Assalamu'alaikum.
Kita shalawat dulu, yuk.Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad
Wa'ala Aali Sayyidina MuhammadUdah?
Ok, mari mulai membaca.
Semoga suka.**
[Ketika Kau Hadirkan Dia| Satu]
Happy Reading❤
***
"Kabar duka terbakarnya pesawat B737-400 Garuda Indonesia di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, pada pukul 07:00 dini hari. Pesawat dengan nomor penerbangan GA200 ini terbang di rute Jakarta-Yogyakarta. Pesawat tersebut mengangkut 133 penumpang serta 7 awak kru. Kecelakaan ini merenggut nyawa 21 orang ...."
Suara siaran radio di dalam taksi terdengar. Gadis berambut curly memejamkan kelopak mata. Dia berusaha keras menahan diri sampai tangannya gemetaran. Pikirannya sudah berkecamuk. Gadis itu benci setiap mendengar berita tersebut kembali terputar. Seolah terjebak di lorong waktu. Pengap dan gelap. Ada awan mendung yang kini menggantung di wajahnya. Menggantikan senyum manis yang biasanya terbit di sana.
"Sir, can you please turn off the radio?" Bola matanya sudah berair sekarang. Supir taksi menoleh, terlihat tidak mengerti. Gadis itu menyusut pelan cairan yang berhasil lolos keluar dari pelupuk. "Maaf, bisa tolong matikan radio?" ulangnya. Dia meraih ponsel yang berdering dalam tas selempang dan mengembuskan napas. Sementara supir taksi mematikan radio, gadis itu berbicara dengan seseorang di ponsel.
Seseorang di ujung sana terdengar khawatir. "Are you oke?" tanyanya. "Rayya, aku mohon jangan menangis," kata pria itu saat mendengar Rayya Yecenia, gadis berambut curly ini, terisak dengan pelan. "Secepatnya aku akan sampai ke rumah kamu."
Rayya mengangguk. "See you, Bee." Hanya kalimat itu yang berhasil keluar dari mulutnya. Dia menggusap cairan bening di pipi dan menyimpan ponsel kembali. Dadanya terasa sesak. Sangat sesak sampai rasanya ingin dia pukul keras-keras. Bahkan Rayya berharap bahwa dia mati rasa saja sekarang.
Seperti dugaannya, rumah mewah itu tampak ramai sekarang. Rayya melihat ada banyak karangan bunga. Para awak media berlomba-lomba melakukan siaran. Memang, Pak Muntaz, ayahnya adalah pemimpin perusahaan propeti terkaya di Jakarta. Saat gadis itu turun, para wartawan bergegas menyodorkan ponsel dan mengajukan pertanyaan. Rayya menunduk. Bodyguard datang dan berusaha mendorong mundur kru media. Segera mungkin gadis itu pun mempercepat langkah. Dia masuk ke dalam rumah. Enggan membuka suara kepada media. Hatinya sudah cukup terisis tanpa perlu diberi beban lagi.
Di dalam, Agni, temannya menyambut kedatangan Rayya. Membawa gadis berumur sembilan belas tahun yang rapuh itu untuk duduk ke sofa. "Ni ... gue ... gue ..." Kalimat itu terputus. Rayya kesulitan untuk meneruskan ucapannya. Tenggorakannya tercekat.
Agni mengusap punggung Rayya dan memeluk temannya itu. "Gue mengerti bagaimana perasaan lo, Ray," katanya. "It's oke, gua bakal nemanin lo di sini."
"Sekarang gue nggak punya siapa-siapa."
"No! Lo nggak boleh bilang begitu, Ray!"
"Tapi ...."
"Gue nggak mau dengar itu lagi, oke?"
Perkataan Agni membuat Rayya diam. Gadis itu menumpahkan air mata di bahu temannya. Berusaha melepas perasaan sesak di dada yang menekan dengan keras. Agni hanya mengusap bahu Rayya dengan pelan. Membiarkan bajunya basah terkena airmata. Untuk beberapa saat hanya isak tangis Rayya yang terdengar. Membuat suasana pilu menyelimuti ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kau Hadirkan Dia
RomanceNamanya Hara Azzahra, perempuan cantik nan shalehah yang rela melepas tawaran bekerja keluar negeri saat melihat keseriusan seorang laki-laki. Sebab bagi Hara, kodrat seorang istri lebih baik di rumah. Laki-laki itu bernama Dzakki Asla Muyassar. Dia...