Angka yang ditunjuk jarum jam hampir mendekati angka 3. Ia tahu habis menengok layar kuncinya. Sudah hampir 5 playlist musik untuk belajar itu berganti. Bagaimana lagi, matanya masih terlalu segar untuk berhenti.
"Ck, white coffee sialan," umpatnya. Minuman itu diseduhnya dingin dengan gelas kaca yang panjang. Ia tadinya hanya akan minum untuk mengganjal kantuk demi setengah jam belajar. Eh, tahu-tahu sudah pukul segini.
Jingga tahu matanya mengantuk, kepalanya pusing, lalu tulang belakangnya yang mulai nyeri menandakan ia perlu istirahat sekarang juga. Tapi alih-alih merebahkan diri atau menutup mata, putri Arditho kelahiran 2002 itu masih belum beranjak dari meja. Ia masih di depan bukunya.
Jika kalian tanya mengapa, Jingga akan menunjukkan foto keluarganya, lantas menjawab; "aku ingin sekali membuat mereka bangga."
;
Intro lagu Kill This Love menusuk telinganya hingga menggetarkan kepalanya. Jingga langsung benar-benar terduduk habis alarm paginya berbunyi nyaring.
Alarmnya rupanya sudah berbunyi hampir 6 kali. Ia terlalu lelap. Kepalanya pusing sangat. Pandangannya buram beberapa saat. Ia ingat baru lelap belum 1 jam yang lalu.
Cepat-cepat ia turun tangga, lantas menghambur ke kamar mandi. Dengan seragam sekolahnya di pelukannya.
"Euy, baru mau bangunin," sapa Jihan padanya kala keduanya berpapasan di depan kamar Aussie.
"Pagi, Kak, he-he. Iya, hari ini agak kesiangan, nih. Untung ada Kill This Love," timpal Jingga seraya meringis pelan.
Jihan terkekeh kecil, "Ya, udah. Kamu mandi duluan, biar Kakak beresin kamarmu,"
"Oke. Makasih, Kak! Mwah!"
"Mwah too!"
Menapaklah kaki Jihan pada kamar Jingga yang dilapisinya karpet vinyl bermotif kayu. Sengaja, katanya agar nuansa Korean kamarnya makin terasa. Seprainya berantakan parah. Sukses membuat helaan napas lolos dari bibir Jihan.
Pertama, Jihan buka dahulu tirai jendela kamar Jingga. Lantas mulai membereskan tenpat tidurnya. Tempat tidur Jingga melayang, dipannya digantung di langit-langit. Jadi terhitung mudah bagi Jihan serta pelayan di rumah mereka untuk membereskan kolongnya.
Selesai menyapu sekilas, Jihan beralih ke meja belajar Jingga. Tertulis jadwal pelajaran untuk sekolah dan lesnya pada sticky note warna-warni dengan aneka hiasan kupu-kupu. Tulisan Jingga yang miring-miring rapi membuat tempelan yang acak polanya pun masih cantik dilihat.
"Buset. Banyak juga pelajaran dia. Kecapekan, enggak, ya, anaknya?" monolognya seraya meringis kecil. Ia sadar diri tak akan sanggup belajar 24/7 sampai hampir gila. Seperti Jingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
krayon patah. [tercekal sementara]
Fanfiction❝Tentang krayon yang patah. yang masih bisa mewarnai. Tentang jiwa yang sepah. yang masih bisa mencintai.❞ 2O21 ; ©STARAAAAA-