Bagian 48

21 13 14
                                    


"Jangan terlalu iri dengan kebahagiaan orang lain. Mungkin saja mereka baru bisa bangkit dari lukanya dan baru bisa tertawa bahagia meski traumanya masih terasa begitu nyata."

****

Baru saja Cinta masuk, kelas X IPS 3 sudah terdengar begitu ribut. Manusia-manusia malas langsung menyerbu Cinta karena mereka baru ingat, jika sekarang, ada pr yang belum mereka kerjakan. Cinta langsung memutar bola matanya malas. Ia mengeluarkan buku tugasnya dan memberikannya kepada Budi dan yang lainnya. Mereka langsung mengambil lalu menyalinnya ke dalam buku tugas milik mereka masing-masing.

Cinta menyimpan tasnya. Ia duduk di samping Syalwa. Cinta langsung disambut hangat oleh sahabatnya itu.

"Hai Cin! Selamat pagiiiiii," sapa Syalwa antusias.

Cinta mengangkat kedua alisnya. "Tumben banget aura lo beda." Syalwa hanya mengulum senyumnya.

Cinta menyenggol lengan milik Syalwa. "Halah yakin, gak mau cerita?" tanya Cinta melipatkan tangannya di depan dada. "Cerita dikit, lah,"

Syalwa menutup wajahnya malu. "Yang pasti, semenjak touring kemarin, energi gue bener-bener jadi penuh,"

Lengkungan kian tercipta di bibir Cinta. Ia ikut bahagia ketika mendengar penuturan Syalwa. Dari sana Cinta belajar, bahwa kebahagiaan itu bukan dicari, tapi diciptakan. Cinta memeluk Syalwa.

"Gue seneng banget kalo ngeliat lo seneng, Syal. Bahagia selalu, ya?" ujar Cinta dalam pelukannya.

"Makasih Cin," ucap Syalwa yang langsung diangguki oleh Cinta. "Lo sendiri, gimana?"

Cinta melepaskan pelukannya. Lalu mengangkat sebelah alisnya tanda tidak mengerti. "Gimana apanya?"

"Perasaan lo sama  Adelard,"

Cinta langsung membulatkan matanya dengan sempurna. "Idih, amit-amit! Jangan sampee gue punya perasaan sama cowok itu,"

"Bilangnya amit-amit, tapi dalem hatinya amin-amin, kan?"

"Sembarangan kalo ngomong!"

"Itu buktinya pas touring kemarin lo manggil dia SAYANG," ucap Syalwa menekankan kata-kata terakhirnya.

Cinta terkekeh kecil. "Yaelah Syal, itu cuma tantangan, gila!"

"Awalnya si emang gitu, tapi kita gak, tau kan, ke depannya gimana?"

"Udah ah! Jangan dibahas,"

"Tapi beneran Cin, lo harus meminimalisir lagi perkataan lo yang tadi. Lo harus berusaha buat ada rasa sama  Adelard karena lo udah terikat,"

"Iya, iya," jawab Cinta dengan sangat terpaksa.

Tak berapa lama, Ziko dan Zaki datang ke dalam kelas. Mereka terlihat begitu heboh. Zaki melemparkan tasnya ke sembarang arah. Begitu pula dengan Ziko. Semua orang yang ada di sana menatap mereka berdua yang tengah berjoget ria. Zaki naik ke atas kursi dengan buku yang sudah ia gulung dan dijadikan mik olehnya.

"PAGI INI KITA JAMKOS, PEMIRSAAAAAAAA!" teriak Ziko dan Zaki secara bersamaan.

Hal itu membuat seisi kelas heboh bukan main. Budi langsung melemparkan bukunya. Lalu memberikan buku milik Cinta. Ia tidak jadi menyontek hari ini. Ia ikut bergabung bersama Ziko dan Zaki. Naik ke atas kursi--bersiap untuk bernyanyi. Seperti biasa, murid yang lainnya berada di bawah mengelilingi Ziko, Zaki, dan Budi seperti halnya biduan yang tengah berada di atas panggung.

"BILA INGIN MELIHAT KOLAM, DI DALAM IKAN,"

Seketika murid yang lainnya berhenti berjoget. Merasa ada yang salah dengan perkataan Budi barusan. Ziko dan Zaki menonyor Budi secara bergantian.

"KEBALIK, GOBLOK!" maki  Ziko dan Zaki secara bersamaan.

"Huuuuuuuu," ledek teman-temannya yang lainnya.

"ULANG, ULANG!" teriak Ziko dan Zaki secara bersamaan.

"Musiiiiiiiiik!" Budi bersiap untuk bernyanyi.

Semua orang kini telah siap bergoyang.

"BILA INGIN MELIHAT KOLAM, DI DALAM IKAN," teriak Budi, Ziko, dan Zaki.

Seketika semua orang yang ada di sana terlihat muak dan langsung bubar sembari melempari mereka bertiga dengan benda seadanya. Ziko dan Zaki menatap tajam ke arah Budi.

"Gara-gara lo, kita berdua jadi ikutan salah!" umpat Ziko dan Zaki kepada Budi.

"Ya salah lo berdua, lah, ngapain malah nyalahin gue?"

"Lo emang bener-bener, Bud," ujar Zaki sembari membuka sepatunya lalu melemparkannya ke arah Budi.

"Lo ngajak ribut, Zak?" tanya Budi seraya memggulung kemejanya.

"Kalo iya, emang kenapa?" jawab Zaki menantang.

Semua orang yang ada di sana tampak begitu tegang. Takut jika Budi dan Zaki benar-benar bertengkar. Mereka tidak pernah bisa membayangkannya. Ziko bukannya melerai, ia malah menjadi wasit diantara Budi dan Zaki. Sedari tadi, Cinta, Marsha, dan Syalwa berteriak menyuruh mereka berhenti. Tapi naas, mereka tidak juga mendengarkannya. Selvy dan Devan hanya melihat dari kejauhan. Seolah tengah menonton pertandingan boxing gratis.

"Satu, dua, tiiiiiiiii," teriak Ziko memulai pertandingan tonjok-menonjok.

Semua orang yang ada di sana tampak memejamkan matanya. Suasana mendadak tegang.

"Tiiiiiiiiiiiigaaaaaaaaa!"

"BILA INGIN MELIHAT IKAN, DI DALAM KOLAM," teriak Budi lagi dan lagi.

"TENANGKAN DULU, AIRNYA, SEBENING KACA," timpal Zaki.

Lalu mereka berdua menggoyangkan pinggulnya dengan teratur seperti halnya biduan. Semua orang tampak cengo melihat tingkah laku ketiga temannya yang sangat jauh dari tingkah laku manusia pada umumnya. Selvy dan Devan mendengus kesal, karena gagal menonton boxing gratis. Sedangkan Cinta dan Syalwa langsung tertawa terpingkal-pingkal, karena sejak awal mereka mengira Budi dan Zaki benar-benar akan bertengkar. Terlihat Marsha membawa sapu hendak memukul mereka bertiga. Melihat seperti itu, Budi, Ziko, dan Zaki langsung berlari terbirit-birit menjauhi Marsha yang sudah siap dengan senjata andalannya.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang