Lima

2.3K 185 2
                                    

Assalamu'alaikum

Masih setia di sini?

***

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Lima]

Happy Reading.

***

Langit kota Bandung cukup bersahabat saat Hara menarik koper keluar dari Bandara siang itu. Di antara banyak punggung yang membelakangi, ada satu yang tampak familiar di bola matanya. Seulas senyum terukir di bibirnya yang ranum. Dengan kalimat basmalah yang terucap di relung hati, perempuan dalam balutan gamis itu menyentuh pelan seseorang yang berdiri tepat di hadapannya. Sekat kerinduan itu hancur seketika, melebur menjadi satu dalam pelukan hangat seorang laki-laki yang kini deru napasnya dapat dia kembali rasakan di sebelah telinga. Ada eurofia kebahagiaan yang muncul menyelimuti udara. Lengan kekar itu mengambil alih koper dari telapak tangannya, sementara raut wajah si empunya tampak berbeda. Senyum Dzakki terlihat canggung, seolah ada yang mengganggu pikiran laki-laki itu.

"Kamu kenapa, Mas? Sakit, ya?" Hara terlihat khawatir, dia menolehkan kepala untuk menatap suaminya. Melihat Dzakki yang melamun, Hara menyentuh bahu laki-laki itu sampai suaminya mengerjap pelan. "Kamu ada masalah ya, Mas?"

"Kamu lapar, Sayang?" tanya Dzakki seraya membukakan pintu mobil. Menemukan Hara yang memandangnya dengan serius, dia hanya tersenyum dan melangkah memutari mobil. Dzakki meletakkan koper di kursi belakang. "Mau ke restoran, hm?" Dia melirik istrinya sebelum duduk di kursi pengemudi. "Saya kangen bangat dengan kamu, Ra," kata Dzakki seraya memandang Hara. Sedetik kemudian, dia mulai menyalakan mesin. Saat itu telapak tangan Hara menyentuh lengannya. Dengan seulas senyum, Dzakki meremas telapak tangan Hara sebelum melajukan mobilnya.

Mereka kemudian diam membisu. Dzakki mengembuskan napas, semburat kekhawatiran menggantung di bola matanya. Laki-laki itu bahkan tidak bisa tidur semalam. Dengan kesunyian yang masih merayap di udara, Dzakki memberhentikan mobilnya di pinggir jalan dan segera merengkuh tubuh Hara dengan sangat erat. Membuat perempuan dengan bola mata indah itu tersentak, diam tanpa bisa bersuara. Dengan pelan, Dzakki meraih wajah istrinya dan mengecup bibir ranum itu dengan lembut. Ada cairan bening yang berkumpul di bola matanya, yang segera Dzakki tepis dengan jemari setelah melepaskan Hara. Dia kembali melajukan mobil dengan pandangan fokus ke depan serta jemari yang menggenggam stir kuat-kuat. Saat ini perasaannya sungguh sesak.

Mereka sampai di apartemen ketika Rayya baru saja selesai memanggang roti dan menaruhnya ke atas piring. Saat itu Hara terpaku, menatap dengan ekspresi bingung. Sementara Rayya tersenyum kepada Dzakki seraya mengangkat piring berisi roti, seolah tidak peduli dengan keberadaan Hara di hadapannya. Gadis berambut curly itu meletakkan piring ke meja dan duduk di salah satu kursi dengan senyum yang masih mengembang di wajah. Dzakki menghela napas, dia mengajak Hara untuk masuk ke kamar, tetapi perempuan itu menahan pergelangan tangannya. Wajahnya terlihat kaku.

"Saya akan jelasin semuanya nanti. Sekarang kamu istirahat dulu, Ra," kata Dzakki dengan nada tenang. Dia menatap Hara dengan sangat lembut, mencoba memberikan keyakinan. Melihat istrinya bergeming, Dzakki melepaskan koper dan meminta Hara untuk duduk di kursi. "Kamu tahu kalau saya sayang bangat sama kamu kan, Ra?" ucapnya seraya menggenggam kedua telapak tangan Hara, menciumnya sekali dengan lembut. "Karena itu saya minta kamu untuk datang ke sini—"

"Oh, ya. Kenalin aku Rayya," kata Rayya, memotong ucapan Dzakki. Dia mengulurkan telapak tangan seraya tersenyum. "Kamu pasti sudah kenal sama aku, kan?" sambungnya seraya tertawa pelan. "Tapi kamu belum tahu, ya, kalau aku calon istri keduanya Mas Dzakki?"

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang