12. Dan Aussie Sendirian Lagi

1K 168 113
                                    

(ini banner apaan plis maap bgt😭🙏)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ini banner apaan plis maap bgt😭🙏)

"Yuk, berangkat?"

"Tunggu, Kak Jihan masih di kamar," Aussie menyahut Lillac malas. Ikatan tinggi rambut pirang panjangnya sudah longgar hampir dua kali. Agaknya ikatan rambut pun jengah menunggu Jihan berdandan.

"Dandan sambil dandanin paus," celetuk Jingga pedas. Habis sudah lama sekali mereka menunggu Jihan keluar kamar. Belum saja Solaria tutup.

Lillac duduk di sofa, "haduh, lama banget, ye?"

"Kek kamu bentar aja. Ini kita lumutan nungguin kalian berdua," Jingga kembali mencetus.

"Koreksi, *kami," sahut Aussie seraya tersenyum tipis. Mencipta berotasinya bola mata Jingga.

"Yuk," Tahu-tahu, Jihan sudah di anak tangga. Dengan paras luar biasa mempesona.

"Hah? Tumben banget dandan segitunya? Biasanya, mah, cuma bedak sama lipstik?" komentar Lillac.

"Siapa tahu ketemu Om Aksa di resto," celetuk dia, yang paling tinggi. "Yuk, lah," ujarnya, meninggalkan ketiga saudarinya yang lain dan Jihan yang cemberut lucu.

"Kata Ayah, orang tua naik Avanza disetirin Pak Tama. Kita naik mobil aku karena mobil Kak Ji di bengkel,"

Hanya dengan begitu, berhasil mengubah wajah cerah Lillac menjadi suram seperti mendapat kabar kalau ia akan mimpi buruk selamanya.

"TIDAAAAAAKKKKK!"

;

Tak berapa lama dari merodanya Lux meninggalkan rumah, semuanya kini sudah menduduki kursi bersandar di Solaria.

Eyang duduk di samping Jihan. Dengan Jihan memijat kecil bahu Eyang, lalu beberapa menit kemudian Eyang yang memijat bahu Jihan. Seperti itu, tertawa-tawa.

Sementara itu, tustel bergeser posisi, menyorot Bunda yang duduk di sebelah Jingga. Bersenda berdua seolah semesta milik mereka. Masih menertawakan bagaimana mereka bisa sama-sama bercelana biru panjang tanpa janjian.

Lalu kalian tahu siapa lagi. Lillac dan Ayah yang duduk bersampingan pula menarik atensi dia yang masih sendirian. Lillac dan Ayah tertawa hanya berdua, di dunia yang mereka ciptakan sendiri.

Dan Aussie ... sendirian lagi.

Dia hanya sibuk tengok sana-sini. Dalam hati kesulitan mereda gelegar dalam batin sementara wajah dipaksa tampak tak ngerti apa-apa.

Aussie bak hantu, tak kasatmata. Dan dia sudah amat ingin lari. Bisa saja ia 'kabur', kalau ia tak ingat Rona lagi flu.

Jadi duduklah Aussie bersama merekaㅡwalau keberadaannya di sana sudah seperti hantu bagi mereka yang seakan dunia milik sendiri. Hingga ia yang tak punya 'teman' seakan hampir terusir.

krayon patah. [tercekal sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang