17. Sweet Seventeen, Kata Orang-Orang

896 146 60
                                    

"Semalam pas cerita, katanya enggak sambil nangis, hm?" Aussie dengan kursi rodanya tahu-tahu menyelonong masuk ke ruangan Lillac

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semalam pas cerita, katanya enggak sambil nangis, hm?" Aussie dengan kursi rodanya tahu-tahu menyelonong masuk ke ruangan Lillac. Ia yang baru terpejam sesegera kemudian melonjak bangun. Baru beberapa kemudian diserang pusing luar biasa.

"Gila, lu, Au," umpatnya lemas. Ia memijit kepalanya.

"Ututu, adikku sampai diinfus," ujar Aussie seraya mengusap-usap poni Lillac begitu ia sampai di dekat ranjang dingin itu. Sementara yang dielus dahinya cuma mengernyit kesal dengan wajah sangat masam.

"Kamu percaya, Au, pas aku bilang aku enggak sambil nangis?"

Kembali Aussie tertawa, "Ya Allah, Lil. Kamu punya aku dan kamu milih percaya Yara?" ujarnya di sela tawa.

Ah, iya. Anak itu kompornya. Lillac berjanji akan menjambaknya habis-habisan begitu masuk sekolah.

"Maap," cicit Lillac seraya menghela napas penuh sesal. Didengar dari embusan napasnya saja, ia tampak amat iba.

"Enggak apa-apa, deh, Lil. Takdir, kan, bukan kita yang tulis, kata Nadin Amizah. Lagian masih banyak cowok di bumi. Rona, tuh, kalau mau," ujarnya, bersandar santai di kursi roda dengan tangan yang menyatu di belakang kepalanya.

"Pacar macam apa, sih, kamu, Au ... ? Suka bingung, deh, aku. Kenapa Rona bisa sesabar itu ngehadepin kamu? Kan, jadi sayang akunya," sahut Lillac. Membuat Aussie tertawa terbahak-bahak. Sudah umum buat mereka berdua menjadikan Rona 'rebutan'.

"Btw, Lil, kamu di rumah sakit berapa hari?" tanya Aussie.

"Um," Lillac menggumam, "Paling Senin depan-depannya lagi udah pulang,"

"HAH?" pekik Aussie sedih, "Berarti aku harus sendirian sebulan lagi, dong?"

"Kata siapa sendirian?" sahut Lillac seraya mengernyit, "Kan, ada Kak Jihan, Bunda, Ayah, Kak Jingga, Rona, dan aku jugaa,"

Aussie mendengkus, kemudian tertawa seraya bertepuk tangan, "Ntar cuma sisa Bunda sama Rona, kali, Lil. Kayak enggak tau aja," ujarnya. Lillac di sini cuma bisa terdiam, mengulum bibirnya pelan. Entah akan menjawab apa.

"Kamu jangan lupa makan obat, ya. Walau bakal sendirian, aku tetep enggak mau kamu di rumah sakit lama-lama. Gewees dari Ahmad Aussie!" ujar Aussie memecah hening, "See youuu! Maleman aku ke sini lagi, deh. Kita nobar Raya, oke?"

Lillac tersenyum lebar. Lalu mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi. Aussie barangkali adalah manusia tercuek lagi sangat menyebalkan, tapi ia tetap sosok saudari untuknya dan Lillac amat menyayanginya!

;

Rania bolak-balik mendengkus resah. Ia terus mengecek kalender, entah apa yang dilihatnya.

"Kenapa, sih, Bundaa? Duduk dulu, sini. Bunda dari tadi, loh, mondar-mandir gitu," Sang suami bersuara. Menarik tangan istrinya untuk duduk di kursi kosong di sebelahnya.

krayon patah. [tercekal sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang