Assalamu'alaikum.
Halo.
Ajak teman kalian untuk baca cerita ini, yuk.Untuk yang merasa cerita ini tidak sesuai dengan ekspektasi kalian, coba yuk balik lagi ke sinopsis. Dibaca baik-baik ya. Masalah dalam cerita ini akan semakin memuncak saat ayah Hara tahu. Jadi point ketegangannya akan ada setelah ini.
Mungkin kalian akan bertanya, "Apakah Hara akan tetap bersama Dzakki?" Saya belum bisa menjawab. Ikuti saja kisah ini sampai akhir ya.Di sini, kita ingat lagi bahwa Dzakki dulu anak yatim piatu yang disayangi oleh Pak Muntaz, ayah Rayya. Semua masalah itu berawal dari sini. Bahkan, saat ayah Hara meminta Dzakki untuk membuatkan rumah dengan fasilitas lengkap, di situ peran Pak Muntaz sangat penting. Mungkin, jika tidak ada beliau, Dzakki tidak sanggup mengabulkan permintaan ayah Hara. Oleh sebab itu, saat Pak Muntaz memberikan surat wasiat kepadanya dan Rayya yang semakin terpuruk, Dzakki menjadi bimbang.
Dan buat yang kesal kenapa sosok Hara baik bangat. Bahkan susah buat marah. Saya mohon maaf, ya. Ini menjadi PR tersendiri untuk saya agar bisa keluar dari zona nyaman.
Terima kasih untuk yang sudah bersedia membaca.
Happy Reading yah.
Semoga kalian sehat selalu. ❤***
Semalam Dzakki tidur di sofa. Sebab tidak tahu harus memilih kamar siapa. Di rumah ini ada kamar khusus untuk tamu dan Rayya tidur di sana. Cara terbaik untuk tidak menyakiti keduanya ialah dengan memilih tidur sendiri. Namun, ketika kemudian Dzakki terbangun, ada selimut di atas tubuhnya. Dan senyumnya tidak terlalu mengembang saat tahu itu selimut dari siapa.
Selimut itu selalu tersimpan dalam lemari di kamar khusus untuk tamu. Berarti Rayya yang datang tengah malam ke ruang keluarga untuk menyelimutinya. Apakah Hara terlalu kecapaian? Dzakki bahkan merasa kurang yakin kalau Hara masih percaya kepadanya.
Aroma masakan menguar ketika Dzakki sudah duduk di kursi makan. Hara muncul dengan sepiring nasi goreng, sedangkan Rayya membawa roti bakar dan segelas susu hangat. Keduanya menaruh makanan tersebut di hadapan Dzakki. Membuat laki-laki itu kebingungan.
"Tidak apa-apa. Silakan Mas makan masakan Mba Hara." Rayya mundur beberapa langkah. Memilih mengalah.
Di saat yang bersamaan, Hara pun melakukan hal yang sama. Mempersilakan Dzakki untuk menyantap roti bakar buatan Rayya.
"Saya akan memakan nasi goreng buatan Hara," kata Dzakki setelah menarik napas. "Dan membawa roti bakar buatan Rayya sebagai bekal ke kantor," sambungnya.
Kedua istrinya mengangguk. Suasana menjadi canggung. Rayya memutuskan untuk pergi dari sana, kembali ke kamarnya. Sedangkan Hara duduk di kursi, menemani suaminya sarapan. Mereka memutuskan untuk diam. Sampai Dzakki selesai dan Hara dengan sigap membersihkan piring kotor itu. Lalu dirinya mengambil dasi dan menggerakkan dagu, meminta agar Dzakki sedikit mendekat.
Senyum cerah mengembang di wajah Dzakki. Setidaknya Hara masih peduli terhadapnya.
"Nanti mau pulang jam berapa?" Hara bertanya setelah selesai memasangkan dasi.
"Saya akan pulang cepat. Sekarang belum ada proyek lagi." Saat Hara ingin menjauh, Dzakki meraih pinggul istrinya itu. Mencium bibir Hara dengan lembut. Meskipun hanya sekadar kecupan singkat saja, tetapi setidaknya rasa rindu itu bisa terobati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kau Hadirkan Dia
RomanceNamanya Hara Azzahra, perempuan cantik nan shalehah yang rela melepas tawaran bekerja keluar negeri saat melihat keseriusan seorang laki-laki. Sebab bagi Hara, kodrat seorang istri lebih baik di rumah. Laki-laki itu bernama Dzakki Asla Muyassar. Dia...