Bagian 58

19 13 24
                                    

"Dengarkan dan ikuti apa kata hatimu. Karena jika kau tidak melakukan keduanya, maka penyesalan akan menjadi konsekuensinya."

*****


Gerimis kian menerpa jalanan. Namun hal itu tidak membuat Alex dan keempat temannya berhenti menjalankan motor besarnya. Malam semakin larut. Tapi jalanan masih dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Rian berdecak dikala melihat Alvan memeluk mesra Galang yang sedang fokus menyetir. Alvan lebih memilih menyimpan motornya di Markas dan menumpang pada Galang dengan alasan alergi menyetir malam. Alasan yang berada di luar prediksi BMKG itu hanya dianggap angin lalu oleh keempat temannya.

Perjalanan mereka terhenti dikala kemacetan mulai melanda jalanan. Rasanya aneh sekali tengah malam seperti ini jalanan masih sangat dipadati oleh kendaraan.  Alex melirik satu persatu teman-temannya seolah menanyakan tentang apa penyebab kemacetan ini terus berlangsung. Namun keempat temannya itu hanya bisa mengedikkan kedua bahunya tanda mereka juga tidak tahu.

Beberapa menit kemudian, setelah berjuang melewati kemacetan, barulah terlihat penyebab akan kemacetan yang sangat padat itu. Kecelakaan adalah penyebabnya. Alex memicingkan matanya dikala melihat ambulance yang mulai berjalan meninggalkan lokasi kejadian. Polisi berlalu lalang mengamankan jalanan. Sementara, para wartawan berlari ke sana ke mari mencari informasi. Sebuah truk mulai mengeluarkan asapnya. Sementara di sisi yang lainnya, ada motor besar yang sudah tidak berbentuk. Dapat dipastikan, tabrakan antara truk dan motor besar tersebut sangat kencang hingga motor itu berada sangat jauh dari tempat truk berada.

Alex membuka kaca helm fullfacenya. Lantas ia memicingkan mata tajamnya. Kerutan di dahinya mulai muncul. Sepertinya ia kenal dengan pemilik motor besar itu--yang dibuktikan dengan plat nomor yang masih terbaca meskipun sedikit tidak jelas akibat retakan di sekitarnya. Alex menatap teman-temannya. Mencoba memastikan jika perkiraannya memang tidak meleset.

"Gard, lo semua kenal, sama pemilik motor itu?" tanya Alex mulai serius.

Alvan, Gading, Galang, dan Rian langsung memperhatikan objek yang sudah tidak berbentuk itu. Dilihatnya plat nomor yang benar-benar tidak asing bagi mereka semua.

"Kaya punya Bagas," ujar mereka berempat secara serentak.

Pemikiran Alvan, Gading, Galang, dan Rian sama persis dengan apa yang ada dipikiran Alex. Lantas, mereka semua langsung meminggirkan motornya dan mulai bertanya pada polisi. Namun, polisi sama sekali tidak melirik mereka. Alex memaklumi hal itu. Karena mereka masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. Ditanyanya pada orang-orang yang ada di sekitar sana. Menurut ciri-ciri yang orang itu jelaskan, memang menuju pada Bagas.  Alex mengutak-atik ponselnya, lalu menyodorkannya pada orang tersebut.

"Yang ini bukan?" tanya Alex sembari menyodorkan ponselnya yang berisi foto Bagas.

Orang itu tampak mengerutkan keningnya. Mencoba berpikir sebentar. "Saya tidak bisa memastikan. Soalnya wajahnya sedikit tidak bisa dikenali karena tertutup oleh darah yang keluar dari kepalanya," jawab orang itu bergidik ngeri karena mengingat wajah pengendara bak seperti monster karena dipenuhi dengan darah segar.

Tak berapa lama, seorang polisi menghampiri mereka berlima. Polisi itu berjalan tegak sembari melihat mata Alex dan juga teman-temannya satu persatu. "Ada yang bisa saya bantu? Atau kalian mengenali pengendara yang baru saja kecelakaan?"

"Sepertinya kami mengenalinya Pak, apakah pengendara motor itu bernama Abdi Bagas, Pak?" tanya Gading hati-hati.

Polisi itu tampak mengangguk. "Iya, betul. Kalian siapanya?" tanyanya penuh menyelidik.

"Kebetulan kami temannya dan mengenali keluarganya, Pak," kini Rian yang menjawab.

"Kalo begitu, tolong hubungi pihak keluarganya. Pengemudi di bawa ke rumah sakit Pelita Kasih!" titah polisi itu dengan tegas.

Alex, Gading, Galang, Alvan, dan Rian langsung menganggukkan kepalanya secara bersamaan. Sementara, polisi itu kembali bergabung dengan polisi yang lainnya. Alex mengutak-atik ponselnya. Menghubungi Adelard ataupun Arga dan menyuruhnya untuk menghubungi kedua orang tua Bagas dan juga Syalwa.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang