musuh bebuyutannya itu. Namun, Arga dan Bagas tetap berisi keras untuk bisa berkenalan dengan Cinta dan juga Syalwa.

"Ekheemmm," Arga mulai memberi kode pada kedua wanita itu.

"Ekkhemmm!" imbuh Bagas ikut berdeham, berharap Cinta dan Syalwa menyadari keberadaan mereka.

Adelard menatap Cinta dan Syalwa tidak minat sambil melipat tangannya di depan dada. Menurutnya, bertemu dengan Cinta adalah musibah paling parah yang Tuhan berikan padanya. Sebentar lagi, pasti darahnya akan kembali naik. Karena sejatinya, Cinta selalu mempermainkan emosinya.

Cinta melirik Arga dan Bagas yang tengah menaikturunkan alisnya tanpa minat. "Tenggorokan Bapak-bapak ini pasti banyak kumannya. Sering-seringlah membasuh mulut, ya Pak?"

"Bapak, bapak! Lo gak liat mereka pake baju apa? Mana ada bapak-bapak pake baju SMA!" balas Adelard tak terima jika kedua sahabatnya dipanggil bapak oleh wanita menyebalkan itu.

Cinta baru menyadari jika di sana ada Adelard juga. Ternyata mereka berdua adalah temanya si tua bangka nan renta itu. "Idih, biasa aja dong, gak usah ngegas kaya gitu!"

Adelard menatap Cinta dengan tajam. Ia tak berniat membalasnya. Melihat seperti itu, Syalwa mencubit pinggang milik Cinta agar temannya itu bisa sedikit lebih sopan kepada kakak kelasnya. Namun, Cinta hanya mengangkat bahunya acuh. Dirinya tidak peduli akan hal tersebut.

"Yad, lo kenal sama dia?" tanya Bagas menatap Adelard penuh curiga.

"Najis!" jawab Adelard berbohong.

"Oke, kalo gitu, kita boleh gabung?" tanya Arga pada Cinta dan Syalwa. Dirinya merasa pegal karena berdiri sedari tadi.

"Boleh, boleh. Duduk aja kali," jawab Syalwa antusias.

Setelah dipersilakan, mereka bertiga langsung duduk--ikut bergabung bersama Cinta dan Syalwa. Melihat seperti itu, penghuni kantin langsung heboh. Mereka berlima tengah menjadi sorotan seisi kantin. Bisikan demi bisikan mulai terdengar.

"Btw, gue Arga," Arga mulai mengulurkan tangannya kepada Syalwa.

"Syalwa." jawab Syalwa membalas uluran tangan tersebut.

"Arga,"

"Cinta." jawab Cinta dengan wajah datarnya.

"Bagas," kini giliran Bagas yang mengulurkan tangannya.

"Syalwa."

"Bagas," lanjut Bagas pada Cinta.

Cinta membuang nafasnya dengan kasar. "Udah gue bilang, nama gue itu Cinta. Masa gak kedengaran?" ketus Cinta merasa risih sendiri. "Makannya, kalo punya kuping tuh ditaronya jangan di samping!"

"Emangnya kuping lo disimpen dimana? Di pantat?" sindir Bagas yang tertawa setelahnya. Begitu pula dengan Arga dan Syalwa yang ikut terbahak bersama laki-laki itu.

Arga melirik ke arah Adelard yang tengah sibuk berkutat dengan ponselnya. "Yad, lo gak mau kenalan?"

Cinta berdecak di tempatnya. "Ck, kalo dia, kita udah tau dan pernah liat juga, yakan Syal?"

"Kapan?" tanya Syalwa merasa heran. Pasalnya, dirinya belum pernah bertemu dengan Adelard.

"Sering liat dimana?" Kini giliran Bagas yang bertanya. Ia juga merasa penasaran dan sedikit curiga pada sahabatnya itu.

"Kebun binatang!" celetuk Cinta yang membuat Arga, Bagas dan Syalwa terpingkal karenanya.

"Sialan!" umpat Adelard merasa tak terima.



Jan lupa tinggalkan jejak!❣

Salam sayang,

viniawis❤

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang