Lima Belas

1.6K 92 0
                                    

Assalamu'alaikum

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Lima Belas]

Happy Reading. ❤

***


Orangtua Hara datang ke rumah. Yang segera perempuan itu sambut dengan hangat. Ibunya memeluk Hara dengan sangat erat. Mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Sedangkan Ayah hanya mengusap pipi putrinya seraya tersenyum tipis. Dzakki muncul tidak lama kemudian, setelah mengelap telapak tangan yang bahas sesudah mencuci piring, dia pun bersalaman. Dan entah perasaan Hara saja atau ini memang benar, wajah ayahnya terlihat tidak suka saat menatap Mas Dzakki. Apakah laki-laki itu sudah mengetahui semuanya? Mendadak, batin Rayya menjadi gelisah.

"Bantu Bunda buat opor ayam, mau?" tanya Ibunya, mengalihkan kegelisahan hati Hara. "Bunda udah pesan bahan-bahannya. Sebentar lagi pasti sampai." Wanita yang sudah berumur itu, tersenyum dan membawa putrinya pergi ke dapur.

Hara balas tersenyum dan membiarkan telapak tangannya diraih oleh ibunya. Sementara itu, seraya melangkah, dia menoleh sekilas ke arah dua orang laki-laki yang mereka tinggalkan di ruang tamu. Hara merasa takut dengan apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang itu. Meskipun wajah ibunya terlihat ceria, seperti tidak ada yang beliau sembunyikan dengan Ayah.

"Bunda, kok, tumben bangat datang ke sini?"

Bunda menaikkan alis, bingung mendengar pertanyaan putrinya. "Lho, memangnya Bunda tidak boleh datang ke rumah kamu?" Ada senyum geli tersungging di bibir wanita itu setelah melihat Hara yang salah tingkah.

Dzakki memanggil, mengatakan bahwa pesanan ibu mertuanya sudah sampai. Hara tersenyum saat Ibu mengusap kepalanya sebelum berlalu pergi. Dia hanya berdiri mematung di tempat, sampai ibunya kembali datang dan membuka plastik berisi bahan-bahan untuk membuat opor ayam. Mereka mulai sibuk memasak. Hara pun berusaha untuk menghilangkan pikiran buruknya tentang kedatangan Ayah.

"Bagaimana pernikahanmu dengan Nak Dzakki?" Ibu memulai percakapan setelah selesai mencuci ikan. "Kalian baik-baik saja, bukan?"

Hara menoleh, termenung mendengar pertanyaan ibunya. Dia bahkan sekarang menahan napas.

"Bertengkar dalam rumah tangga itu hal yang umum. Ayah dan Bunda juga pernah. Tapi, selama komitmen yang dibuat kuat, semuanya akan tetap baik-baik saja, Ra." Wanita itu mengulas senyum.

Segera Hara mengembuskan napas lega. Dia ikut mengulas senyum. Sungguh rasanya sekarang dia takut jika orangtuanya tahu dengan masalah yang kemarin menimpa mereka. Namun, Hara juga merasa bersyukur sebab semuanya sekarang telah baik. Rayya tidak lagi terlihat terpuruk. Dan Agam kabarnya tidak lagi mengganggu gadis itu.

Bunyi alat dapur dan aroma bumbu memenuhi seantero dapur. Ibunya memang pandai masak. Dari beliaulah Hara belajar  mengolah lauk. Ibunya itu memang sosok wanita yang luar biasa di mata Hara. Beliau juga sangat lembut dan penyayang. Ibu benar-benar wanita yang dipilih oleh Allah SWT untuk mengimbangi sifat keras kepala Ayah.

Sekitar beberapa menit terlalu, mereka selesai memasak. Segera Hara dan ibunya membawa lauk itu ke ruang makan, beserta dengan nasi dan juga peralatan makan. Sekarang Hara membuatkan kopi dalgona untuk Ayah dan suaminya.

Ketika Hara kembali, perempuan itu menaruh dua gelas berisi kopi yang telah dibuatnya, lalu duduk di sebelah suaminya. Semua baik-baik saja. Mas Dzakki tidak terlihat tertekan atau apa pun itu. Hara mengembuskan napas lega sekali lagi. Dia menyendokkan nasi beserta lauk ke piring sang suami. Meskipun Dzakki biasanya selalu sigap untuk mengambil nasi dan lauknya sendiri. Laki-laki itu memang bersikap dengan sangat baik sebagai seorang suami.

"Kamu sudah hamil belum?" Ayah memecahkan kesunyian. Laki-laki itu menyendok lauk dan menatap Hara yang sekarang menaruh sendok kembali ke atas piring. "Sebaiknya kamu itu jangan terlalu capek. Ayah sudah bilang sama suamimu untuk melarangmu bekerja mulai besok.  Rekan kerja Ayah banyak yang mulai menanyakan tentang ini."

"Ayah  .... "

"Ayah mengerti. Kamu belum siap untuk memiliki anak, Sayang?"

Hara menggeleng pelan. "Semoga secepatnya Allah hadiakan buah hati untuk kami," katanya. Namun, sekarang selera makannya sudah hilang.

Di sebelahnya, Dzakki meraih telapak tangan Hara.  Menggenggamnya. Perempuan itu menoleh, ada senyum di bibirnya. Suasana menjadi canggung. Ibunya bahkan melirik Hara dengan tatapan tidak enak. Namun, beliau tidak berani menyela ucapan sang suami. Hara kembali melanjutkan makan, meskipun rasanya sulit untuk menelan.

***

Rayya menatap pantulan dirinya pada cermin. Apakah keputusannya sudah benar sekarang? Mengingat permintaan maaf dari Agam, entah kenapa dia menjadi tidak terlalu curiga lagi. Gadis itu mengembuskan napas. Rayya meraih ponsel, kalimat Sebastian kembali mendengung dalam kepalanya. Namun, entah karena apa, dia malah menaruh kembali benda itu.

Bergerak melangkah menghampiri rak sepatu dan mengambil sebuah high heels berwarna hitam. Gadis itu memakainya. Lalu meraih botol parfum mahal dan meraih tas tangan. Rayya menyurukkan ponsel ke dalam tas itu.

Di luar rumah, dua bodyguard yang diperintahkan oleh Mas Dzakki sudah menunggunya. Rayya meminta mereka untuk tidak menemaninya lagi sekarang. Gadis itu merasa jenuh. Seolah Rayya tidak bisa pergi dengan bebas. Dan dengan sangat terpaksa, kedua laki-laki bertubuh kekar itu pun mengangguk. Namun, setelahnya mereka segera mengabari Mas Dzakki.

Gadis itu memilih untuk menarik taksi. Tidak membutuhkan waktu lama. Sekarang mobil berwarna biru membawa tubuhnya meluncur ke jalan raya. Berkali-kali Rayya menghela napas. Namun, dia tetap memantapkan dirinya bahwa semuanya akan berjalan dengan baik.

Rumah Kirana terbilang mewah, tetapi tidak sebesar rumah milik Rayya. Gadis itu turun dari taksi, lalu melangkah menghampiri pintu masuk. Dua orang berseragam menyambutnya dengan ramah. Rayya pun dipersilakan untuk masuk.

Suasana sudah ramai. Meskipun pesta ulang tahun itu baru akan dimulai pukul sembilan. Beberapa orang tampak hilir-mudik. Ada yang mengobrol dan meneguk minuman. Rayya tidak tahu harus melakukan apa. Tidak ada orang yang bisa disapanya. Gadis ini memang memiliki sedikit teman di kampus. Dan  ... hanya satu sahabat.

Tidak berapa lama, Kirana datang menyambutnya. Gadis itu terlihat cantik dalam balutan gaun yang mahal. Namun, Rayya punya banyak koleksi gaun seperti itu di lemarinya.

"Aku nggak nyangka bangat kalau kamu akan datang," kata Kirana, membuka obrolan di antara mereka. "By the way, terima kasih sudah mau meluangkan waktu," sambungnya.

Rayya hanya tersenyum dan mengangguk.

"Aku ke sana dulu kalau gitu, ya." Kirana menepuk bahu Rayya. "Silakan dimakan kuenya," katanya sebelum pergi.

Setelah Kirana pergi, datang seorang pelayan yang menyodorkan segelas minuman kepada Rayya. Gadis itu pun menerimanya dan menaruhnya ke meja. Apakah dia tidak seperti orang bodoh saat ini? Rayya mengembuskan napas. Mungkin, dia perlu teman mengobrol sekarang, tetapi siapa?

Gadis itu meraih gelas yang tadi ditaruhnya ke meja, meneguk isinya. Sementara itu, tidak jauh dari keberadaannya, Kirana menatap Rayya seraya mengulas senyum. Rencananya berhasil.

***

Teman-teman, ketemu lagi sama cerita ini ya? Saya mau nanya, nih. Sampai sejauh ini, siapa tokoh dalam cerita yang menjadi favorit kalian?

Oh ya, jangan lupa untuk tinggalkan vote dan komentar ya. Mau kasih krisan juga boleh, kok. Dengan senang hati saya menerima kritik dan saran dari kalian. Namun, tetap gunakan bahasa yang sopan ya.

Love you❤

Panda

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang