Tiga

2.3K 212 14
                                        

Assalamu'alaikum.

Dari Darimi, Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wa Sallam, bersabda, "Bacalah Al-Qur'an karena Allah tidak akan menyiksa hati orang yang menjaga Al-Qur'an. Al-Qur'an itu benteng Allah; siapa yang masuk ke dalamnya akan aman. Dan berilah kabar gembira kepada siapa saja yang mencintai Al-Qur'an."

***

[Ketika Kau Hadirkan Dia| Tiga]

Happy Reading❤

***

Pasangan suami istri itu baru saja selesai melaksanakan tugas mereka sebagai umat islam. Hara duduk di belakang Dzakki yang masih khusyu berdoa. Setelah selesai, Hara mencium telapak tangan Dzakki. Mereka saling pandang dalam diam. Sampai Dzakki meraih kepala Hara dan mencium kening istrinya itu dengan lembut. Ciuman penuh cinta dan membuat hati Hara menghangat.

"Mas mau makan sekarang?" tanya Hara sambil melipat mukena. Saat itu tiba-tiba saja perkataan Brahma terlintas di otaknya. Dia langsung memejamkan mata. Mengusir prasangka buruk dalam hati. Hara menatap Dzakki. Suaminya laki-laki baik yang tidak mungkin mengkhiantinya. Dia yakin itu. "Aku sudah masak sup iga kesukaan, Mas, lho!" Hara tersenyum cerah.

Dzakki mengangguk pelan. "Terima kasih, Sayang." Laki-laki itu mengambil ponsel yang bergetar di atas nakas, lalu menatap istrinya yang masih berdiri di sana.

Mengetahui arti tatapan itu, Hara pun mengambil melangkah untuk keluar dari kamar. Namun, saat tubuhnya sampai di ambang pintu, dia malah memutar tubuh. Sampai suaminya menurunkan ponsel dari samping telinga dan balik menatapnya. "Mas, maaf hasilnya negatif lagi," ucapnya sambil menggerakkan jemari. Memberikan kode kepada Dzakki lewat bahasa tubuh.

Secepat mungkin Dzakki memutuskan panggilan. Mengejar langkah Hara yang kini sudah menuruni tangga. "Sayang?" panggilnya pelan dan lembut. Tidak ada respons yang berarti. Dzakki meraih telapak tangan istrinya dan menatap wajah yang tengah menunduk itu. "Nggak apa-apa." Telapak tangan Dzakki menyentuh dagu Hara. Tampak bola mata perempuan yang paling disayangnya itu berkaca-kaca. "Mungkin Allah masih memberikan waktu kepada kita untuk menikmati masa-masa berdua." Dzakki mencium kening istrinya.

"Mas ...,"

"Ra, anak itu bukan perlombaan," sela Dzakki, membuat Hara diam membisu. "Kalau masih belum diberi, kita harus bersabar, Sayang." Dia mencium telapak tangan istrinya, lalu mengusap kepala Hara dengan lembut. Perlakuannya itu sudah sangat manis seharusnya.

Namun, rupanya hal itu masih belum bisa meyakinkan Hara. Sebab kini perempuan dengan iris hitam pekat tersebut menatap bola mata Dzakki, seolah mencari sesuatu di sana. Sedetik kemudian wajah cantik itu menunduk. "Kamu tidak akan pergi meninggalkanku kan, Mas?" Suaranya terdengar lirih. Seolah dia pun sebenarnya takut mengatakan hal itu. Lebih tepatnya takut mendengar respons dari suaminya.

"Tidak akan pernah." Dzakki berkata tegas. Menghasilkan senyum manis di bibir Hara. Telapak tangannya membawa kepala Hara mendekati dada bidangnya. Mendekap tubuh itu dengan penuh kasih sayang. "Saya justru sangat takut kehilanganmu, Ra." Perkataan tulus yang keluar dari lubuk hati terdalam. Dzakki sudah tidak mau kehilangan orang tersayang lagi. Meskipun terkadang takdir selalu berkata lain. "Sekarang kita makan, ya? Mas udah tidak sabar mau menghabisi sup iga buatan istri tersayang."

Ketika Kau Hadirkan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang