O7. Dunia Baru Kak Jihan

1.3K 160 42
                                    

Hari ini akhirnya adalah hari yang paling Jihan tunggu-tunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini akhirnya adalah hari yang paling Jihan tunggu-tunggu. Hari pertama ia akhirnya sungguhan bekerja. Di kantor sungguhan, dengan bos sungguhan.

Agaknya sudah siap ia mengucapkan sapa pada kekejaman dunia berikutnya; dunia kerja. Tempat adanya atasan-bawahan, junior-senior, pemula-berpengalaman. Serta lelah hakiki dan hilangnya semangat hidup tiap si bos bilang; tenggat waktunya setengah jam lagi!

Jihan akan merasakan semuanya hanya beberapa menit lagi.

Terus terang, Jihan ketakutan. Yah, kali pertama selalu menimbulkan cemas tak beralasan. Pun kali ini Jihan tak sepenuhnya mampu mengatasinya. Gugup, tapi bersemangat. Tak bisa ia jelaskan.

Tapi yang pasti, detik ini pula, ia tekadkan untuk berjuang hingga akhir.

"Oke. Ingat kata ibu Ella, be kind and have courage!" bisiknya pada dirinya sendiri, sebagai penguat hati yang bergetar. Merodalah ban mobilnya kemudian, meninggalkan garasi.

Tin! Tin!

Ia menekan klakson dua kali untuk pamit, baru Coupé perak kesayangannya meninggalkan kawasan rumah.

Anak-anak Nadin Amizah jadi temannya selama di mobil. Lagu-lagu milik Nadin selalu jadi obat untuk penyembuh lelah. Liriknya, nadanya, aransemennya, klip musiknya. Benar-benar favorit semua orang. Sekali ia pernah 'meracuni' Aussie dengan lagu Bertaut, kini Aussie tergila-gila dengannya.

Jihan sampai tepat pertengahan lagu Sorai. Sebenarnya ia ingin lebih dulu tinggal untuk menghabiskan seisi album, tapi kaki berkata lain. Jadi turunlah ia habis memarkirkan Coupé miliknya. Di kawasan tempat parkir karyawan.

Ia masuk segera. Sontak wangi puluhan AC menyerang hidungnya. Dingin bak masuk kamar Aussie. Jihan menyesal pakai baju tak berlengan, karena kini bahunya menggigil karena dingin.

Ia memutuskan untuk kembali ke mobilnya. Ia ingat biasanya berhari-hari menyimpan jaket atau cardigan di balik bangku kemudi. Semoga ada yang tersimpan.

"Shit, gue enggak bawa blazer," umpatnya dalam gumam. Terpaksa Jihan masuk ke kantor super dingin tersebut tanpa penghangat.

Bruk!

Dari belakang, terdengar bunyi gaduh. Jihan refleks menoleh, lalu mendapati sesosok laki-laki yang berdiri canggung beberapa langkah di belakangnya. Berkas-berkas yang dibawanya berjatuhan.

Merasa diperhatikan, pria itu mendongak. Matanya bertemu pandang pada mata Jihan. Seolah ada sengatan yang membuat Jihan sontak memalingkan pandangannya.

Karena nerasa tidak enak, Jihan lantas menghampirinya lalu menawarkannya bantuan. Dirapikannya berkas tersebut dengan telaten. Ditumpuk dengan berkas yang mapnya paling besar di bawah.

krayon patah. [tercekal sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang