48. Maaf Yang Memeluk

512 66 81
                                    

"Everything's ready!" ujar Jingga, mengacungkan jempolnya kepada Raka. "Well, sebenernya, aku ragu juga, sih. You know what, I'll let you check my bag, deh. Ini pertama kali aku mau ke gunung, soalnya."

Raka terkekeh. "Kita udah bolak-balik cek, kok. Kalo bongkar lagi takutnya malah ada yang ketinggalan. Lagian, pas Kakak tadi beli semua perlengkapannya, udah lengkap semua, kan, yang Kakak tulis di list itu?"

"Seingetku, ya, gitu," balas Jingga. "Ya udah, deh! Lia gimana?"

"Lia juga udah," sahut gadis dengan rambut wolfcut sebahunya yang diikat itu, menyisakan banyak helaian rambut di luar kuncirannya. Kadang Jingga sendiri merasa risih, tapi empat hari tidur bersama, lama-lama ia terbiasa dengan bentuk rambut Ayalia yang pasti selalu berbentuk jamur begitu.

"Besok kita berangkat jam dua, ya. Ngejar sunrise. Sebelum malam udah balik karena besoknya Mas pulang lagi ke Jakarta. Usahain kita sempet tidur barang sejam-dua jam, sih," celetuk Raka sambil sibuk pada ponselnya.

Mendengarnya, hati Ayalia sebenarnya kehilangan satu kepingnya. Tak dirasa reuni singkat mereka hampir berakhir. Diam-diam Ayalia berdoa kakak semata wayangnya itu diseringkan juara dalam lomba-lomba yang diikutinya agar ia bisa sering dapat hadiah liburan.

Besok adalah harinya. Jingga, Raka, dan adiknya akan pergi mendaki Gunung Manglayang bersama teman-teman SMP Raka dulu. Empat orang laki-laki dan satu lagi orang perempuan. Mereka sudah berkenalan sejak tadi sore. Jingga, Ayalia, dan Marini bahkan membeli keperluan mereka mendaki bersama-sama sebagai sesama perempuan.

Lampu sudah mati. Ia berbaring gusar di kasur sementara Ayalia sudah terlelap duluan. Ia mengirim Aussie pesan, mengabari kalau besok ia akan pergi mendaki, dan lusa ia akan pindah kota lagi karena Raka sudah harus pulang.

Tiba-tiba kontak tak dikenal mengirimnya pesan.

| Ji

Jingga mengernyit. "Siapadah?" Hampir Jingga mematikan ponselnya jika notifikasi berikutnya yang ia dapat tak sukses membuatnya menganga.

| Ini Kak Jihan.

Jingga syok berat. Segala macam emosi mengantre untuk menyerangnya. Pikirannya langsung dipenuhi dengan hal-hal buruk. Ingatannya melayang pada siang itu di stasiun Sidoarjo, di mana dadanya ditusuk berkali-kali oleh kata-kata Jihan. Berdarah banyak, ia hampir sekarat, sampai seluruh baik Jihan padanya selama tujuh belas tahun itu hirap begitu saja.

Lalu mengetik panjang sekali. Sebentar-sebentar batal, mengetik lagi, lalu batal. Ia sudah yakin pasti Jihan sudah lebih jengah, dan ia akan meluapkan emosinya yang sudah menumpuk lebih banyak. Ia mau mengganggu adiknya lagi, tapi tentu jam segini Aussie sudah pamit untuk melaksanakan sleepcall rutinnya seakan mereka LDR padahal rumah hanya berjarak lima belas menit

|Kak Ji mau minta maaf yaa soal yang waktu itu. Kakak nggak akan ngasih pembelaan, di situasi itu Kakak memang nggak adil banget sama kamu. Di mana pun kamu berada sekarang(yang sebenarnya Kakak udah tau, Kakak kan cicitipi :P), semoga kamu inget buat jaga makan, ya? Kak Jihan sayang kamu, Jingga. Maaf Kak Ji jarang banget nunjukkin itu, padahal cuma itu yang kamu butuh.

Maaf?

Apakah ia bukan salah baca?

Apakah ia benar-benar mendapat sebuah maaf?

| Ji, kakak pernah bilang, kan, kalau ekspektasi orang itu bukan tanggung jawab kamu? Kakak sedih pas tahu kamu membopong banyak sekali kesedihan yang nggak wajib kamu bopong dari awal. Kamu nggak tau, pasti, kalo Kak Ji sama yang lain tetep bangga bangeet sama kamu. Gila apa? Provinsi aja udah keren banget loh? Kamu selalu juara satu di hati Kak Ji sama yang lainnn, nggak akan pernah ngga. Kamu tetep orang paling keren that I'll always look up to. Be proud too, nak kicill. Kesel ih Kakak.

Jingga bahkan butuh waktu untuk bereaksi. Satu-persatu kata itu ia teliti, rasanya ingin ia cium setiap barisan huruf yang tertata di layar kecilnya itu saking bungahnya ia akan senang.

| Yaudah, jadi sekarang take your time, rest well, your mental health matters and I'm sorry I didn't saw it earlier. Jangan belajar, nonton tiktok aja banyak-banyak. Seru, loh, ada orang-orang lucu, kaya Alam sama Ganta. Kamu gapernah punya tiktok, sih. Lagian aneh bat, HP buat apa sih kalo gaada tiktok?

Jingga terkekeh di sela hujan air matanya. Memang aneh, Sahira dan Nagara juga sering protes. Jingga sendiri heran, bisa-bisanya Aussie pernah menghabiskan 22 jam di aplikasi itu. Entah memang gadis jangkung itu yang gila atau dia yang katrop.

Tapi detik itu juga, Jingga mengunduhnya untuk pertama kali.

| Kakak juga tahu kamu pasti bakal pulang. Kalau masih berat, jangan pulang ke rumah, pulang ke Kakak. Kalau kamu udah di sini dan kita udah ketemu lagi, Kakak bakal jajanin kamu tiap hari dan kita pergi ke tempat-tempat yang kamu mau. Trus Kakak janji bakal ajarin kamu naik mobil hehehe, mau gaa? :3

Jingga tergemap. Menendang-tendang angin karena membaca janji kakaknya itu. Baru Jihanlah yang mengetahui keinginan kecilnya itu. Ia tidak sabar ingin bisa mengendarai mobil.

Jingga bertekad akan ikut pulang ke Jakarta bersama Raka besok. Bukan pergi ke Jogja seperti rencana awalnya.

| Mesin Kakak lagi rusak banget nih, Ji. :)
| I love you, Ji. I love you to the moon.

Senyumnya memudar. Apa maksud kakaknya? Padahal dia yang bersikeras sendiri, tak kenal muak juga mengingatkan Jingga kalau menganggap dirinya mesin yang kerja sampai rusak itu tidak boleh. Kenapa tiba-tiba ... ?

Kak?|

|IYAAA SKSKSKSKS
|Bobok ya jii <3

:(( Okey, u too.|

Akhirnya tulisan Online kontak Jihan menghilang. Sontak hujan di atas pipi Jingga membanjir, tapi senyumnya merekah.

Memgagumkan bagaimana kata yang pernah menggoresnya sekaran merawat lukanya. Hanya dengan barisan huruf di layar kaca kecilnya saja, Jingga merasa disayang dengan baik dan dikecupi cinta, seperti anak kecil yang masih mendapatkan semua di dunia.


Thankyou, ya, Kak Ji :) janji ya pas aku |
pulang kita latian mobil?? Hehe :3
Cepat sembuh, Kak Ji. Kak Ji bukan |
mesin.
I love you to the saturn. |

Hatinya penuh sekali. Ia mau menonton Tiktok.

;

"Sumpah, Kak Jingga ga tidur, loh! Aku bolak-balik kebangun, dia masih nontonin Tiktok, ketawa-ketawa lagi!" adu Ayalia pagi-pagi padanya di skincare session mereka.

"Ganta lucu banget gila!" Jingga tertawa mengakak. "Be-u-bu; bu, n-g-a; ga—NGAOOOO, AHAHAHHAHAHA APAANSII KOK BISA ADA ORANG LUCU BANGETTT!"

Ayalia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Padahal tren itu sudah terkubur, bagi Ayalia bahkan sudah tidak lucu lagi.

UHUK UHUK *batuk krn berdebu cklimemasuki tahun kedua bersama kp gais, kapan tamatnya yach :))))))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

UHUK UHUK *batuk krn berdebu ckli
memasuki tahun kedua bersama kp gais, kapan tamatnya yach :))))))

krayon patah. [tercekal sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang