O4. Malam Yang Hangat

1.2K 199 68
                                    

Pukul setengah 1, dan Jingga tak sengaja terbangun dari lelapnya karena hujan petir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul setengah 1, dan Jingga tak sengaja terbangun dari lelapnya karena hujan petir. Entah kenapa, ia spontan mendongak kecil. Sukses ia tersentakㅡhampir teriakㅡ mendapati wajah Jihan melindungi kepalanya.

"Ih, Kak Jihan ngapain di sini?"

"Hah?" Jihan berdeham singkat.

"Bau, buset! Ngapain di sini, heh?" Jingga bertanya lagi, kali ini sambil menjauhkan tubuhnya beberapa inci.

"Ih, kamu enggak tau, ya. Semalem bobokmu, tuh, sambil ngomong. Bangunin tidur orang aja," cerita Jihan,

"Kamu bobok kek kambing kena sepak. Ngamuk-ngamuk," imbuhnya. Namun hanya ditimpali wajah datar Jingga yang masih mode menyimak. Jingga sedang ada di planet lain.

"Ih, anjir. Ketawa, dong!" Jihan berceletuk lagi. Jingga linglung sejenak, lalu baru tertawa.

"Mana ada," sahutnya.

"Ada. Ini Kak Jihan rekamㅡ,"

"Anjret?? DIREKAM?"

"Iyalah! Buat ngusir Leak,"

Bruk!

"Nih, Kak, akhlaknya jatuh,"

"Oalah. Pantes dicariin kagak nemu-nemu. Makasih, ya. Tapi buat kamu aja, itung-itung nambahin yang enggak ada. Akhlakmu, 'kan, lebih kritis," timpal si kakak sambil menjulurkan lidahnya di akhir kalimat. Jingga hampir menabok lengannya untuk yang kedua kalinya. Sungguh. Ingatkan dia.

"Sana, ih, pindah kamar! Nyebelin," Jingga sudah di tahap mengusir sang kakak.

"Enggak, ah. Nanti Kakak kelewatan ngigau kedua,"

Bruk!

"Sumpah, ye. Udah sana, ih!" Jingga bersungut-sungut. Jika ia ada di komik, maka di dahinya sudah ada otot kotak warna merah.

"Enggak, Jingga. Bandel kamu,"

"WAEEE?"

"Entar bobokmu enggak nyenyak lagi ...," katanya, "kamu tadi bener-bener basah sama keringet, padahal kamarmu sedingin ini. Mimpi apaan, sih?"

"Kakak di sini aja. Entar kamu malah milih belajar lagi ketimbang tidur. 'Kan, kemarin Kakak janji mau mantau kamu,"

Jingga terdiam. Diam-diam, hatinya hangat mendengarnya. Hingga timbul senyum super tipis yang hanya ia dan Tuhan yang tahu.

"Mantau-mantau. Emang cicitipi?"

"Iya. Kakakmu satu ini bisa jadi cicitipi. Dah, sana, bobok lagiㅡ,"

"Kak ...," Dua kepala menyembul dari balik pintu. Lillac dan Aussie. "Enggak bisa bobok ...," lirih mereka bersamaan. Sejemang, Jihan dan Jingga saling pandang.

"Aku udah bobok tiga jam, Kak! Enggak ngantuk lagi, kok!" Jingga cepat-cepat berseru seraya mengangkat telapak tangannya. Sementara Jihan menggeleng cepat-cepat.

krayon patah. [tercekal sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang