Empat Puluh Empat

3.3K 151 58
                                    

Assalamu'alaikum

[Ketika Kau Hadirkan Dia | Empat Puluh Empat]

Happy Reading. ❤

***

Mba, ini aku Rayya.
Aku ingin ketemu Mba besok pagi. Bisa?

Dengan perasaan yang tidak karuan, Rayya mengetikkan kalimat itu. Dia berharap Hara mau membalasnya. Rayya ingin mengatakan yang sesungguhnya, bahwa Mas Dzakki sampai kapan pun hanya mencintai Hara. Bukan perempuan lain. Termasuk dirinya. Meski sekuat apa pun Rayya mencoba mengusik takdir mereka.

Aku mohon, Mba.
Aku ingin semua masalah selesai. Aku merasa sangat bersalah atas hancurnya rumah tangga kalian. Sekarang, aku sadar bahwa aku tidak bisa memaksakan kehendak takdir. Bahwa Mas Dzakki selamanya hanya akan mencintai Mba Hara. Bukan aku.

Meskipun, separuhnya dari perasaannya masih merasa sakit. Namun, sepertinya Rayya harus ikhlas untuk semuanya. Bahwa sekuat apa pun dia berusaha, Mas Dzakki tetap mencintai Mba Hara. Dan Rayya akan selalu menjadi yang kedua.

Sore itu Rayya menunggu balasan dengan cemas. Mondar-mandir di dalam kamar. Dirinya sangat berharap ada balasan dari Mba Hara. Namun, hingga matahari tenggelam, ponselnya masih sepi saja. Tidak ada tanda-tanda adanya balasan.

Rayya terduduk di kasur. Lantas mendorong kepala ke belakang untuk bersandar.

Ya, ini semua adalah salahnya.

***

Panas.

Menggigil.

Itulah yang terjadi dengan Dzakki saat ini. Rayya yang baru saja masuk ke dalam kamar suaminya terkejut saat mendapati laki-laki itu tengah menarik selimut untuk menutup tubuh dengan sangat erat. Rayya bergegas mendekati, meraih kepala suaminya dengan lembut. Menempelkan punggung tangan ke atas dahi laki-laki itu.

"Astaghfirullah! Badan kamu panas banget, Mas!" seru Rayya dengan panik.

"Dingin," lirih Dzakki.

Rayya meraih telapak tangan suaminya. Mencoba memberi kehangatan dengan menggenggamnya erat. Lalu bergerak mendekati lemari, mengambil sweater dan memakaikannya. Kendati demikian, Dzakki masih tetap menggigil. Hingga Rayya pun bergegas ke dapur dan menyeduh teh hangat.

Sayangnya, saat perempuan itu kembali ke kamar dengan secangkir teh hangat di atas piring, suara suaminya berhasil menghentikan langkahnya.

"Hara .... "

Nama itulah yang keluar dari mulut Mas Dzakki. Berulang kali. Rayya pun mendekat, meletakkan cangkir beralas piring itu ke atas nakas. Meraih telapak tangan suaminya lagi. Dan  ....

"Hara .... "

Masih nama itu yang keluar dari mulut Dzakki dengan lirih. Rasanya sakit. Perih. Rayya sadar sekali sekarang. Dirinya lantas bergegas mencari ponsel dan nekad menghubungi nomor Mba Hara. Berkali-kali perempuan itu mencoba, tetapi gagal. Sementara sebelah telapak tangannya menggenggam erat tangan sang suami. Dengan airmata yang mulai mengalir ke pipi.

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang