Bagian 19

89 34 627
                                    

"Perkara cinta atau belum, cinta atau enggak, itu gak penting. Yang terpenting sekarang adalah, gue punya tanggungjawab yang besar buat jagain lo."

*****

Ting!

"Bentar Ma," ujar Alex seraya meminggirkan mobilnya.

"Jangan lama-lama, Lex!" balas Bunga yang mendapat anggukan dari Alex.

Alex langsung merongoh ponsel miliknya dari saku jaket yang ia kenakan, lalu membuka room chatnya melihat siapa yang terus menerus mengiriminya pesan disituasi genting seperti ini.

Garuda Core 💯

Rian Adiwiyanto : @AlexanderWijaya lo kenapa gak ke markas Lex?

Alvan Satrianegara : Iya sayang, kenapa malam ini kamu gak ke markas? Aduh jadi pengen nyium pake pantat si Galang

Gading Tegar Pamungkas : Si Alvan kalo ngomong kaya pengen dikasih janda

Gading Tegar Pamungkas : Eh Lex, btw tadi anak-anak Malvory ngeroyok salah satu dari anak Garuda. Ini gak bisa dibiarin! Kita harus cepet-cepet bergerak, kalo enggak, mereka bakalan semakin berulah

Galang Akbar Mahesa : @Alvan Satrianegara Sini main kerumah, ntar gue potong kelamin lo! Tuman banget jadi bencong

You : Gard, Cinta diculik

Alvian Satria Negara : Gard, rupanya ada yang mau main-main, nih, sama kita. Bantai gak? Bantai gak?

Gading Tegar Pamungkas : Kenapa bisa diculik Lex?

You : Gue juga gak tau

You : Oke Gard, masalah yang
anak Malvory ngeroyok anggota Garuda
kita bisa bahas Nanti. Sekarang gue mau lanjut nyari ade gue

Gading Tegar Pamungkas : Share lock Lex! Kita ikutan nyari

You : (your current location)


Alex memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku jaket berlambangkan geng motor Garuda yang tengah dirinya kenakan.

"Lex, udah?" tanya Bunga yang sudah sangat khawatir kepada anak bungsunya.

"Iya Ma, udah. Kita lanjut cari Cinta, ya, Ma?"

Bunga mengangguk setuju. Alex langsung menancap gas mobil miliknya--kembali melanjutkan pencariannya terhadap Cinta. Jika saja Cinta kenapa-napa, ia tidak akan pernah memaafkan Adelard dan tidak akan pernah mengampuni orang yang telah berani menculik adiknya sendiri.

💫

Adelard mulai memarkirkan mobilnya, berniat mencari Cinta tanpa membawa mobil di sekitaran sana. Ia berharap segera ada titik terang terhadap kasus ini. Adelard tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri, jika terjadi sesuatu pada Cinta.  Adelard, Bunga, dan Alex dengan sengaja tidak melaporkan kasus ini kepada polisi. Karena pada dasarnya, polisi akan bergerak dan memproses kasus tersebut setelah laporan kehilangan sudah dua puluh empat jam. Selain membuang waktu, itu juga akan semakin membahayakan nyawa Cinta.

"Selamat malam Pak, mau bertanya, kali aja Bapak pernah liat orang ini?" tanya Adelard kepada pedagang kaki lima sembari memperlihatkan foto Cinta di layar ponselnya.

"Enggak Den, saya gak pernah liat Ade ini. Coba tanya ke yang lain, siapa tau ada yang liat,"

Tak berakhir di situ, Adelard terus mencari sembari bertanya apakah ada yang melihat Cinta, istrinya malam ini. Adelard sudah sangat frustasi. Emosi, rasa khawatir, kian menjadi satu. Ia tidak bisa membayangkan dirinya akan seperti apa jika wanitanya itu kenapa-napa.  Adelard kembali bertanya kepada beberapa orang yang berdagang di pinggir jalan tersebut. Namun, lagi-lagi para pedagang di sana menggeleng tanda tidak pernah melihat Cinta. Hingga pada akhirnya, Adelard bertanya kepada pedagang yang tempatnya paling ujung. Ia sangat berharap segera ada titik terang mengenai hal ini.

"Maaf Ibu, mau bertanya, apa Ibu pernah liat orang yang ada di foto ini?" tanya Adelard kepada Ibu penjual nasi goreng.

Ibu penjual nasi goreng itu mengingat-ingat apakah dirinya pernah melihat Cinta atau tidak.  Adelard yang sudah tidak sabar akan jawabannya, langsung bertanya kembali. "Apa mungkin tadi ada yang mencurigakan, Bu?"

"Tidak ada, tapi Ade bisa lihat ini," jawab Ibu penjual nasi goreng sembari mengeluarkan sesuatu dari dalam saku dasternya. "Ini De, kali aja Ade tau pemilik cincin ini?" lanjutnya memberikan sebuah cincin yang entah didapat dari mana.

Adelard langsung mengambil cincin tersebut. Lalu menyamakan dengan cincin yang melingkar di jarinya. Sama persis. Ia langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat. Adelard sangat yakin jika cincin ini memang milik Cinta.

"Iya Bu, ini cincin istri saya! Tapi kenapa bisa sama Ibu? Tolong ceritakan, kenapa Ibu bisa dapet cincin ini sedetail mungkin," pinta Adelard antusias sembari memperlihatkan cincin miliknya sebagai bukti.

Ibu penjual nasi goreng itu mengangguk dan langsung menceritakan kejadiannya sedetail mungkin. "Tadi, ada perempuan yang sengaja melempar cincin ini ke arah Ibu. Perempuan itu juga sempat teriak minta tolong dan melambaikan tangannya dari dalam mobil. Awalnya, Ibu dan suami curiga. Suami Ibu pun langsung menghentikan mobil yang perempuan tadi naiki. Namun, setelah suami Ibu bertanya, sopir mobil tersebut menjawab, bahwa yang tadi teriak meminta tolong adalah anaknya yang sedang latihan drama karena sekolahnya sebentar lagi akan mengadakan pentas seni. Maka dari situ, suami Ibu percaya-percaya saja dan langsung membiarkan mobil itu melanjutkan perjalanannya."

Hati Adelard bergetar tak karuan. "Baik Bu, terima kasih atas kerjasamanya. Ini ada sedikit rejeki buat Ibu, mohon diterima," balas Adelard sembari memberikan lembaran uang seratus ribuan.

"Iya sama-sama, kembali kasih,"

"Kalo gitu saya pergi dulu, ya, Bu?" balas Adelard. "Eh, tadi mobilnya pergi ke arah mana?"

Penjual nasi goreng itu menunjukkan arah kemana mobil yang membawa Cinta pergi. Adelard langsung pamit dan berlari meninggalkan penjual nasi goreng itu. Ia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah menunjukkan jalan untuk Adelard. Ini adalah awal yang baik. Tak lupa juga, Adelard mengabari Bunga dan Alex agar segera menyusul.

Cinta untuk Cinta [TAMAT||REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang