37. Pelukan Yang Sedih

819 105 63
                                    

"Yaudah, Jingga pamit dulu, ya. Pak Tama udah nyampe, nih, katanya," pamitnya setelah menyimpan ponselnya. Ia akan menginap di rumah Sahira malam ini karena mereka harus latihan untuk lomba debat tingkat provinsi yang akan diselenggarakan tiga hari lagi.

"Oke, hati-hati, ya, Jingga. Kabarin kalo udah sampe," ujar ayahnya meski Jingga tak menyahut, pura-pura sibuk mengemas totebag-nya.

"Assalamu'alaikum," pungkas Jingga.

"Waalaikumsalam, SEMANGAATT KAK JINGGAA!" seru Lillac sebelum Jingga melesat hilang layaknya bayang-bayang. Ia mempercepat langkahnya, lalu menelepon Pak Tama yang ia tahu belum sampai sama sekali.

"Nggak jadi, Pak. Bapak nggak usah jemput. Tapi jangan bilang Ayah," ujarnya. Berlari kecil ke Nagara yang menunggu di parkiran rumah sakit bersama motor N-Max abu-abunya.

"Beneran lu yang jemput, ternyata," kekeh Jingga seraya tersenyum tipis.

"Naik, Wulan. Lama bener gua nungguin lu dari tadi. Mau hujan, tau," potong Nagara garang, "Goblok banget lagi make lengan pendek,"

Jingga diam saja saat Nagara mengenakannya jaket kulit hitam miliknya pada Jingga. Ia mengikat rambut Jingga dari depan, hingga Jingga bisa menghirup wangi cokelat parfum pemberiannya di leher Nagara. Ia memasangkan helmnya juga pada Jingga, menguncinya ketat. Jingga tergemap kecil, tak sadar wajah mereka saling tatap dengan jarak yang luar biasa dekat.

"Poni lu udah makin panjang," Nagara meniup mata Jingga tiba-tiba, "Ngeliatin gue biasa aja, ntar suka. Tau, kok, gue ganteng,"

"Perih bgst apa maksud," Jingga tersentak, reflek menjauhkan wajahnya, "Siapa juga yang suka sama lu, najis, narsis banget," Jingga dengan sengaja mencengkeram bahu Nagara saat ia bertumpu untuk naik ke motor 'raksasa' tersebut. Sukses membuat Nagara meringis kecil, "Ajingkopat gila," cibirnya.

Sebelumnya, Jingga mengecek ponselnya. Pesan dari Aussie membuatnya terkekeh kecil.

Aussie Adek 1
| goblok
| untung gue yg ngecek jendela, bukan ayah

You
Fank yuh, bocil 💅💍
KitKat tp jgn bilang-bilang?

Aussie Adek 1
| yg matcha ya mommy 🤤👻👻
| jadian kek

You
Bacot
Putus kek

Aussie Adek 1
| HEH

"WOE!" Jingga terkejut hebat kala ponselnya dirampas Nagara.

"Jangan main hape. Pegangan gue yang kenceng. Lo, kan, mungil. Ntar kalo gue ngebut, lo terbang, lagi," ujarnya, menaruh ponsel Jingga di dashboard motornya. Kemudian menarik lengan Jingga yang mencengkeram pakaian Nagara di pinggangnya, melingkari perutnya. Sedetik kemudian, motor itu digas sampai Jingga hampir terjengkang.

Mulai turun rintik kecil hujan, hingga Jingga mulai menyesal tidak naik mobil bersama Pak Tama saja. Selain itu, ia jadi tak enak karena Nagara harus bolak-balik cuma demi mengantarnya ke rumah Sahira yang lumayan jauh dari rumah sakit.

"YA ALLAH, NAGA?" serunya, menepuk bahu Nagara kala ia menerobos satu lampu merah.

"LU NGEBUT AMAT SI WOE. RUMAH SAHIRA GABAKAL TIBA-TIBA PINDAH," teriak Jingga lagi. Tiap meter bersama Nagara dan motornya, jantungnya seperti diremat paksa. Sumpah, ini, mah, Nagara ngajak mati.

"Berisik bener Ibu Negara," celetuk Nagara sarkas. Memperlambat sedikit kecepatan motornya hingga Jingga tak perlu teriak-teriak. Menatap wajah cemas, panik, marah, serta ketakutan Jingga yang teraduk jadi satu lewat kaca spion. Ia tertawa.

krayon patah. [tercekal sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang