Empat Belas

1.4K 102 15
                                    

Assalamu'alaikum

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Empat Belas]

Happy Reading. ❤

***

Berhubung hari ini Mas Dzakki akan pulang, Hara memutuskan untuk belanja keperluan mingguan. Dia berencana memasak rendang sapi untuk suaminya. Sudah dari Subuh Hara sibuk di dapur. Mengeksekusi bahan-bahan dengan tangannya sendiri. Memang, sejak masih lajang pun dia suka memasak. Perempuan itu biasanya menonton tutorial berbagai masakan lewat Youtube. Lalu dia akan mempelajari dan mempraktekannya.

Prinsip Hara, harus produktif di usia mudanya. Oleh sebab itu, dia membuat sebuah Blog untuk wadah tulisannya dan membangun toko butik. Sebenarnya Hara juga ingin sekali membuka toko kue, tetapi sepertinya dia harus menahan dulu hal itu sebab Dzakki tidak mau istrinya terlalu capai.

Padahal Hara senang melakukan semua itu.

Pukul delapan pagi, ponselnya berdering. Hara meraih benda pipih itu setelah meneguk air putih. Suara familiar di seberang sana terdengar. "Saya akan sampai ke rumah lima belas menit lagi," katanya setelah mengucapkan salam. "Maaf tidak mengabarimu lebih dulu. Saya hanya tidak mau kamu capai," sambungnya.

Itu Mas Dzakki. Ingin sekali Hara membantah, bahwa dirinya akan dengan senang hati datang ke bandara menemui suaminya itu, namun dia urungkan. Sepertinya Dzakki tidak akan suka jika perkataannya dibantah. Terlebih oleh istrinya sendiri.

"Aku tunggu, Mas." Sebagai gantinya Hara berkata dengan manis. "Aku merindukanmu."

"Saya lebih merindukanmu, Ra." Sahutan dari laki-laki itu lebih manis. Sampai Hara merasakan bahwa pipinya memanas sekarang. "Mau saya belikan apa? Kamu sudah makan, Sayang?"

"Aku memasak rendang, Mas. Khusus untukmu."

"Kamu memang istri terbaik, Ra," kata Dzakki dengan lembut. "Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahmu. Mengabulkan keinginanmu dan membuat berkah sisa umurmu."

"Keinginanku hanya satu, Mas." Hara tersenyum tipis. "Aku ingin seorang anak."

Di seberang sana, sunyi sejenak. Terdengar helaan napas pelan. Mungkin, Dzakki tengah berusaha merangkai kalimat yang tepat untuk dia ucapkan. Sebab topik pembicaraan mereka sekarang sangat sensitif. Sekali saja dia salah berbicara, pasti akan melukai hati Hara dan membuat perempuan itu sedih. Dzakki tidak rela ada airmata yang menetes di pipi Hara karena dirinya. Sebab itu menandakan bahwa dia gagal menjadi imam yang baik untuk Hara. Seorang perempuan yang telah ikhlas lahir dan batin menyerahkan seluruh hidupnya untuk menemani Dzakki.

"Ra, satu hal yang harus kamu tahu." Suara itu dengar serius, membuat Hara terdiam dan mendengarkan dengan fokus. "Pernikahan tidak selalu perihal keturunan. Saya memutuskan untuk menghalalkanmu, itu artinya saya telah bersedia menghabiskan hidup denganmu. Bahkan dengan adanya anak atau pun tidak. Kamu harus tahu bahwa saya tidak akan meninggalkanmu."

Hara mematung. Berusaha meresapi kalimat itu. Tanpa sadar, sebutir airmata mengalir di pipinya. Segera perempuan itu mengusapnya pelan.

"Saya tidak suka ada airmata di pipimu, Ra."

Mendengar itu, alis Hara menjadi terangkat sebelah. "Bagaimana kamu tahu kalau aku menangis, Mas?" tanyanya dengan heran. "Aku bahkan sama sekali tidak bersuara."

"Saya bisa merasakan."

"Tapi aku bukan menangis karena sedih. Aku terharu." Hara menyahut dengan cepat. "Terima kasih, Mas. Terima kasih untuk cintamu yang begitu besar."

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang